Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 - Ada Deh!

BAB 6

Ada deh!

Azalea tengah duduk di bangku panjang, di bawah pepohonan rindang yang terlihat begitu cantik, di mana sela-sela dedaunan terpancar sinar matahari. Azalea tengah membaca novel kesukaannya. Iqbal yang tak sengaja berada di area sana memberikan dirinya untuk mendekat kepada gadis pujaan hatinya itu. 

"Boleh aku duduk?" tanya Iqbal di mana memecahkan konsentrasi Azalea yang tengah fokus dengan rangkain kalimat indah yang ada di tangannya. 

"Eehh.. Silahkan!" jawab Azalea. Dia sempat kaget dengan kedatangan Iqbal. Sebenarnya ia tak suka berdekatan dengan Iqbal, karena kedekatan mereka akan memancing amarah seseorang yang ia tau menaruh hati kepada pria itu. 

"Aku fikir kamu hanya suka membaca buku pelajaran saja. Ternyata kamu juga suka membaca Novel," ucap Iqbal sambil melirik sekilas Azalea. Iqbal begitu mengagumi sosok gadis yang ada di sebelahnya itu. Apalagi saat ini terpaan angin meniup pelan membuat rambut indahnya beterbangan menutupi sebagian wajah cantiknya. Ingin rasanya ia menyingkirkan helai demi helai rambut itu,dan membelai pipi gadis tersebut. Tapi itu hanyalah angan semata. Dia tak mungkin selancang itu. 

"Iya, aku baca sekali-kali, kalau lagi bosan aja," ujar Azalea. "Oh Iya makasih yah kemarin. Sweaternya besok yah aku balikin," sambung Azalea.  

"Iya. Santai aja," jawab Iqbal. "Hmmm.. Aku boleh nanya sesuatu nggak Lea?" 

Azalea langsung melihat Iqbal begitu mendengarkan panggilan yang di buat Iqbal untuknya. "Nggak papa kan, kalau aku panggil kamu kayak gitu?" 

Azalea merasa agak risih dengan panggilan itu karena Azalea menganggap  ia tak begitu dekat dengan Iqbal. Tapi ia tetap mengangguk, sebab takut membuat Iqbal kecewa. 

"Maaf kalau aku lancang. Bisakah weekend ini aku mengajakamu jalan, seperti ke mall dan nonton bioskop?" Iqbal gugup setengah mati, tapi ia masih mampu menetralkan wajahnya. 

Azalea terlihat menimbang kembali ajakan Iqbal yang di rasa begitu dadakan. 

"Aku tak akan memaksamu!" ujar Iqbal. Ia tak mau terlihat begitu memaksa, meskipun dalam hatinya begitu menantikan jawaban Iya tapi memaksa bukanlah sesuatu yang baik. 

"Hhmm… Baiklah!" 

Ingin rasanya Iqbal melompat-lompat pada tempatnya saat itu juga ketika mendengar ucapan baiklah dari gadis itu, tapi itu tak mungkin di lakukannya. Itu memalukan!  Tapi ia tidak bisa menyembunyikan senyuman yang terbit di bibirnya. 

Azalea melihat senyum itu. Sempat terkagum dengan senyuman Iqbal yang dia fikir adalah sebuah senyuman yang sungguh manis, terlebih lagi ketika tersenyum gigi gingsul Iqbal terlihat dan itu menambah tingkat level ketampanannya. 

Eh?! Tunggu dulu aku bilang dia tampan? Oh tidak, jangan sampai aku terpesona. 

"Makasih!". 

Iqbal dan Azalea bertukar nomor untuk memudahkan komunikasinya ketika akan saling bertemu di weekend sesuai dengan kesepatan yang baru saja terjadi. 

Viola dan Zinnia terlihat jalan beriringan sambil membawa minuman serta roti dan makanan ringan lainnya. Mereka langsung berdiri di depan Azalea dan Iqbal. 

"Ayo kalian ngapain senyum-senyum begitu?" tanya Viola dan mengangkat jari telunjuknya bergantian ke arah Azalea dan Iqbal. 

"Ish, kau itu! Mengagetkan saja." Tangan Azalea bergerak memberi pukulan kecil di lengan Viola. 

"Aduh Iqbal, bisakah kau berhenti senyum?" tutur Zinnia. Iqbal mengerutkan keningnya. "Why?" tanya Iqbal.

"Aku bisa jatuh cinta padamu, jika kau terus tersenyum seperti itu. Kau tau, kau semakin tampan jika sedang tersenyum," gombal Zinnia. Ia mendaratkan bokongnya duduk di antara Azalea dan Iqbal. Sedangkan Viola duduk di paling pojok samping Iqbal. 

Iqbal hanya menggelengkan kepalanya pelan. Viola dan Zinnia selalu mampu menerbitkan senyumnya dengan ucapan dan tingkah absurdnya. 

"Kau mau makan sesuatu Iqbal?" Zinnia menyodorkan beberapa makanan ringan di depan Iqbal.

