Bab 8 Jangan Ngambek Seperti Anak Kecil
Bab 8 Jangan Ngambek Seperti Anak Kecil
Melihat itu benaran Timothy, Ratna sangat terkejut. Dulu, mereka hanya bertemu beberapa kali dalam sebulan, dan beberapa hari ini dia malah sering sekali bertemu Timothy, dia juga yang mengantar dirinya ke rumah sakit, rasanya seperti sedang mimpi.
Mendengarnya bertanya seperti itu, Ratna pun tidak menjawab, hanya memalingkan wajah.
Timothy menghela nafas, menarik sebuah kursi dan duduk disana. Dia membuka penutup mangkok bubur, berkata dengan tegas: "Mulai hari ini, jangan merokok lagi, dengan tidak?"
Ratna tertawa dingin, tetap bersikeras: "Ha! Memangnya kamu kira siapa kamu?"
"Ratna, kamu sudah tidak kecil lagi, jangan ngambekan seperti anak kecil." Timothy berkata dengan nada datar, lalu meniup bubur dan mengantar ke depan bibirnya: "Aku meminta mereka memasukkan sedikit gula, kamu suka, makanlah."
"Bawa pergi saja, aku tidak makan!" Ratna semakin menghindar, dengan nada bicara yang tidak baik.
Laki-laki itu terlihat cukup perhatian, dia ingat apa yang Ratna suka dan apa yang tidak Ratna suka, tetapi kenapa pernikahan mereka malah dingin sekali?
Dan dia tidak kecil, juga tidak sedang ngambekan!
Melihat anak perempuan itu begitu keras kepala, Timothy pun mengerutkan kening, menundukkan kepala melahap bubur itu. Setelah itu, dia mencubit bibir Ratna, dan menciumnya, memaksanya membuka mulut, lalu menyuapkan bubur dalam mulutnya ke dalam mulut Ratna.
"Hm!" Ratna memukul dadanya sekuat tenaga, Timothy malah semakin mendekap dan mengunci kedua kakinya dengan kaki sendiri, ciuman yang semakin dalam hampir membuat Ratna tidak bisa bernafas.
Setelah berkali-kali melakukan cara penyuapan seperti itu, semangkok bubur pun habis. Orang dalam pelukan Timothy pun terdiam, tetapi terus melototinya dengan mata terbuka lebar, seperti melihat seseorang yang sangat jahat.
Timothy mencubit bibir manisnya dengan tangan.
Warna merah muda, lembut, cukup menciumnya saja dia sudah tergila-gila. Tetapi itu adalah rumah sakit, hasrat sebesar apapun harus ditahan, dan Ratna juga sedang tidak enak badan.
Timothy menumpukan tangan di samping kepala Ratna seolah akan memeluknya lagi, sambil berkata dengan dingin: "Ratna, jika lain kali kamu ketahuan merokok lagi, aku puny acara untuk menghadapimu."
"Terserah, terserah aku!" Melihatnya mengancam seperti itu, Ratna pun mulai ketakutan, tidak berani bertatapan dengannya. Dia pun memiringkan badan, menutupi badan dengan selimut dengan perasaan tidak menentu.
Saat ini dirinya sedang sakit, seharusnya dia akan lebih berperasaan deh?
Asalkan Timothy bisa menjaganya dengan sikap yang baik, Ratna pasti tidak akan melawan, dia jamin….
Hanya saja Ratna berpikir terlalu indah. Belum satu menit berlalu, terdengar suara kantong plastik yang dibereskan, Timothy berkata: "Aku masih ada sedikit urusan, istirahatlah dulu, besok pagi aku akan datang menjemputmu saat sempat."
Ratna merasa sangat kecewa, langsung menutup badan dengan lebih rapat.
Di dalam hati Timothy, dia malah tidak lebih penting dari sebuah pekerjaan!
Melihat Ratna tidak memberi reaksi apapun, Timothy hanya bisa berdiri di depan pintu dan bertanya: "Ada yang perlu aku bantu?"
"Tidak ada! Tidak ada!" Ratna tahu yang dia maksud adalah masalah Ayahnya. Mendengar kata ‘Bantu’, hatinya pun terasa pedih, kacau sekali rasanya: "Aku bisa sendiri, pergilah!"
Sungguh anak kecil yang suka ngambek…. Timothy menghela nafas dengan perlahan.
Dia tidak menyukai pernikahan mereka, tetapi bagaimanapun Ratna adalah istri sahnya. Sudah menikah bertahun-tahun, dia selalu patuh, tidak banyak ribut, Timothy pun tidak mungkin mengabaikannya begitu saja.
Setelah meninggalkan kamar pasien, Timothy berpikir beberapa saat, lalu mengeluarkan handphone dan memanggil sebuah nomor: "Bantu aku hubungi Tuan Alex, tanyakan kapan dia sempat, aku ingin mengunjunginya."
Setelah bangun di pagi hari, Ratna menunggu hingga jam 11 siang, tetapi Timothy tak kunjung tiba.
Dia telah membohonginya!!