Bab 6 Tawaran Lima Milyar
"Sebelum kita bicara, kau buatkan aku kopi lebih dulu!
Dan lagi lagi pagi ini merupakan pagi yang buruk bagi Sandra, gadis itu berusaha menahan agar dirinya tak memukul kepala Diego. Dengan wajah masamnya dia kembali dan membawakan Diego secangkir kopi untuk untuk pria itu.
Saat ini mereka berdua ada di ruang tamu, Sandra melipat tangannya di dada menatap datar pria di hadapannya saat ini. Diego tampak santai menyesap kopi buatan si gadis galak, sudut bibirnya berkedut melihat tatapan Sandra padanya.
"Dasar macan betina!
Diego menatap Sandra dengan tatapan seriusnya kali ini. Sandra begitu tak sabar, ingin mendengar apa yang menjadi keinginan dari Diego padanya.
"Aku akan memberikan lima milyar untukmu, asalkan kamu mau menjadi kekasih kontrakku? " ujar Diego yang membuat kedua mata Sandra membulat sempurna.
"Bagaimana bisa, kau tahu sendiri bukan aku sudah memiliki seorang kekasih? " protes Sandra tidak teirma. Diego tersenyum miring mendengarnya,pria itu sepertinya memiliki rencana tersendiri. Sandra sendiri merasa was was, dia tak ingin terjebak dalam jerat yang di miliki Diego.
"Kau tinggal pilih, putuskan Felix atau aku sebar ciuman kita di cafe tempo hari!
Tubuh Sandra langsung lemas seketika, gadis itu menelan salivanya kasar dan tak ada pilihan lain. Mana mungkin dirinya rela jika harus putus dari kekasihnya dan di sisi lain, dia tak ingin video itu tersebar di sosial media. Diego tersenyum licik, pria itu dengan sabar menunggu keputusan dari Sandra saat ini.
"Aku setuju menjadi kekasih kontrakmu. " ujar Sandra dengan lirih. Diego bersorak penuh kemenangan, pria itu lantas memberikan surat kontraknya untuk dia tanda tangani. Gadis itu terpaksa menandatanganinya, Diego juga mentransfer uang yang di sebutkan ke rekening Sandra.
Pria itu bangkit dan mengambil surat kontraknya, setelah kepergian pria itu tangis Sandra langsung pecah. "Maafin aku Lix, aku berbuat seperti ini karena terpaksa, sungguh hanya kamu pria satu satunya yang aku cintai sampai kapanpun. "
Sandra mengeluarkan ponselnya, namun dia urungkan untuk menghubungi kekasihnya itu. Dia belum siap mendengar suara kekasihnya yang terlihat kecewa akan keputusannya nanti. Bukan karena jumlah nominal yang di tawarkan Diego karenanya, namun video dirinya mencium pria itu tak ingin tersebar ke publik.
Gadis itu bangkit, meninggalkan ruang tengah dan memilih ke luar dari mansion. Dia terkejut melihat kehadiran temannya, Sandra langsung memeluk Nessa dengan erat. Nessa tentu saja membalas pelukannya, dia khawatir pada keadaan Sandra saat ini.
"San, kamu kenapa kok tiba tiba peluk aku kayak gini, ada masalahkah? " cecar Nessa dengan pertanyaan bertubi tubi.
"Kita jalan aja, nanti aku cerita sama kamu. " Sandra langsung mengajak Nessa pergi dari sana. Diego menatap kepergian mereka dari balkon kamarnya,pria itu lantas menghubungi bodyguard untuk mengawal Sandra. Saat ini Nessa nampak kebingungan melihat sikap sahabatnya yang tampak bersedih, dia memikirkan cara untuk menghibur Sandra.
Sandra POV
Apa yang harus aku lakukan, aku enggak sanggup membayangkan bagaimana reaksi Felix besok saat aku memutuskan hubungan kami. Ya Tuhan apa salahku, hingga aku di pertemukan dengan pria brengsek seperti Diego. Aku begitu mencintai Felix, bagaimana bisa aku bersikap kejam padanya. Ingin sekali rasanya menolak tawaran dari pria sialan itu tapi bagaimana jika pria itu menyebarkan video ciuman itu pada semua orang. Aku benar benar bingung, dua pilihan yang membuatku terpojok dan tak berkutik.
