Bab 3 Kemarahan Diego
Laporan dari anak buahnya yang mengatakan Jika Sandra kabur membuatnya marah, pria itu mengamuk di mansion megahnya. Dia harus berhasil mendapatkan gadis itu secepatnya setelah itu merencanakan langkah selanjutnya.
Diego mengusap wajahnya kasar, kejadian tempo hari tidak bisa dia lupakan begitu saja. Dia harus membuat perhitungan dengan gadis yang telah berani menciumnya.
"Sialan. " umpat Diego dengan kasar. Wajah pria itu pagi ini tampak muram, raut wajahnya datar dan dingin. Pria itu bangkit, melenggang ke luar dari mansion megahnya. Diego langsung melajukan roda empatnya dengan kencang menuju ke kantor.
Tiba di perusahaan, para karyawan menyambut kedatangannya. Diego tak menggubrisnya, pria itu terus berjalan hingga ke ruangan kerjanya. Ari datang menyusul dan memberikan berkas pada bosnya itu.
"Maaf Tuan, Tadi Nona Angelica datang mencari tuan. " ujar Ari dengan pelan.
"Jangan hiraukan dia, lain kali jika dia datang lagi usir saja. " ujar Diego datar. Ari mengangguk paham, sepertinya bosnya ini memang tidak menyukai kehadiran nyonya Angelica. Pria berkaca mata itu kembali membicarakan jadwal sang atasan hari ini sekaligus mengingatkan meeting sebentar lagi di mulai.
Satu jam berlalu, Diego bangkit dan ke luar dari ruangannya menuju ke ruangan meeting di ikuti Ari dari belakang. Suasana tampak tegang setelah kedatangan Diego memasuki ruangan. Setelah duduk di kursinya, pria itu menatap satu persatu para kliennya saat ini.
Ari menyerahkan berkas nya pada sang bos, lalu menjelaskan proyek yang akan mereka jalankan. Tentu ada pro dan kontra dalam proyek yang di jelaskan Ari selaku wakil dari Diego El Mayer. Raut wajah pria itu masih tampak datar, sepertinya dia belum terpancing emosinya.
"Apa anda yakin proyek ini akan berjalan sukses nantinya Tuan Diego? " tanya salah satu dari mereka.
"Sepertinya kalian sangat berani meragukan kemampuan Tuan Diego. " ujar Ari dengan sorot tajamnya. Diego memberi aba aba, raut pria itu kini semakin dingin membuat suasana tampak mencekam.
Brak
Pria itu melampiaskan kemarahannya pada mereka yang hadir dalam meeting, dia menjelaskan secara terperinci apa saja. Penjelasan Diego membungkam orang orang yang meragukan dirinya. Meeting itu berakhir setelah satu jam, Diego ke luar begitu saja di ikuti oleh Ari di belakangnya.
Diego menarik dasi yang mencekik lehernya, pria itu kembali ke ruangannya. Moodnya sejak kemarin sudah buruk dan kini semakin buruk, namun dia telah melampiaskan kemarahannya pada tempatnya.
Dia mengambil ponselnya, lalu berbicara dengan salah satu anak buahnya. "Bagaimana, ada kabar mengenai gadis itu? "
"Ada tuan, ternyata gadis itu menginap di salah satu apartemen temannya. " ujar sang bawahan. Diego tersenyum puas mendengar kabar barusan.
"Tetap awasi dia dan jangan bertindak gegabah, tunggu perintah dariku lebih dulu. " gumam Diego setelah itu menutup sambungannya. Raut wajah pria itu tak lagi suram, seringai terbit di sudut bibirnya. Sepertinya dia telah memiliki rencana matang untuk membalas perbuatan gadis bernama Sandra Aulia itu.
Diego POV
Lihat saja gadis tengik, aku akan membalas perbuatanmu kemarin. Berani juga kamu menciumku di depan umum tanpa izin, aku pastikan. hidupmu tak akan tenang setelah ini. Bagaimana jadinya ya jika kekasihmu itu tahu apa yang kau lakukan kemarin, dia pasti sangat marah dan kecewa padamu.
Beberapa menit berlalu Diego bangkit, ke luar dari ruangannya dan memutuskan makan siang yang di temani Ari asistennya. Sering ponselnya membuat langkahnya terhenti, dia membaca pesan dari teman lamanya. Lalu keduanya masuk ke dalam mobil, dia meminta Ari untuk mengantarnya ke sebuah Restauran.
Tiba di sana, Diego langsung menemui temannya itu, kini ketiganya duduk berhadapan satu sama lain.
"Bagaimana kabarmu bro? " tanya pria itu pada Diego.
"Fine, and you Alesandro? "
"I am Fine too. "Jawab Alessandro sambil tersenyum tipis. Dia Alesandro Dominic seorang pengusaha batu bara dari negara Y, pria itu memiliki warna rambut silver. Ari langsung memanggil pelayan, dia langsung memesan makanan untuk mereka bertiga.
Kini ketiganya makan siang bersama, selesai makan mereka lanjut ngobrol. Alessandro begitu penasaran akan kehidupan yang di jalani Diego selama ini, apakah ada wanita yang telah membuatnya takluk.
"Kau ingat dengan Angelica, dia terus mengejarku tanpa henti. " ujar Diego dengan raut malasnya. Alessandro tentu tahu siapa wanita yang di sebut teman lamanya itu. Pria itu terkekeh menertawakan kesialan Diego yang di kejar kejar wanita gila.Diego sendiri mendengus sebal, tak suka dengan Alessandro yang menertawakan dirinya. Diego kembali menyesap kopinya, tiba tiba sosok Sandra melintas dalam pikirannya namun dia langsung menepisnya.
"Lalu bagaimana denganmu Al? " Diego berusaha mengalihkan pembicaraan, dia malas jika harus membahas wanita gila seperti Angelica. Alessandro hanya menggeleng, saat ini dia belum berhubungan dengan wanita mana pun. Ari sendiri hanya diam, menyimak obrolan keduanya tersebut tanpa menyela sedikitpun.
Diego langsung meninggalkan uang di atas meja, dia meminta Ari pulang duluan. Alessandro dan Diego langsung masuk ke mobil setelah Ari pergi duluan. Pria itu sengaja tak mengatakan perihal Sandra pada Alessandro, dia paham betul bagaimana sikap sahabatnya itu.
Keduanya sampai di kediaman Diego, mereka langsung turun dan bergegas masuk ke dalam. Diego kembali dengan dua botol wine di tangannya ,mereka akan menghabiskan wine hari ini. "Apa kau ada masalah Di, tumben minum bareng? " tanya Alessandro penasaran.
"Ada masalah di kantor, biasa banyak yang tidak setuju dengan proyek yang aku buat. " cetus Diego sambil menegak wine di tangannya. Pandangan pria itu entah melayang ke mana, Alessandro sendiri tak bisa menebak sikap sahabatnya itu. Terlalu banyak rahasia yang di sembunyikan Diego darinya, terlebih pria itu tak ingin dirinya terlalu imut campur dalam masalah Diego.
"Oke aku enggak bakal tanya lagi!
"Good! Diam diam Diego bernafas lega, setidaknya Alessandro tak akan bertanya hal yang aneh padanya. Sementara Alessandro sendiri sebenarnya masih penasaran, namun dia masih sayang nyawanya jika tidak ingin di jadikan samsak oleh Diego.
"Dasar sok misterius. " maki Alessandro dalam hati. Dia meneguk wine berulang kali, tak ada lagi yang membuka obrolan. Mereka larut dalam pikiran masing masing, Diego sendiri malas jika harus banyak bicara seperti perempuan begitu pikirnya.
Bagi Diego, wanita itu begitu ribet, manja dan merepotkan baginya. Selama ini dia begitu nyaman akan kesendiriannya, namun orang tuanya terus mendesaknya untuk segera menikah. Hal itulah yang paling dia benci saat dirinya datang ke rumah orang tuanya.
Dia belum siap berkomitmen apalagi membina rumah tangga dan memiliki anak.