03
Berlokasi di kawasan terpadu Mayapada Banua Center, Sky Paviliun merupakan apartemen mewah yang dikelilingi oleh Mall, Perkantoran, Bioskop, Hotel, dan Convention Center. Menghadirkan kemudahan urban lifestyle bagi setiap keluarga atau pasangan. Sky Paviliun hadir sebagai hunian eksklusif dengan fasilitas bintang lima yang menjanjikan kenyamanan maksimal baik untuk kegiatan bisnis maupun kebersamaan keluarga.
Saat itu, Manajer Sky Paviliun terlihat berlari dengan tergesa-gesa, seolah tengah mengejar waktu yang tiada henti. Seluruh orang yang ada di sana, dari karyawan hingga pengunjung, menatap dengan tanya dan mulai berspekulasi, "Tahukah Anda siapa yang bisa membuat manajer berlari secepat itu? Apa kita punya tamu spesial?" gumam resepsionis yang lantas bergumam sembari bergosip dengan orang di sebelahnya.
Seketika, suasana di sekitar mereka berubah menjadi riuh rendah. Semua orang mulai berseloroh dan membuat tebakan. "Mungkin kita harus berdandan cantik, siapa tahu dia punya cowok ganteng untuk kita," sergah wanita di sebelah resepsionis dengan senyum jenaka.
Sementara itu, Komandan Keamanan bernama Joni telah bersiap di pintu masuk Anjungan. Melihat Tuan Handoko berlari, dia segera menyongsong kedatangannya. Sesosok pria berparas tampan dan penuh karisma, menghela nafas berat, kelelahan terbayang dari wajahnya.
"Apa yang terjadi, Joni” Handoko bertanya.
“ Seperti yang saya katakan.” Sahut Joni
"Apa yang kamu katakan itu benar, Joni!?" Tanya Pak Handoko dengan nada terkejut, selaku manager Sky Paviliun.
"Saya sudah memastikannya pak. Coba lihat apakah mata saya rabun," jawab Joni dengan tegas sambil menyerahkan berkas di tangannya kepada Pak Handoko.
Sementara itu, David masih menunggu dengan gelisah, bersandar di pagar. Dia melihat dua orang yang sedang berbicara dengan ekspresi serius. Setelah beberapa waktu, keduanya mendekat ke arahnya. Kemudian seorang pria berpakaian rapi dengan rambut tipis di kepalanya mulai berbicara. "Mohon maaf Anda harus menunggu di sini, Tuan Muda. Perkenalkan, nama saya Handoko. Saya penanggung jawab di sini. Silakan ikuti saya." Ucapnya dengan sopan sebelum menuju ke area privasi.
Di area tersebut, terdapat sebuah lift yang langsung menuju ruangan bos, sebuah ruangan yang tidak pernah ditempati oleh siapa pun. Sejak berdirinya Sky Paviliun, Handoko belum pernah bertemu dengan pemiliknya secara langsung, hanya melakukan wawancara melalui telepon. Kini, kehadiran David menghadirkan rasa tegang dan penasaran yang menyelimuti diri Handoko.
Handoko melangkah masuk ke dalam lift khusus Direktur dan menekan tombol 22. Gedung Sky Paviliun setinggi 22 lantai ini menjadi simbol kekayaan dan kekuasaan, dengan lantai 22 menjadi ruang pribadi sang Direktur. Dalam ruang sempit itu, Handoko terjebak dalam kegugupan dan ketegangan, takut untuk membuat salah langkah dan menyakiti harga diri bos mudanya.
Dia memegang punggung basah oleh keringat, dan jantungnya berdebar kencang. Bahkan bernapas pun menjadi pekerjaan yang berat. Rasa takut memenuhi pikirannya, begitu bingung menghadapi sosok pemuda kaya raya ini, tak pernah mengenal kehidupan yang telah ditinggalkannya. "Bagaimana mungkin orang tuanya begitu kaya?" Handoko bertanya-tanya dalam hati, namun tak satu suara pun terdengar dari bibirnya.
Merasa canggung di atas segalanya, David tersenyum sinis dan mengucapkan kata-kata yang langsung menyesakkan dada Handoko. "Jangan gugup, aku sudah terbiasa hidup dalam kemiskinan, jadi anggap saja aku orang miskin yang berdiri di sampingmu."
Handoko tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas lega. Tetapi dalam hati kecilnya, keraguan itu masih menyala, terus membakar dinding-dinding pikiran yang rapuh. "Kalau dia miskin, lalu aku ini apa?" Handoko merenung, bingung dengan definisi kekayaan dan kemiskinan yang begitu kacau dalam pandangannya. Namun dia tidak berani mengeluarkan pertanyaan itu, karena sosok yang berdiri di sampingnya hanya mengenakan pakaian biasa-biasa saja, sama sekali tak mencerminkan status sosialnya yang jelas-jelas berbeda dengan Handoko.
