Bab 7 Dia Telah Menyulitkanmu
Bab 7 Dia Telah Menyulitkanmu
Dia kepikiran akan pernikahannya bersama Timothy. Selama menikah 3 tahun, hubungan keduanya tetap seperti itu, tidak berubah sedkitpun, hanya seolah dua orang asing yang tinggal satu atap hanya karena ikatan selembar kertas.
Bagaimana bisa dia melewati 3 tahun hidup bersama laki-laki berhati dingin itu?
Di saat inilah perut Ratna kembali sakit. Wajahnya memucat, diikuti dengan dua kaki yang melemah, hampir saja terjatuh.
Alexander segera memapahnya dengan cepat. Melihat wajahnya yang pucat, Alex pun bertanya dengan cemas: "Apakah kamu tidak enak badan? Bagaimana jika aku antar ke rumah sakit saja?"
"Tidak apa-apa." Ratna hanya melambaikan tangan, berusaha berdiri dengan bantuan tangan Alexander, dengan ekspresi wajah yang sangat kusut. "Sebenarnya aku sangat iri padamu, pernikahanmu tidak berlangsung baik, dan bisa bercerai begitu saja."
"Kamu dan Timothy…." Meskipun sudah beberapa tahun tidak pulang, Alexander sering berkomunikasi dengan Ayah Lu. Dia tahu Ratna menikah dengan Timothy, dan dengar-dengar kondisi keluarga laki-laki itu tidak terlalu baik, "Dia menyulitkanmu?"
Ratna menggelengkan kepala.
Jika Timothy menyulitkan dia, cukup menyindir dan menghinanya saja seharuan, kenapa harus sampai bersikap dingin dan pulang satu kali dalam seminggu, seolah tidak ada kata ‘Keluarga’ dalam kamus hidupnya.
Ratna ingin mengatakan sesuatu, tetapi saat mengangkat kepala, terlihat sekumpulan orang berjalan datang.
Beberapa laki-laki berpakaian jas dan sepatu kulit, kelihatan seperti pebisnis besar. Laki-laki yang berjalan di depan mengenakan jas berwarna abu-abu, dengan rambut hitam yang tersisir rapi, berwibawa tinggi, sulit sekali untuk diabaikan mata-mata.
Ratna melihat ke sosok perempuan di sampingnya. Dia mengenakan gaun abu yang sepadan dengan laki-laki itu, dengan warna kulit putih bersih dan senyuman kecil pada bibir.
Ratna terdiam beberapa saat. Dia seolah merasa, perempuan yang berjalan di samping Timothy adalah perempuan yang mengangkat teleponnya waktu itu, pasti dia!
Timothy yang berjalan datang pun menyadari keberadaan Ratna disana.
Saat melihatnya bersama seorang laki-laki, Timothy pun mengerutkan kening, baru ingin berkata sesuatu, perempuan di sampingnya pun membuka pintu ruangan dan berkata lembut: "Direktur Timo, silahkan."
Ratna berpikir dalam hati, ternyata itu memang perempuan yang mengangkat teleponnya waktu itu, suaranya jauh lebih merdu dibandingkan dalam telepon kemarin.
Melihat Timothy berjalan pergi bersama timnya tanpa berkata apapun, Ratna pun menarik ujung baju dengan erat.
Dia juga ingin melangkah pergi dengan santai, tetapi tak disangka perutnya kembali sakit, sekujur tubuhnya tergeletak di lantai.
"Nana?"
Timothy sedang berjalan ke dalam ruangan. Mendengar suara teriakan Alexander, dia segera menoleh ke luar, barulah menyadari Ratna tergeletak dengan wajah pucat disana. Doa segera mendorong pergi orang di sampingnya dan melangkah cepat kesana.
"Lepaskan." Setelah mendorong paksa Alexander, Timothy menggendong Ratna dan berjalan keluar hotel dengan wajah suram.
Alexander bisa menebak siapa itu, dia pun tidak mengejarnya, hanya berdiri diam sambil mengedipkan mata.
Timothy membawa Ratna masuk ke ruang IGD rumah sakit.
Saat sedang menunggu, dia pun menelepon Siskalia demi membatalkan negosiasi malam itu.
Setelah menunggu 10 menit di luar, pintu kamar pun terbuka.
Dokter menurunkan masker dan langsung bertanya pada Timothy: "Apakah kamu suaminya?"
Timothy menganggukkan kepala: "Benar."
"Jagalah istrimu dengan baik, jangan biarkan dia minum bir dan merokok lagi."
Dokter mulai menyalahkannya: "Dia memiliki penyakit rahim dingin. Jika masih tidak mengatur waktu istirahat dengan baik, menjaga kesehatan baik-baik, bisa melahirkan anak ataupun tidak akan menjadi sebuah masalah besar. Aku sudah membukakan resep obat untuknya, ingat minta dia minum tepat waktu."
"Terima kasih Dok."
Sekalipun dokter telah pergi, pikiran Timothy masih terus dibayangi perkataan-perkataan tadi, dia pun menggaruk alis dengan jari tangan.
Karena desakan keluarga, dia terpaksa menikah dengan Ratna, tentu saja merasa kesal dengan pernikahan itu, makanya mengusulkan tandatangan perjanjian saat menikah. Semua masalah mereka dipisahkan dengan jelas agar tidak terikat sedikitpun di saat menikah.
Tetapi melihat Ratna hidup dengan sangat menderita, penuh dengan penyakit, Timothy tetap merasa tidak nyaman dalam hati. Intinya, bagaimanapun Ratna adalah anak perempuan berusia 20 tahun lebih, bagaimanapun dia harus menjaganya.
Timothy pun turun ke minimarket rumah sakit dan membeli semangkok bubur panas.
Saat memasuki kamar pasien, kebetulan Ratna telah sadar dan seolah berusaha untuk duduk.
"Tidak boleh bergerak sembarangan." Timothy meletakkan bubur di meja, sekaligus mengambil dan menyelipkan bantal di punggung Ratna agar bisa bersandar: "Bukankah merokok hanya untuk bersenang-senang saja, kenapa sampai ketagihan?"
Dia tidak pergi ya?