Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Cepat Kaya

"Kau melakukan sihir, ya!" bisik Roy melihat ekspresi wajah Moa yang tiba-tiba berubah.

"Pak! Tidak!"

"Kau bilang apa? Kau yakin?"

"Tidak! Aku tak melakukan apapun! Sungguh!" Moa yang terlanjur kikuk dengan jawabannya lalu terkekeh membuat Roy segera tersenyum simpul.

"Kenapa aku ini? Kau ini gadis baik. Mana mungkin kau melakukan hal bodoh seperti yang aku tuduhkan padamu." Roy terkekeh lalu melangkah pergi meninggalkan Moa yang masih tak percaya dengan pencapaiannya hari ini.

"Apa mungkin ini karena Money Bowl," bisiknya berkali-kali sambil terus mencatat bunga apa saja yang akan dirangkai untuk pesanan hotel yang akan buka sabtu ini.

Lama dia terdiam di atas tempat duduknya hingga hari menjelang siang. Matanya mulai mengantuk dan perutnya mulai berbunyi nyaring. "Aku lapar," bisiknya sambil meraba perutnya. "Uh!" Matanya kembali terpejam dan nafasnya mulai terengah.

Dia sudah dua hari ini tak makan nasi hanya minuman manis saja yang menjadi tenaganya belakangan ini. Itupun pemberian Tuan Roy, kalau bukan pemilik toko ini yang membantunya mungkin dia sudah mati kelaparan.

"Moa!" seru Roy sekali lagi. Kali ini di tengahnya terdapat sebuah nampan aluminium berisi beberapa potong ayam yang diletakkan di atas piring putih dengan nasi yang menggunung. "Kau pasti lapar!"

"Tuan!" Moa spontan berdiri lalu tersenyum senang melihat apa yang dibawa pemilik toko bunga ini. "Kau tau kalau aku sudah tak sanggup menahan lapar ini! Kau benar-benar pria baik!"

"Iya, aku tadi dapat kiriman ayam goreng dari toko ujung jalan. Dia bilang dia dapat pesanan cukup banyak hari ini dan ingin berbagi padaku!"

"Wow!" Moa lalu melihat kalender di ujung mejanya. "Kalau tidak salah ini hari ulang bulan mereka."

"Ulang bulan?"

"Iya, mereka buka tanggal 23 Oktober 1970! Itu tepat sebulan yang lalu!"

"Ah! Pantas saja mereka mengirimiku banyak ayam. Karena kebanyakan aku berikan padamu 3," tunjuk Roy lalu setelah meletakkan nampan di atas meja kerja Moa.

"AH, terima kasih!" seru Moa yang segera meraih potongan ayam pemberian tuannya.

"Makanlah, kita tutup saja tokonya. Toh tak ada yang datang!" ucap Roy sambil membalikkan badannya kemudian bergegas menuju pintu untuk memutar tulisan di kaca pintu. "Close!" serunya setelah tulisan di pintu terbalik dan Moa melanjutkan makan siangnya.

Hari itu hati Moa sungguh sangat senang. Pesanan bunga untuk beberapa bulan yang akan datang plus sepiring nasi dengan lima potong ayam di depannya sungguh sangat membuatnya sangat senang. Entah apa lagi yang akan dia dapatkan setelah membuat Money Bowl yang ternyata begitu drastis merubah hidupnya.

"Enak sekali ayam goreng ini. Pantas saja rumah makan itu ramai sekali," Moa mengelap ujung bibirnya dengan tisu lalu mengelus perutnya yang kekenyangan. "Aku benar-benar beruntung!" ucapnya lagi.

Selepas makan siang, Moa segera mengganti tulisan di kaca pintu dari close menjadi open. Kemudian merapikan meja tempatnya bekerja sebelum akhirnya berdiri tegak karena seorang pria masuk ke dalam toko dengan senyumnya yang lebar.

"Selamat siang," sapa Moa dengan ramah. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan!"

"Saya mau pesan bunga untuk ulang tahun putriku," pesan pria paruh baya berpenampilan perlente itu pada Moa yang cantik dengan dress putih yang dia kenakan siang itu.