Ia berpikir lagi, "Anak orang kaya itu bebas melakukan apa saja. Yang penting dia bahagia."
Suara lift berbunyi 'Ting...' membuyarkan lamunan Handoko. Mereka berdua keluar dari lift dan disambut pemandangan kota yang memukau dari lantai 22 gedung tersebut.
"Saya akan kembali dulu, Tuan Muda. Jika Anda membutuhkan sesuatu, hubungi saya kapan saja. Ini kartu nama saya," ujar Handoko sambil menyodorkan sebuah kartu nama elegan berbalut warna perak. Setelah diterima oleh David, Handoko memberi hormat dengan anggun, lalu berbalik menuju lift kembali.
David memasuki ruangan terbaik dan terluas di Sky Paviliun. Dengan langkah pasti, dia mengitari ruangan besar tersebut, seolah menelusuri labirin megah dalam gedung tersebut. Satu demi satu, David membuka pintu kamar-kamar kecil lainnya. Di dalamnya, terdapat mini bar lengkap dengan isinya, sebuah bioskop kecil yang memanjakan mata, serta ruang belajar yang mewah dan menenangkan.
Terakhir, David menemukan kamar tidur luas dengan kamar mandi dalam yang menggoda untuk bersantai sejenak. Keseluruhan ruangan itu membuat David semakin merasa betapa istimewanya kehidupan yang dia jalani saat ini.
Ia melempar seikat sarung dan melompat ke atas kasur busa yang empuk. "Ini rasanya seperti mimpi, sulit memang untuk membangun karakter baru, tapi aku harus melakukannya demi tidak ada lagi yang berani mengejekku," gumamnya sambil memejamkan matanya dengan erat.
Sinar matahari yang menembus celah jendela yang tidak tertutup oleh tirai dengan lembut membelai wajah David. Ia langsung mengedipkan matanya dan perlahan membuka mata, melirik ke sekeliling untuk memastikan bahwa apa yang dialaminya tadi malam bukanlah sekadar angan-angan.
Dengan semangat yang membara, David melompat kembali ke tempat tidur, merenung penuh harap pada tubuhnya. "Sungguh nyaman sekali rasanya kehidupan orang kaya," ucapnya dalam hati, sambil tersenyum penuh makna.
"Tampilkan Status..." David berseru mantap.
Ding...
Nama lengkap: David Lewis
Pesona: 13
Kekuatan: 14
Kecepatan: 10
Semangat: 10
Keahlian: Bela Diri Kuno (belum aktif)
Toko: Dapat diakses
Persediaan: Kunci mobil
"Tidak ada tugas untukku?" tanya David penasaran.
(Pak, nikmati saja waktu hari ini. Ini bonus untuk pemula seperti Pak.)
David tersenyum, hatinya bergelora penuh semangat. Ia siap menghadapi petualangan hidup baru yang menantang dan penuh warna. Tak ada lagi yang bisa menahan langkahnya untuk meraih mimpi-mimpinya yang besar.
"Hmm, kalau begitu. Bisakah kamu mengaktifkan keterampilan bela diri kuno terlebih dahulu?"
[Seni Bela Diri Kuno diaktifkan, harap bersabar. ]
5%...
"Aaaaaaa! Kepalaku sakit sekali!"
25%..50%..75%..100%.
[Selamat, Skill Bela Diri Kuno telah diaktifkan. ]
"Kenapa kamu tidak bilang prosesnya menyakitkan?"
[Tuan tidak bertanya.]
"Sial! Sistem ini mengolok-olokku!" dia menggeram kesal.
Perasaan aneh mulai merambat ke seluruh tubuhnya, dan seketika itu juga, ratusan gerakan keterampilan bela diri terekam mendalam di benaknya. Pria itu lantas berjalan menuju kamar mandi, masih mencoba mencerna segala perubahan yang baru saja terjadi.
Begitu memasuki kamar mandi, dia terpana oleh apa yang dilihatnya. Semua perlengkapan tampak mewah dan canggih, seolah-olah ia berada dalam dunia lain. Dengan hati-hati, dia menyentuh setiap barang, takut jika semuanya akan hilang begitu saja.
Setelah mandi, dia membuka lemari dan menemukan banyak pakaian santai serta pakaian kerja. Penasaran, dia mencoba semuanya satu per satu sambil memeriksa dirinya di cermin besar yang ada. Tubuhnya kini berotot dan lebih kekar, membuatnya semakin percaya diri.