Bab 6 Saudara Seperguruan
Bab 6 Saudara Seperguruan
Tidak berapa lama, perwakilan pihak kedua pun tiba.
Dia adalah seorang perwakilan dari Prancis, tetapi datang bersama asisten dan dua bos lain yang bukan berkebangsaan Prancis .
Laki-laki itu pun mengenali dan langsung tersenyum menyapanya: "Saudari Ratna."
Melihat senyuman pada wajah laki-laki itu, Ratna pun kepikiran.
Alexander, dulunya adalah murid Ayahnya, juga pernah bekerja di dalam pengadilan. Keduanya memiliki hubungan yang cukup baik, tetapi setelah itu bisnis keluarga Alexander mengharuskan dia pindah ke Swiss, dan tidak pernah kembali lagi.
"Hai Saudara." Ratna pun membalas senyumannya.
Karena itu adalah negosiasi bisnis, mereka tidak mungkin berbincang terlalu lama, hanya bisa melanjutkan percakapan di lain waktu.
Ratna duduk di bagian Dikretur Chen, mendengar dengan teliti semua yang dikatakan oleh perwakilan pihak kedua, lalu menerjemahkannya untuk Direktur Chandra. Setelah Direktur Chandra mendengar dan menjawab, dia pun kembali menyampaikannya dengan Bahasa Prancis.
Ini sangat menguji kemampuan pendengaran, dan bahasa setiap negara berbeda-beda, mungkin saja akan terjadi sedikit perubahan kecil saat diterjemahkan ke bahasa lain. Ratna berusaha keras menyampaikannya dengan sejelas dan sesingkat mungkin, agar kedua pihak dapat mengerti maksudnya.
Di tengah negosiasi, mereka pun bersulang dengan gembira. Ratna berusaha keras mewakili Direktur Chandra menjamu tamu-tamu itu. Saat ini dia masih sedang datang bulan, sambil minum minuman dingin, wajahnya perlahan semakin memucat.
Alexander melihatnya sekilas, lalu berbisik beberapa saat di telinga perwakilan dari Prancis itu. Setelahnya, jumlah bersulang mereka pun semakin berkurang, dan memperbanyak makan sayur, berkat itulah kondisi Ratna sedikit membaik.
Tidak lebih dari satu setengah jam, negosiasi itu berakhir dengan lancar, keduanya pun menandatangani surat kontrak.
Melihat tidak ada urusan dirinya, Ratna pun berpamitan pada Direktur Chandra, lalu berdiri dan berjalan memasuki kamar mandi. Tadinya berencana membakar sebatang rokok, tetapi dia baru sadar tidak membawa tas, maka hanya mencuci tangan dan berjalan pergi..
Saat berjalan ke koridor, tepat sekali dia berpapasan dengan Alexander.
Ratna berinisiatif menyapanya: "Saudaraku, terima kasih atas tadi." Jika bukan karena bantuan Alexander, mungkin saja saat ini dia sudah muntah-muntah di toilet.
"Jangan sungkan." Alexander tersenyum datar. Melihat tangannya basah, Alexander langsung mengeluarkan sapu tangan dan menyodorkan padanya: "Jangan biarkan tangan basah, mudah masuk angin."
Ratna pun tidak sungkan lagi, dengan santai dia menerima sapu tangan itu dan mengeringkan tangannya, lalu berkata meledek: "Dulu aku sering melihatmu bawa sapu tangan, tidak disangka kebiasaan ini masih saja melekat pada dirimu."
"Sudah biasa, dan sapu tangan lebih bersih dari lainnya." Alexander berjalan bersampingan dengannya hingga ke ruangan negosiasi: "Sewaktu pulang aku sudah mendengar kabar tentang guru, tetapi tidak memiliki nomor teleponmu, tidak bisa menghubungimu."
"Sudah seharusnya dia merasakan itu." Ratna berkata dengan wajah tidak berekspresi: "Saudara seperguan, kamu jangan prihatin ataupun cemas, dia sendiri yang tidak pandai mensyukuri jabatannya, terlalu serakah."
Alexander menghela nafas dengan pelan, lalu mengeluarkan selembar kartu nama dan memberikan padanya: "Dengar-dengar kasus guru belum disidangkan. Jika ada perlu, katakan saja denganku, bagaimanapun juga aku sudah berguru padanya selama bertahun-tahun."
Ratna bimbang beberapa saat, pada akhirnya pun menerima kartu nama itu.
Saat bertemu Alexander, dia sempat berpikir untuk meminjam uang, tetapi 4 Miliar bukanlah angka yang kecil, dia pun merasa sungkan. Ayahnya sendiri adalah gurunya, sungguh memalukan.
"Hm, jika ada perlu pasti akan aku katakan." Ratna melupakan rencana meminjam uang, mulai mengalihkan topik pembicaraan: "Dengar-dengar tidak lama setelah pergi ke Swiss, kamu langsung menikah. Bagaimana? Lancar tidak hidupmu?"
"Tidak terlalu lancar." Alexander tersenyum pahit, berkata dengan nada datar: "Istriku terlalu bebas, tidak mau diatur, pernah suatu hari 3 laki-laki datang mencarinya, aku tidak tahan lagi, maka mengusulkan untuk bercerai."
"......"
Ratna tidak menyangka kehidupan pernikahannya akan seperti itu, dalam sekejap susah untuk mengerti: "Bukankah kalian memiliki seorang anak, setelah menikah, bagaimana dengan anak itu?"
"Dengan sifatnya seperti itu, aku takut dia mendidik putriku hingga rusak, makanya membagikan setengah harta untuknya, lalu mendapatkan hak asuh atas anak itu. Kali ini aku juga membawanya pulang, berencana menetap beberapa waktu disini."
Melihat Ratna mengerutkan kening seperti tidak enak hati, Alexander pun berkata sambil tersenyum: "Adik Seperguruan jangan sungkan seperti itu, ini bukanlah masalah yang besar, jika suami istri tidak bisa bersama lagi, solusinya ya bercerai."
Ratna hanya tersenyum, tanpa berkata apapun lagi.