"Kami ada beberapa buket bunga yang sudah jadi, Tuan. Tuan bisa pilih," Moa mendekat ke arah contoh buket bunga yang berjejer di dekat etalase toko lalu meraihnya. "Ini sudah layu, kalau Tuan mau, saya bisa buatkan lagi dengan bunga segar yang ada,"

"Tidak untuk hari ini, kok. Aku butuh untuk dua hari lagi jadi aku datang untuk memesan."

"Oh, baiklah. Apa warna bunga yang kau mau!"

"Aku butuh satu ruangan bukan satu buket. Jadi apakah kau bisa memenuhi permintaanmu!"

Mendengar pesanan tamunya tentu jantung Moana segera berdebar kencang. Dia terbelalak mendengar apa yang begitu sulit dia dengar sebelumnya.

"Ka... kau pesan satu ruangan?"

"Benar! Aku mau ruangan ulang tahun putriku dihias bunga-bunga cantik seperti itu!" tunjuk pria tua itu pada sebuah buket dari bunga plastik yang terpasang di depan meja kerja Moana.

"Itu bunga anggrek, Tuan. Jika kau mau akan aku pesankan sekarang agar cukup untuk memenuhi pesananmu!"

"Iya, aku mau bunga itu. Berapapun harganya akan aku bayar! Katakan saja harganya!"

"Baik! Boleh aku tau siapa namamu, biar aku catat agar aku tak lupa akan pesananmu,"

"Aku tuan...,"

"Tuan Wilson!" seru Roy yang masuk ke dalam tokonya dengan bergegas.

"Hah! Tuan Wilson? Bukankah dia Gubernur North Port," bisik Moana tak percaya.

"Hay, Roy! Kau di sini!" sapa pria paruh baya itu yang ternyata sudah buat janji dengan Roy. "Aku datang!"

"Kau jadi merayakan ulang tahun putrimu?"

"Tentu saja jadi. Aku mau bunganya bunga yang itu!" tunjuk Wilson pada bunga yang sudah dia tunjuk tadi.

"Oh, anggrek! Itu,"

"Kenapa?" tanya Wilson memutus perkataan Roy.

"Itu harganya 100$ satu pcs. Kalau kau mau kami butuh waktu untuk memenuhi permintaanmu,"

"Berapapun harganya aku mau beli! Kau dengar!"

"Siap!" ucap Roy yang tau jika perbincangan ini dilanjutkan maka gubernur ini akan merasa terhina dengan perkataannya.

Setelah pesanan dibuat dan Wilson pergi tinggallah Roy dan Moa yang saling melempar senyum di dalam toko.

"Gila! Berarti dia akan membeli bunga dengan harga satu juta dollar hanya untuk ulang tahun putrinya!" gumam Roy dengan senyum yang mengembang.

"Iya, Pak! Aku sudah pesankan bunga pilihan Gubernur dan katanya siap dikirimkan untuk kita besok!"

"Aku tak menyangka akan secepat ini mengumpulkan uang. Aku sangat beruntung, Moa!" seru Roy dengan nafas lega.

"Iya, aku akan bantu sampai semua pesanan terpenuhi, Tuan! Aku akan lakukan semuanya untuk membantumu!" seru Moa yang begitu bersemangat dengan semua pesanan mereka yang semakin menumpuk ini.

Setelah berbincang dengan Roy cukup lama, ini saatnya Moa pulang. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini Roy memberikan Moa beberapa lembar uang untuk ongkosnya pulang.

Roy juga berpesan agar Moa makan banyak karena dia tak mau gadis ini sakit di saat dia sedang kebanjiran orderan.

Tentu Moa menuruti perkataan pemilik toko itu hingga saat pulang dia menyempatkan untuk belok ke toko penjual ayam goreng terlebih dulu sebelum akhirnya kembali pulang sebelum langit semakin gelap.

"Ah!" Moa yang akhirnya tiba di rumah segera membuka pintu dan duduk di meja tempat Money Bowl berada. Dia tersenyum simpul pada benda ajaib yang ternyata memiliki kekuatan luar biasa untuk hidupnya hari ini.

"Terima kasih. Pasti kau yang telah membantuku!" girang Moa lalu mendekatkan wajahnya ke arah Money Bowl itu. "Aku harap besok kita bisa kembali bekerja sama karena aku tak mau hidupku kembali miskin seperti dulu!"

Brak!

Baru saja Moa menyelesaikan perkataannya tiba-tiba suara benturan keras terdengar di atap rumah.

"Apa itu!" teriak Moa ketakutan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel