04
"Sistem, uang satu juta yang aku miliki bisa digunakan untuk apa?" tanyanya, sudah tak sabar ingin menjelajahi kehidupan baru yang ia temui.
Kamu bisa membeli apa pun yang kamu mau, asalkan dana yang kamu miliki mencukupi." Lantas, bagaimana cara meningkatkan kecepatan, kekuatan, dan kecerdasan?"
Semua itu bisa diperoleh sesuai tugas yang berhasil diselesaikan, atau bisa dibeli dengan dana yang tersedia di sistem. Harganya bervariasi sesuai level.
Tak lama, tugas sistem muncul: [Selamatkan seorang wanita dari tindak pelecehan di salah satu toilet wanita.]
Menerima: Ya/Tidak
"Apakah ada tugas yang bisa ditolak? Dan adakah penalti jika diterima namun gagal menyelesaikannya?"
[Untuk tugas kali ini, kamu bisa menolak tanpa mendapat hukuman, karena ini hanyalah tugas tingkat rendah.]
David segera menekan tombol 'Ya' di layar biru di depannya. Dia pun meminta bantuan sistem untuk menemukan lokasi tugas itu.
Dalam hitungan detik, David tiba di lantai tiga sambil mengenakan pakaian lengkap. Dalam sekejap ia langsung berlari sesuai arahan dari layar biru di tangannya, meninggalkan jejak gema langkah di lorong itu. Sementara beberapa orang hanya bisa bersumpah kesal karena kaget dengan gerak cepat David.
Beberapa orang tergopoh-gopoh menjauh ketika David tak sengaja menabrak mereka. Terlihat nyata bahwa David bukanlah orang sembarangan, meskipun baginya tabrakan tadi hanya kecelakaan kecil yang tak disengaja.
Braak...! Pintu kamar mandi wanita mendadak mendapat tendangan keras setelah David yakin bahwa suara meminta tolong terdengar dari balik pintu itu. Meski begitu, dia cukup terampil untuk tidak merusak pintu, hanya menghancurkan penguncinya saja.
Saat pintu terbuka, pemandangan mengejutkan terkuak di depan mata. Seorang wanita cantik tampak terancam oleh aksi bejat seorang pria paruh baya yang mencoba memaksanya.
"Tolong..." teriak wanita itu sambil isak tangis, tubuhnya terguncang karena ketakutan. Dia tak bisa bergerak karena tangannya terikat erat, dan pria menjijikkan itu duduk di atas pahanya dengan tatapan bernafsu.
Namun saat pria bejat itu hendak melancarkan aksi lebih jauh, suara tendangan keras terdengar! Dengan sigap, pintu toilet menghantam punggung pria tersebut, membuatnya langsung terjatuh tak berdaya. David berhasil mencegah aksi tak termaafkan ini, melindungi sang wanita dan mengakhiri teror yang menghantui hari itu.
Wanita itu segera berdiri dengan penuh semangat, menggigit tali yang mengikat tubuhnya sekuat mungkin hingga terlepas, dan melompat langsung ke dalam pelukan sang penyelamat. Pada saat itu, ia belum dapat melihat dengan jelas siapa sosok pemberani yang baru saja menyelamatkan hidupnya. "Bagaimana situasimu?" tanya seorang suara dalam di telinganya, yang langsung membuat wanita itu sadar bahwa ia sedang memeluk seorang pria. Karena terkejut, ia melepaskan pelukan tersebut dengan terburu-buru.
Matanya segera menangkap wajah tampan di depannya, yang berdiri gagah bagaikan dewa dalam mitologi yang mampu membuat jantung wanita manapun melebur dalam sekejap. Wanita itu tanpa sadar merentangkan tangannya, menyentuh wajah David dengan penuh takjub, merasa kagum dan tak percaya atas keberaniannya dalam menggagalkan upaya penculikannya. Bagi wanita ini, inilah pengalaman pertama yang mengguncang hidupnya. Melihat senyuman tulus di wajah David, wanita itu merasa malu mendalam, lantas menarik tangannya.
"T-terima kasih, kau sudah menyelamatkanku. Aku hampir… ." Dia berhenti bicara dan merasa gusar, kemudian berbalik menghampiri laki-laki tua yang menculiknya yang masih tergeletak di lantai. Wanita itu tidak dapat menahan amarahnya, ia pun menendang tubuh laki-laki itu yang belum mampu bangkit karena pinggulnya yang retak akibat benturan dari pintu tadi.
Wanita itu langsung menelepon komandan Joni melalui telepon genggamnya. Hanya beberapa menit kemudian, Joni tiba di tempat kejadian, didampingi oleh dua anggota timnya. Joni segera berlari, melihat sosok yang tak asing baginya. Di ambang terbukanya rahasia, dia hampir membungkuk, tetapi David mengirimkan kode isyarat lewat tangannya, menghentikan gerak Joni.
"Ada apa ini, Nona Larissa?" tanya Joni yang telah berdiri di depan wanita bernama Larissa. Nama itu terlihat dari tanda pengenal yang tertulis di saku bajunya.
"Orang ini tega masuk ke toilet wanita dan hendak memperkosa saya! Segera tangkap dia dan laporkan ke polisi," ucap Larissa dengan nada penuh amarah dan ketakutan karena hampir saja keperawanan yang telah ia jaga selama dua puluh tahun direnggut oleh pria tua seperti babi itu.
Dengan perasaan campur aduk, Joni masuk ke toilet dan menatap sosok yang ternyata sangat dikenalnya. Hatinya meneriakkan kekecewaan, 'Ah, sial! Kenapa harus dia?' Pikirannya mulai kalut, sementara keringat dingin merembes di punggungnya, mencoba mencari cara terbaik untuk menyelesaikan situasi genting ini.
Sosok yang berada di toilet itu berdiri dan berkata dengan nada mengancam, "Apakah kamu ingin dipecat?" Teriakan kerasnya bergema di dalam toilet. Sosok itu berjalan keluar, pandangannya menyapu sekeliling ruangan hingga menemukan seorang pemuda bersandar di dinding. "Apakah kamu yang mendobrak pintu tadi?" dia bertanya penuh curiga.
"Ya!" David menjawab tegas. Lalu menatap Joni dengan aura otoriter, "Bawa babi tua ini, dan antarkan ke penjara" Kata-katanya menusuk kalbu Julian yang tak kuasa menahan amarah.
Joni menghela napas, menyadari keganasan situasi ini. “Dia adalah Bos Utama Sky Paviliun ini, dan Julian ini hanyalah seorang manajer di salah satu hotel di bawah naungannya,” gumamnya dengan penyesalan. Setelah berpikir sejenak, dia menatap Tuan Julian dan berkata dengan suara parau, "Maaf, Pak Julian. Ikutlah denganku dan jangan berkelahi." Joni memerintahkan dua orang satpam untuk memegang tangan Julian.
Tuan Julian menatap penuh amarah ke arah Joni dan para penjaga, nyalinya menggebu. "Ada apa, kamu berani sekali sama aku? Apakah kamu ingin mati?" ucapnya sambil merentangkan tangannya dengan kekuatan dahsyat, melepaskan cengkeraman tangan para penjaga.
Joni menyadari bahwa situasi semakin panas dan berbahaya, dan mendesak dua bawahannya dengan nada yang serius, “Tangkap dia!” Perintah Joni.
"Ingat, kamu akan menyesal!" Jarinya menuding ke wajah Joni dan kedua temannya. Setelah itu, dia berbicara dengan nada mengancam pada David. "Tertawalah untuk terakhir kalinya," ancam lelaki tua itu, lalu pergi, meninggalkan kekacauan yang telah dia buat.
Larissa mendekati David dengan rasa penasaran. Dengan langkah ragu, ia membuka percakapan, "Bolehkah saya tahu nama Anda?" wajahnya tampak malu-malu.
Joni melirik mereka sejenak sebelum pergi dengan kedua anak buahnya.
"Aku David," jawabnya lembut, membuat Larissa merasa hangat di dalam hati. Namun, perkenalan singkat itu harus segera berakhir. Keduanya berpisah tanpa banyak bicara lagi. David kembali ke kamar pribadinya, sedangkan Larissa kembali ke tempat kerjanya.
Dia bekerja sebagai manajer di lantai tiga restoran Lima Rasa. Pikirannya masih teringat saat ia memeluk erat David, pemuda tampan yang baru saja dikenalnya. Ini pertama kalinya tubuhnya bersentuhan dengan pria selain ayah dan kakeknya. Pasalnya, dia merupakan anak tunggal dan cucu satu-satunya dari pemilik restoran Lima Rasa tersebut. Larissa merasa seakan-akan ada perasaan yang terpendam di dalam hatinya, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
"Huh, kenapa aku terus mengingatnya lagi?" gumamnya, wajahnya memerah, saat memikirkan kejadian itu. Detak jantungnya berdegup kencang, seakan menari-nari setiap kali bayangan David muncul dalam benaknya.