Sandra terus menatap lurus ke luar kaca mobil,dia larut dalam pikirannya sendiri. Nessa sendiri harus berbuat apa untuk menghibur sahabatnya yang tengah bermasalah. Gadis itu menepikan mobilnya, lalu menoleh dan memperhatikan Sandra.
"Sandra, come on kalau ada masalah cerita 'lah sama aku! "
Sandra menoleh, dia mengatakan segalanya pada Nessa tanpa ada yang dia tutup tutupi. Nessa sendiri terkejut, gadis itu menatap sendu kearah sahabatnya.
"Aku terlanjur menyepakati tawaran itu Nes. " ungkap Sandra dengan raut penyesalan.
"Jalani saja dulu San, jika kamu dan Felix berjodoh pasti suatu saat kalian akan bersama lagi. " Nessa memberikan sedikit pendapatnya mengenai masalah yang di hadapi Sandra. Sandra menghela nafas panjang, mencerna nasehat yang di berikan Nessa barusan.
"Iya kamu benar Nes, kita tidak akan tahu kedepannya nanti bagaimana dan mungkin aku perlu menjalani kesepakatan ini. " gumam Sandra dengan pelan. Nessa bernafas lega mendengar keputusan sang sahabatnya, dia kembali menyalakan mobilnya dan melaju kencang. Sementara bodyguard tetap mengikuti mereka dari belakang, sambil melaporkan apa saja yang keduanya lakukan.
Kini kedua gadis itu berada di sebuah pemakaman, sebelumnya mereka tadi sempat berhenti dan membeli sebuket bunga. Sandra meletakkan bunganya di atas nisan bertuliskan Sania Aurelia, saudari kembar dari Sandra.
"Hai Nia apa kabar, kamu pasti di sana bahagia ya bersama kakek dan nenek. " gumam Sandra dengan lirih. Gadis itu berkeluh kesah di depan makam saudarinya, Nessa hanya diam mendengarkannya. Cairan bening menetes turun melewati pipi mulusnya, dia begitu merindukan Sania.
"Aku kangen sama kamu Nia, kangen saat masa kecil kita dulu di mana aku sering menjahili kamu tapi kamu enggak marah. " kekehnya teringat masa kecilnya bersama mendiang Sania dulu. Dulu Sandra sering menyalahkan dirinyah, karena dirinya semua orang bersedih karena kehilangan Sania untuk selamanya. Nessa mengusap punggung sahabatnya, dia ikut menangis dalam diam melihat kerapuhan Sandra.
"Nes, apa benar aku pembawa sial. Karena aku Sania pergi untuk selamanya, dulu mommy hampir depresi karena kehilangan adikku itu Nes. " gumam Sandra dengan lirih.
"Cukup San, jangan menyalahkan dirimu lagi. " tegas Nessa dengan nada datanya.
Sandra kembali menangis, Nessa mendekapnya dengan erat. Keduanya saling mengsupport satu sama lain dalam suka maupun duka. Setelah tenang dia melepaskan pelukannya, mereka memberikan doa agar Sania tenang di atas sana. Setelah itu mereka mendatangi makam nenek dan kakeknya Sandra, melakukan hal yang sama di sana.
Setelah selesai kedua gadis itu pergi meninggalkan pemakaman, Nessa mengajak Sandra berkeliling agar gadis itu terhibur. Dia menyentuh kalung yang terpasang di lehernya, Sandra mengusap air matanya dan berusaha tenang.
"Kamu harus semangat, tegar dan kuat Sandra, Sania di atas sana pasti tidak suka melihat kamu rapuh seperti ini!
"Kau benar Nes, aku harus siap menghadapi apapun kedepannya nanti meski badai menghadang. " balasnya sambil tersenyum. Nessa mengalihkan pembicaraan, dia membahas mata kuliah mereka besok. Sandra sedikit malas jika harus menghadapi dosen killer di kelasnya, Nessa yang mendengar keluhan Sandra hanya mampu tertawa tertahan.
"Dasar Sandra, bisa bisanya dia bisa membenci dosen pembimbing nya sendiri. " batin Nessa.