Bab 12 Bukankah Pernikahan Ini Selalu Berjalan Dengan Baik
Bab 12 Bukankah Pernikahan Selalu Berlangsung Dengan Baik
Saat memikirkannya, Ratna pun merasa bodoh sendiri, seorang laki-laki yang tidak mencintai dirinya mana mungkin ingin memiliki anak dengannya. Untung saja tidak ada rencananya yang berhasil dijalankan. Jika tidak, sekalipun punya anak, mereka pun tidak akan membentuk keluarga utuh dan harmonis.
"Aku takut kamu tidak cukup, makanya menuliskan 5 Miliar untukmu." Alexander mengeluarkan selembar cek dan memberikannya pada Ratna.
Ratna pun tidak basa basi lagi, langsung menerimanya. Setelah dipastikan, dia mengeluarkan kertas dan pena, lalu menuliskan surat pernyataan pinjaman pada Alexander: "Saudaraku, aku usahakan mengembalikannya dalam waktu satu tahun."
"Bagiku ini tidak seberapa." Alexander mendorong kembali surat pernyataan itu, tertawa dan berkata: "Lagipula dia adalah guruku, tidak menjadi masalah uang ini bisa dikembalikan atau tidak."
"Tidak boleh, jika kamu tidak terima surat pernyataan pinjaman, aku tidak mau meminjam uang ini." Melihat Alexander seperti itu, Ratna segera mendorong kembali lembaran cek kepadanya, dan bersikap sangat tegas.
Alexander pun terpaksa melipat surat pernyataan itu, memasukkan ke dalam saku, berkata: "Kalau begitu aku terima, tetapi tidak perlu dengan sistem bunga ya."
Ratna baru ingin mengatakan sesuatu, Alexander malah mendahuluinya, berkata dengan setengah bercanda: "Jika kamu sungguh tidak terima, kapan-kapan ajari David mengenal huruf saja, anggap saja sebagai bayaran atas bunganya, belakangan ini dia tidak suka ke taman kanak-kanak."
Setelah berpikir beberapa saat, Ratna pun mengiyakan: "Baiklah, untuk saja prestasi belajarku dulu sangat bagus."
"Tentu saja, juara dunia gitu loh!" Alexander pun ikut tertawa.
Ratna sangat terharu dengan pinjaman uang dari Alexander, tadinya dia berencana menraktirnya makan enak. Tetapi saat hendak pergi, Alexander menerima telepon dari kantor yang mengharuskan dia untuk kembali, "Makan-makannya lain kali saja, sepertinya kali ini tidak bisa."
"Tidak masalah, selesaikan saja kesibukanmu dulu." Ratna bisa mengerti keadaannya.
Setelah mengantar Alexander dan David pergi, Ratna pun bergegas dari kafe itu. Dia pergi ke dalam pasar untuk membeli sayur, saat pulang dikejutkan dengan mobil Timothy. Pemilik mobilnya sedang bersandar di samping mobil, dengan ekspresi wajah suram.
"Kenapa kamu kemari?" Ratna berdiri di jarak 1 meter darinya, saat bertanya, dia merasa menyesal dalam hati. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik dia tidak memberitahu alamat rumah yang akan disewakan untuk Ibunya pada Timothy.
Saat menoleh melihat Ratna, ekspresi wajah Timothy menjadi semakin suram. Dengan langkah besar dia maju ke depan, dan bertanya: "Kenapa membereskan semua pakaian dan tidak tinggal disana lagi?"
"Itu rumahmu, aku pun tidak harus terus tinggal disana." Ratna berkata sambil menekan nada suaranya, "Dan Ibuku seringkali insomnia, aku ingin terus menjaganya."
"Lalu ini, apa-apaan ini?" Timothy memperlihatkan sebuah dokumen di depan Ratna. Tertulis kata ‘Surat Cerai’ yang menusuk mata, jangan tanyakan betapa kacaunya pikiran Timothy saat membacanya.
Terlalu banyak urusan di perusahaan, setelah menyelesaikan semuanya, dia baru sadar hari telah sore.
Dia merasa seharusnya Ratna sudah keluar rumah sakit, makanya membeli sayur dan langsung pulang. Tetapi sesampainya di rumah, suasana sepi sekali, tanpa sedikitpun suara.
Hingga sampai di kamar tidur, terlihat meja sudah kosong dan bersih, barulah dia sadar Ratna telah membereskan barang-barangnya. Di dalam lemari pun hanya tersisa mantel-mantel tebal, ditambah dengan sebuah surat cerai yang sudah Ratna tandatangani dan diletakkan di kepala ranjang.
Secara tiba-tiba, dia merasa panik, bahkan tidak mengerti kenapa Ratna berbuat demikian.
Bukankah 3 tahun setelah menikah dijalani dengan baik-baik saja?
Dengan cepat dia menelepon, entah karena Ratna telah memblokir nomornya atau bukan, telepon itu tak kunjung tersambung. Timothy kesal hingga menendang lemari baju dengan keras, suasana hatinya semakin kacau.
Setelah berhasil menenangkan diri, Timothy kepikiran Ratna pernah mengatakan menyewakan rumah untuk Ibunya, dan juga memberikan alamat itu pada dirinya. Dia pun segera mencari ke semua laci, begitu menemukannya langsung melaju ke lokasi, tetapi dia juga tidak tahu Ibu Lia tinggal di lantai berapa, hanya bisa menunggu di bawah gedung.
"Seperti yang kamu lihat." Ratna melihat sekilas surat cerai itu, berkata dengan nada datar: "Aku ingin bercerai denganmu."
"Ratna, kamu!" Ekspresi wajahnya yang tenang membuat Timothy semakin kesal. Dia langsung menjulurkan tangan menarik tangan Ratna, hingga membuat kantong plastik yang ditentengnya terjatuh, sayur-sayur berserakan, "Belum sampai 4 tahun, kenapa kamu ingin bercerai?"
"Aku lelah, bolehkan jika aku tidak ingin lagi!" Setelah menahannya selama 1 hari, emosi Ratna pun meledak, dia melototi Timothy dan berkata: "Memangnya kenapa jika belum sampai 4 tahun, kita juga tidak saling mencintai, bukankah cerai adalah pilihan yang tepat?"
Timothy belum berkata apa-apa, Ratna pun lanjut berkata: "Timothy, apakah kamu pernah mencintaiku?"