Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Bolehkah Kita Saling Melepaskan

Bab 13 Bolehkah Kita Saling Melepaskan

Ratna tidak perlu menunggu jawabannya, hanya melihat kerutan kening Timothy saja dia sudah mengerti, spontan tertawa: "Tidak perlu berpikir harus berkata apa, aku sudah tahu jawabannya, jadi, bolehkah kita saling melepaskan?"

Ratna melepaskan tangannya, berjongkok mengambil barang, dengan mata yang sudah memerah.

Tadinya dia masih berharap, asalkan bisa melihat sedikit ekspresi panik dari mata Timothy, ataupun rasa tidak rela, dia bisa saja mengubah pikirannya dan tidak jadi bercerai.

Tetapi laki-laki itu bersikap terlalu dingin, dia tidak melihat apapun dari dalam matanya, apalagi yang bisa diharapkan?

Dia bahkan kehilangan keberanian untuk menanyakan hubungan laki-laki itu dengan Siskalia.

Ratna sangat tenang, setelah mengambil barang dia pun berjalan masuk ke dalam gedung. Malah Timothy yang mulai panik, gerakan badannya jauh lebih cepat dan pikirannya, dengan gesit dia menghadangi jalan Ratna.

Selama 3 tahun menikah, kadangkala Ratna memang suka ngambek dan kesal, tetapi Timothy masih bisa menahannya. Hanya saja, saat mendengar Ratna mengucapkan kata cerai, hatinya pun terasa tidak nyaman, seolah tidak bersedia mempercayainya.

"Apakah karena masalah Ayahmu?" Timothy bertanya: "Aku sudah mencari orang untuk membantu…."

"Tidak perlu, aku bisa menyelesaikannya sendiri!" Ratna memotong perkataannya, "Perceraian kita tidak ada hubungannya dengan ini."

"Bagaimana cara kamu menyelesaikannya? 4 Miliar bukanlah uang yang sedikit." Timothy tentu saja merasa ada yang tidak beres.

Ratna merapatkan bibir dengan erat, tidak ingin menjawab apapun.

Timothy semakin mendekat, berkata dengan nada dingin: "Ratna, kamu yang ingin menikah, semua sudah seuai kemauanmu. Tetapi, apakah kamu bisa mengusulkan perceraian begitu saja, kamu anggap aku apa, barang bekas yang sudah kamu gunakan?"

"Bukan itu maksudku….." Ratna baru ingin menjelaskan, tetapi Timothy malah langsung memegang wajahnya dan mencium dengan dalam.

Ciuman itu bahkan jauh lebih agresif dibandingkan saat mereka bermesraan, lebih seperti sedang menghukumnya.

Ratna merasa sekujur tubuhnya menjadi panas, otak pun hampir berhenti berputar.

Sepertinya inilah kedua kalinya Timothy menciumnya, terkecuali kemesraan di dalam ranjang.

Ciuman Timothy bertambah dalam, hingga saat handphone dalam sakunya terus berbunyi dan membisingkan, barulah dia menyelesaikannya. Dengan wajah kesal dia mengangkat telepon itu, sembari menggenggam tangan Ratna dengan erat, takut dia akan melarikan diri.

"Apa yang terjadi?"

"Singapura? Baiklah aku sudah tahu, bantu aku pesan tiket, besok aku berangkat."

Timothy tidak pernah bertele-tele soal kerjaan, cukup dengan 3 menit saja dia telah menyelesaikan pembicaraan dalam telepon.

Saat melihat Ratna kembali, Timothy pun tidak berdaya: "Aku memiliki urusan mendadak, harus pergi ke Singapura selama 1 minggu, masalah cerai akan kita bicarakan setelah aku pulang."

Ratna tidak banyak berekspresi: "Hanya bercerai saja, aku sudah tandatangan, tinggal kamu tandatangan saja."

Timothy merobek surat perceraian itu di depan matanya. Dengan jarang sekali, Timothy berkata dengan nada lembut: "Bukan kamu yang bisa menentukan pengakhiran pernikahan begitu saja. Masalah ini juga memerlukan pertimbanganku. Ratna, jangan emosian."

Ratna sungguh dibuat kesal hingga tertawa.

Dia masih ingin mempertimbangkannya?

Luar biasa! Bukankah selama 3 tahun ini masa mudanya telah disia-siakan?

Ratna baru ingin menegaskan pendiriannya, Timothy malah menjulurkan tangan membelai kepalanya, membantunya membawa beberapa kantong belanjaan sembari berkata: "Sudah lama tidak berjumpa Ibu, aku ikut kamu menemuinya."

Beberapa kalimatnya berhasil sungguh membuat hati Ratna menjadi lembut, keduanya pun masuk ke dalam gedung.

Ibu Lia sedikit kaget saat melihat Timothy, tetapi tetap menganggukkan kepala membalas sapaannya dan lanjut menonton film.

Timothy mengikuti Ratna masuk ke dalam dapur demi mengurusi bahan masakan. Ratna memasak, dia membantu dari samping. Keduanya tidak banyak berkata, sama halnya dengan saat berada di tempat tinggal mereka. Daru awal hingga akhir, siapapun tidak membahas soal perceraian.

Rumah yang disewakan Ratna untuk Ibunya hanya terdiri dari sebuah ruang tamu dan kamar, saat pindahan pun dia telah merasa sedikit sempit. Tentu saja Timothy tidak mungkin menginap disana, lagipula dia juga tidak berencana menawarkannya nginap.

Selesai makan, Timothy menemani Ratna menonton sesaat. Setelah waktu sudah cukup malam, ia pun berdiri dan berbalik badan pergi.

"Nana, antar aku sebentar."

"Kamu punya kaki kan, bisa jalan kan?" Ratna bersandar dengan malas di sofa. Alhasil, sebelum dia berdiri, Timothy akan terus berdiri disana. Hingga saat Ibu Lia terbatuk beberapa kali, barulah dia berdiri dan mengantarnya keluar.

Timothy tetap merasa tidak tenang, sesampainya di bawah gedung, dia pun mengulangi perkataannya, "Masalah perceraian akan kita bicarakan setelah aku pulang dari dinas."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel