05
David duduk dengan tenang dan santai di ruang kerjanya, larut dalam dunia virtual yang hanya bisa dilihatnya. Tepat pada saat itu, ia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sistem misterius, dan kini David harus memilih apa yang akan dibeli sebagai imbalan atas usahanya.
"Sistem, saya memerlukan telepon yang canggih," ucapnya tegas.
Dalam sekejap, suara sistem menanggapi pembeliannya: [Pembelian ponsel seharga 10.000 dolar, diterima, dan uang akan dipotong secara otomatis.]
Wusss!
Sesuatu muncul dari kehampaan dan jatuh di pahanya. Mata David terbelalak saat melihat barang yang baru saja dipesannya, yaitu sebuah ponsel canggih yang kini berada di genggaman tangannya.
"Tampilkan statusku..." ujarnya dengan penuh penasaran.
Ding…
Nama lengkap: David Lewis
Pesona : 13
Kekuatan : 14
Kecepatan: 11
Semangat: 12
Keahlian: Seni Bela Diri Kuno (Aktif)
Toko: Dapat diakses.
Peralatan: Kunci mobil.
Senyuman lebar terukir di wajah David. Mengetahui bahwa statusnya kini meningkat setelah berhasil menyelesaikan tugas membuatnya semakin bersemangat untuk melanjutkan petualangan ini. Sebelumnya, dia mendapatkan beragam hadiah berharga, seperti poin kekuatan, kecepatan, kecerdasan, serta uang tunai sebesar 30.000 Dolar.
"Sistem, buka toko," perintah David dengan nada bersemangat, tak sabar untuk melihat berbagai barang langka dan menakjubkan yang ditawarkan oleh sistem yang misterius ini.
Toko tersebut terbuka, memperlihatkan pilihan menu pada layar biru yang berkilauan. Dengan semangat, David mencari keahlian yang harganya sesuai dengan sisa uangnya. Ia menemukan Keahlian Super Mengemudi dengan harga hanya 1.000 Dolar dan langsung mengkliknya. Dalam hati, dia berharap keahlian ini bisa mengubah hidupnya. "Pasanglah keahlian ini pada diriku," katanya lirih namun penuh harap.
Namun sebelum proses dimulai, kekhawatiran melanda pikirannya. "Apakah akan sakit seperti sistem sebelumnya?" tanyanya pada sistem itu. (Tidak Tuan) Jawaban itu membuatnya merasa lega. "Baiklah, aktifkan sekarang," ucap David sambil duduk santai, menikmati segelas jus jeruk di tangannya.
Tak lama kemudian, kepalanya terasa berat seperti ditimpa beban, penglihatannya kabur oleh kilauan cahaya yang tak terdefinisi. David menyaksikan berbagai gaya mengemudi, mulai dari helikopter, kendaraan roda dua, hingga kendaraan bermacam-macam roda. Rasa sakit itu seperti menghujam otaknya, membuat dirinya merasa di ambang kesakitan.
"Sialan sistem ini, kamu bilang tidak sakit!" umpatnya kesal karena kepalanya terasa ingin pecah.
[Tuan tidak bertanya dengan jelas, hanya sedikit pusing.] Sistem tersebut menjawab dengan suara datar, seakan tak peduli dengan penderitaan yang dialami David.
Rasa frustrasi dan penyesalan menggelayut di hatinya, namun keinginan untuk menguasai keahlian baru ini terus menggebu-gebu. Dalam penderitaan, ia berharap bahwa pengorbanan ini tak akan sia-sia.
"Baiklah, buatkan aku SIM yang bisa digunakan untuk semua kendaraan, dan satu lagi, buatkan aku kartu ATM agar memudahkan transaksi di berbagai tempat," ujar David tegas.
[Harap menunggu dan bersabar.]
5%... 100%
[Semua yang Anda minta telah disimpan di inventaris, jika Anda membutuhkannya, silahkan ambil saja! Sistem akan istirahat dulu.]
David terperanjat mendengar kalimat terakhir, "Apa yang bisa membuatmu lelah, menurutmu, kamu manusia?"
Tak ada respon dari sistem, hingga dia pun mencoba memanggil sistem berulang kali dengan teriakan keras. Tetapi, sistem tetap tidak menanggapi.
"Hah, mungkin lebih baik aku turun dan jalan-jalan menyusuri kota saja," gumamnya pada diri sendiri. Kemudian, ia mengambil pakaian santai berupa kemeja putih tanpa lengan, celana pendek hitam, dan sepatu hitam, lengkap dengan topi dan kacamata hitam sebagai pelengkap. Keterampilan David dalam memilih pakaian menandakan semua kebutuhan sudah tersedia di private room-nya. David tidak perlu repot-repot membeli perlengkapannya di mal yang terletak di bawah.
David turun ke tempat parkir dan menekan tombol kunci mobil.
[BEEP BEEP] Suara mobil di kejauhan terdengar begitu jelas, disertai lampu berkedip yang menarik perhatiannya. Dia mengkonfirmasi kembali dengan menekan tombol yang sama.
[BEEP BEEP] dan lampu depan menyala menyilaukan.
"Wow, keren sekali mobil ini," gumamnya kagum sambil meraba badan mobil yang licin dengan ujung jarinya. Dengan hati-hati, David menarik kenop pintu, memasuki bayangan kemewahan yang hanya mampu dicicipi oleh segelintir orang. Interior mobilnya terlihat sangat elegan dan menjanjikan petualangan yang memabukkan.
David duduk dibalik kemudi, merasakan lembutnya jok kulit di punggungnya. Dia menekan tombol Power dan mesin berbunyi mengaum membangkitkan semangat seolah-olah mobil itu sendiri merasakan kebahagiaan. "Sungguh, kehidupan orang kaya itu benar-benar berbeda," gumamnya lagi.
Mobil itu, Lamborghini Aventador, yang hanya dimiliki oleh segelintir orang di kota itu, siap melaju menerjang aspal. David menggenggam kemudi dan merasa menjadi satu dengan kendaraan impian ini. Lamborghini melaju perlahan, menerjang jalan raya yang dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan yang tak mampu menyaingi kecepatan dan kemewahannya.
Di tengah kemacetan sore hari, ketika jalan raya dipenuhi orang yang pulang kerja atau sekolah, David menyalakan musik dan bernyanyi bersama melodi yang menggema di dalam mobil. Sejenak, dia melupakan dunia di luar sana, menyelam ke dalam suasana yang indah bersama Lamborghini Aventador yang kini menjadi temannya dalam menjalani petualangan hidup.
Ding…
[Tugas baru terpicu: Membantu nenek yang tersesat. Hukuman bagi kegagalan adalah kehilangan satu kaki.]
David mengepal tinju, bergegas memarkir mobilnya di pinggir jalan, lalu keluar dari mobil sambil bergumam geram dalam hati, "Bagaimana sistem ini tega menuntut hal seperti ini? Meski tanpa ancaman seperti ini, andai aku tahu ada orang dalam kesusahan, tentu saja aku akan membantu!"
Dadanya berdebar, mengingat nasihat orang tuanya yang selalu bergema sebelum tidur. "Ingat, Nak, meski hidup serba kekurangan, jangan angkuh dan melupakan sesama yang kesusahan. Bantulah dengan apa pun yang bisa. Bantulah dengan uang jika punya lebih. Bantulah dengan kekuatan jika punya kekuasaan. Bantulah dengan doa jika tak bisa berbuat apa-apa."
Perlahan, David mengusap dadanya, berharap keberanian mengalir darinya untuk menghadapi kenyataan di dunia nyata di mana sistem sepertinya berada di balik segalanya. Siapkah ia menghadapi rintangan dan bahaya demi membantu seorang nenek yang tak dikenal? Tidak ada pilihan lain, demi cintanya pada keluarga dan prinsip yang telah diajarkan orang tuanya, ia harus berusaha.
"Ayah, Ibu, semoga kalian semua beristirahat dengan tenang di Surga," gumam David dengan mata berkaca-kaca. Dalam keheningan itu, matanya menangkap sosok seorang wanita tua cantik sedang duduk menangis di sebuah bangku taman tak jauh darinya. David mendekat dengan penuh empati dan menawarkan bahu untuk dia bersandar.
"Bolehkah saya duduk di sini, Nek?" tawar David dengan lembut, seraya mengulurkan tisu kepada wanita tua yang kini sesenggukan. "Semoga ini bisa membantu."
"Silahkan, Nak," ujar sang nenek dengan mata sembab, mengambil tisu yang ditawarkan David. Dia menyeka air matanya dan perlahan tangisannya mulai mereda. Penuh perhatian, David memancing cerita dari wanita tua itu.
"Ada apa, Nek? Kok kelihatan sedih sekali? Kalau memang ada yang bisa saya bantu, saya siap membantu," tegas David.
Nenek itu tampak gusar, "Aku lupa jalan pulang," ungkapnya dengan tampak malu. Senyumnya tipis, hampir memperlihatkan giginya yang beberapa telah lepas.
"Bersama siapa Ibu di sini, Bu?" David bertanya prihatin.
"Tadi, saya bersama cucu saya. Kami ingin memeriksa kesehatan saya di rumah sakit. Tapi, karena lelah menunggu, saya memutuskan untuk sekadar jalan-jalan sebentar. Eh, malah lupa bagaimana caranya kembali ke rumah sakit. Aduh, cucuku juga tak tahu ke mana perginya," keluh sang nenek dengan air mata kembali mengalir.
David merasa terpanggil untuk membantu wanita tua ini. Dengan penuh keikhlasan, ia berjanji akan mengantar sang nenek menemukan cucunya dan kembali ke rumah sakit. Dalam kesedihan dan kegelisahan, mereka berjalan bersama—seperti orang tua dan anak yang telah lama terpisahkan, namun kembali bersatu dalam suatu ikatan yang tak terungkapkan.