Bab 11 Promosi
Bab 11 Promosi
Masa transisi dari sekolah menengah atas menuju bangku perguruan tinggi, di butuhkan informasi pilihan yang cukup untuk para siswa. Untuk itu, sepuluh mahasiswa Universitas Taruna Jaya berinisiatif untuk mengunjungi beberapa sekolah-sekolah untuk memperkenalkan kampus Taruna Jaya, termasuk Micha, Anna dan Arumi yang turut di pilih.
"Mengapa harus kita lagi? Anggota BEM itu banyak sekali, kan? Mengapa Andre tidak menunjuk yang lain?" ucap Anna kepada Micha dan Arumi saat ketiganya telah mengambil duduk di bangku taman kampus.
Micha dan Arumi hanya diam dan kompak menghela napas.
"Baru kemarin kita sudah sehari penuh berada di luar rumah untuk seminar. Besok pasti akan seperti itu lagi. Terlebih bukan hanya satu sekolah yang kita kunjungi. Haa... Astaga... Mengapa Andre begitu senang menyiksa kita sih?" sambung Anna sambil mendengkus kesal.
"Entahlah. Sepertinya dia mempunyai dendam kesumat pada kita bertiga, kawan," ujar Arumi sambil menempelkan punggungnya ke sandaran bangku taman dengan lemah.
"Tsk! Aku tidak pernah kesal hingga mendalam pada seseorang. Tapi, dengan Andre rasa kesalku padanya benar-benar sampai ke puncak ubun-ubun," omel Anna sekali lagi.
Micha melirik Anna lalu menepuk ringan paha gadis itu, "Jangan terlalu membenci seseorang, nanti malah berbalik menjadi cinta. Bagaimana kalau itu terjadi? Kamu mau?"
Anna mendelik, "Ha?! Apa?! Hoekk...."
Anna berakting seolah akan muntah ketika ia berucap seperti ini, membuat Micha dan Arumi kompak tertawa.
"Itu tidak akan berlaku pada Andre, Cha! Lagipula Andre juga bukan tipe idealku!" sambung Anna dengan nada suara semakin meninggi.
Micha dan Arumi makin terpingkal ketika Anna terus saja mengomel seperti ini.
Anna juga memberikan delikan tajamnya pada Micha dan Arumi. Lalu ia segera bergerak dan mencoba untuk membungkam mulut kedua sahabatnya yang selalu senang mentertawakan sikapnya.
"Diam kalian!"
Micha dan Arumi jelas saja berontak dan berusaha menghindari bungkaman tangan Anna.
"Hei! Mau pergi ke mana kalian?!" teriak Anna ketika Arumi dan Micha malah berlari dan melarikan diri meninggalkan Anna yang masih terduduk di bangku taman.
"Kami mau makan. Lapar," jawab Arumi dari kejauhuan.
Anna mendelik lalu mulai bergerak untuk menyusul kedua sahabatnya, "Tunggu aku! Aku ikut," teriak Anna sambil berlari kecil.
Micha menoleh ke arah belakang sambil tersenyum lebar, "Hahaha... Ayo cepat! Cacing di perutku sudah berteriak meminta jatahnya ini."
"Ayo kita makan!"
Anna langsung memeluk leher kedua sahabatnya ketika ia telah berhasil menyusul kedua sahabatnya ini. Dan mereka pun segera berjalan bersamaan menuju kantin.
***
Hari ini Micha, Arumi dan Anna dan ketujuh mahasiswa dari fakultas lain melakukan kunjungan pertamanya ke sekolah menengah atas Doremifa.
Kunjungan mahasiswa Taruna Jaya di sambut baik oleh Wakil Ketua Bidang Kesiswaan sekolah ini. Bahkan dalam sambutannya, Wakil Ketua Bidang Kesiswaan ini mengucapkan terima kasih atas kehadiran mahasiswa Taruna Jaya ke sekolahnya ini.
Kegiatan sosialisasi di mulai dengan pemutaran video profil Universitas Taruna Jaya dan di lanjutkan dengan pemaparan materi. Pemaparan di lakukan secara bergantian oleh seluruh mahasiswa. Materi yang di sampaikan antara lain seputar persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan pengalaman mahasiswa saat mengikuti kedua ujian seleksi tersebut.
Micha misalnya, selain mempromosikan fakultasnya, ia juga menjelaskan soal BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang merupakan organisasi mahasiswa intra kampus, lembaga eksekutif di tingkat pendidikan tinggi yang di pimpin oleh presiden mahasiswa. Organisasi yang bertugas merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan fakultas. BEM bisa di jadikan oleh mahasiswa untuk belajar berbagai kemampuan, khususnya kepemimpinan.
Selain mendapatkan materi, siswa yang bertanya pun mendapatkan kenang-kenangan buku karya dosen-dosen Taruna Jaya.
Acara promosi pun berakhir. Namun, para mahasiswa Taruna Jaya tidak langsung kembali pulang karena SMA Doremifa mengadakan bazar makanan. Para mahasiswa di arahkan Wakil Ketua Bidang Kesiswaan SMA Doremifa agar mencicipi setiap makanan yang di buat oleh tangan para siswa sendiri.
Micha, Anna dan Arumi serta ketujuh mahasiswa lain menyambut antusias bazar ini. Lantas seluruh mahasiswa pun berjalan keluar menuju stan bazar para siswa sesaat setelah menyepakati berapa lama waktu mereka untuk berkeliling. Karena mereka harus kembali ke kampus dan memberi laporan soal acara hari ini kepada Andre.
"Ah... Aku paling tidak suka berkeliling di bazar makanan seperti ini," keluh Anna.
"Mengapa, Na?" tanya Micha dengan mata yang terus menjelajahi setiap stan makanan, mencari makanan kesukaannya.
"Karena aku ingin mencicipi semuanya," jawab Anna.
"Ya icip saja semuanya, Na," ujar Arumi yang melakukan hal yang sama dengan Micha.
Mendengar ucapan Arumi, Anna pun berdecak, "Tsk! Kamu ingin aku menjadi gendut, Mi?!"
Arumi tak mempedulikan ucapan Anna. Dia malah menepuk bahu Micha, "Cha, ada yang menjual takoyaki."
Micha menoleh, "Di mana?" tanya Micha dengan wajah berbinar.
"Itu di situ," jawab Arumi sambil menunjuk stan bazar yang memang menjual takoyaki.
Micha dan Arumi lantas berlari ke arah stan yang menjual takoyaki. Lagi-lagi meninggalkan Anna yang masih saja bingung harus membeli apa.
"Hei! Kalian mengapa meninggalkanku?!" teriak Anna dengan kesal.
Micha dan Arumi menoleh, tersenyum lebar lalu melambai, "Kemarilah, Na! Kami akan membeli ini," jawab keduanya sambil menunjuk siswa yang menjual takoyaki setelah keduanya telah berdiri tepat di depan stan takoyaki.
Anna lantas berjalan menghampiri Arumi dan Micha, "Pesankan aku juga, kawan."
Micha menatap Anna, "Sudah kami pesankan."
Anna mengedarkan pandangannya ke stan lain.
"Selagi menunggu takoyaki pesanan kita matang. Bagaimana jika aku berkeliling untuk membeli minuman?" tanya Anna.
"Boleh, Na," jawab Arumi.
"Apa yang ingin kalian minum?" tanya Anna kembali.
"Kamu paling tahu apa minuman kesukaan kita kan, Na?" ujar Micha.
Anna tersenyum sambil mengangguk-angguk, "Itu benar. Baiklah, aku akan ke stan sebelah," ucap Anna sambil berjalan ke stan sebelah takoyaki yang menjual jus beraneka buah.
Micha, Anna dan Arumi berkumpul bertiga dan duduk di bangku taman SMA ini sambil menikmati takoyaki dan jus alpukat.
"Nama SMA Doremifa ini unik, ya?" ucap Anna sambil mengunyah takoyakinya.
Micha mengangguk, "Iya. Sepertinya ini sekolah seni musik."
Anna dan Arumi kompak mengangguk-angguk.
"Keren sekali. Lihatlah bentuk bangunan sekolah ini! Seperti sekolah yang ada di luar negeri, kan?" ujar Arumi sambil menunjuk desain bangunan sekolah ini.
"Iya, keren sekali," ucap Micha mengiyakan.
Di tengah obrolan ringan Micha, Anna dan Arumi ini, tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan kedatangan dan sapaan seseorang.
"Hai, Kak. Wah... Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi."
Micha, Anna dan Arumi kompak mendongak menatap pemuda tampan yang sedang berdiri menjulang bersama keempat temannya yang lain ini, dengan mulut setengah terbuka.
Micha mendelik dan langsung bangkit berdiri ketika menyadari siapa pemuda yang baru saja menyapanya ini.
"Lho?! Ka--kamu?"
Pemuda ini tersenyum tampan, "Apa kabar, Kak?"
Micha berkedip salah tingkah. Sekali lagi jantungnya berpacu cepat saat menatap mata serigala pemuda ini. Bahkan ia kembali susah payah menelan ludahnya sendiri.
"Me--mengapa kamu a--ada di sini?!"
Pemuda ini menyugar rambutnya, "Aku sekolah di sini, Kak."
Micha tak dapat berkata-kata. Baru kali ini Micha merasa bahwa dunia ini terasa sempit sekali.
"Baiklah. Karena kita bertemu kembali, maka ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku--"
Micha mendelik ketika pemuda ini mengulurkan tangan ke arahnya.
"Ma--maafkan aku."
Dan sekali lagi, gadis bernama Micha Agustina ini berlalu dan melarikan diri dari hadapan pemuda pemilik mata setajam serigala ini.
"Lho?! Cha! Astaga... Anak itu benar-benar! Ayo kita susul dia, Na!" pekik Arumi sambil bangkit berdiri serta menarik tangan Anna untuk mengejar Micha yang sudah berlari menjauh.
Pemuda ini hanya bisa tersenyum lebar ketika melihat Micha kembali melarikan diri dan mengabaikan uluran tangannya.
"Benar-benar unik. Aku yakin, kita pasti akan bertemu lagi di lain kesempatan, Kak," gumam pemuda ini.
Bersambung.