"Tidak. Aku masih kenyang. Ya sudah kalau begitu aku duluan ke kelas yah!" pamit Iqbal seraya berdiri sambil memegang buku salah satu mata pelajaran favoritenya yaitu sastra.

Sepeninggal Iqbal di tempat tersebut Viola dan Zinnia menatap Azalea, maksud meminta penjelasan apa yang di bicarakan dengan Iqbal. 

"Ayo jelaskan!" Titah Viola dan Zinnia bersamaan.

"Dia ngajakin aku jalan!" jawab santai Azalea. 

"Hahh?"

*****

"Ben, kamu sudah urus semuanya?" tanya Kenzo kepada sang asisten yang tengah sibuk menyusun berkas.

"Sudah tuan. Semuanya sudah siap," tegas Benny. 

Kenzo telah memutuskan untuk mengikuti saran dari kakak dan mamanya untuk pindah ke Indonesia. Mungkin saja ia bisa melupakan semuanya ketika meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan bersama mendiang Istrinya. Ia sadar bahwa ia tidak boleh terlalu larut dengan kesedihannya. Ia harus bangkit melupakan masa lalunya dan menata masa depannya kelak bersama dengan Neo. 

"Ok. Kamu yakin akan ikut denganku ke Indonesia?" 

"Iya. Aku kan orang setia tuan. Jadi ke mana pun tuan pergi aku akan ikut," ucap Benny sambil tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. 

"Makasih Ben. Mungkin di sana nanti kau bisa menemukan jodohmu," ucap Kenzo sambil memainkan pulpen yang ada di tangannya. 

"Aku maunya keponakan anda tuan." 

"Oh tidak Ben. Viola sudah punya kekasih. Lagipula dia masih bocah. Kenapa kau bisa menyukai seorang bocah! Cari yang dewasa kek gitu. Jatuh cinta kok sama bocah! Ish, Ish!" Kenzo geleng-geleng kepala sembari menatap Benny. 

"Ehh.. apa yang salahkah dengan jatuh cinta pada seorang bocah bos. Bukankah mereka menggemaskan?" goda Benny. 

"Apanya yang menggemaskan? Kekanak-kanakan iya. Ya seperti Viola yang setiap saat merengek. Untung kekasihnya penyabar." 

"Heemm.. Jangan terlalu begitu bos. Awas saja nanti di sana tiba-tiba bos jatuh cinta sama anak SMA, aku bakalan menertawakan mu bos. Kita lihat saja!" tantang Benny dengan wajah angkuhnya. 

"Nggak ba...ka..lan," tegas Kenzo mengetuk mejanya. 

"Ok. Ok. Kita lihat saja nanti." ucap Benny lalu berlari keluar ruangan sebelum sesuatu melayang di kepalanya. 

Kenzo menghela nafas panjang. Ia dan putranya harus mengunjungi makam mendiang Istrinya untuk terakhir kalinya sebelum berangkat ke Indonesia. 

****

Mawar sedang sibuk konser bersama panci dan wajan serta spatula yang saat ini sedang menari-nari di atas wajan. Mawar di temani oleh beberapa pelayan di rumah itu tengah mempersiapkan makan siang.

Viola yang baru datang dari sekolah langsung berjalan ke arah dapur setelah mencium aroma yang membuat perutnya tiba-tiba merasa lapar. Padahal baru satu jam yang lalu ia mengisi perutnya dengan para sahabatnya. 

"Ma, jam makan siang udah lewat deh perasaan. Atau mama sama yang lainnya belum makan siang?" tanya Viola setelah mencium pungging tangan sang mama. 

"Belum sayang. Mama tadi ada kerjaan jadi sampai lupa makan. Dan papa juga bilang nggak sempat makan siang di kantor makanya mama masak soalnya sebentar lagi papamu pulang," jawab Mawar sembari mengaduk-ngaduk sup ayam buatannya. 

"Tapi ma, ini kok masaknya banyak banget? Apa mau ada tamu juga?" Viola yang penasaran masih juga berdiri di belakang Mawar sembari tangannya bergerak pelan menuju ke piring yang telah di Isi oleh bakwan jagung. Ahh ini bikin ngiler! 

Plakk..

Mawar yang sadar dengan tangan nakal putrinya langsung memukul pelan punggung tangan Viola. 

"Cuci tangan dulu Viola!" titah sang mama. 

Viola mengusap-usap punggung tangan yang baru saja dapat tepukan mesra dari sang mama. "Iya, Iya ma!" Viola mencebikkan bibirnya memutar badannya ke wastafel untuk mencuci tangan lalu memakan bakwan jagung yang telah menatapnya sedari tadi. Kebalik kali Viola. Adanya kamu yang dari tadi natap iru bakwan.

"Siapa yang mau datang sih ma?" Viola masih penasaran, sebab mamanya tidak pernah masak dengan porsi banyak seperti sekarang kalau hanya untuk mereka bertiga.

"Mau tau atau mau tau banget?" canda Mawar sambil terkekeh geli dengan ucapannya sendiri. 

"Mama Ish, kayak anak jaman now aja! Siapa sih ma?" 

"Ada dehh!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel