Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 - Viola & Akram

BAB 5

VIOLA & AKRAM

Viola sedang bersiap di dalam mobilnya masih lengkap dengan baju sekolah yang melekat di badannya. Hari ini Zinnia yang mengantarkan Azalea pulang, karena dia ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya dengan cara mendatanginya di kantor. Seperti yang selalu di inginkan oleh Akram namun belum pernah ia wujudkan. Dan ia akan mewujudkannya sekarang. 

Ia memakai sweeter levisnya lalu tak lupa kacamata hitam bertengger manja di hidung mancungnya bak ala gadis dewasa, ia pun menancap gas menuju ke tujuannya. 

Tak lupa ia menghentikan mobilnya sejenak untuk membeli cake Red Velvet kesukaan kekasihnya lengkap dengan kopi hangat. 

Sesampainya di perusahaan kekasihnya ia menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan Akram.

"Misi mbak, ruangan pak Akram di mana yah?" tanya Viola. 

"Maaf dek, apa adek sudah buat janji?" tanya kembali resepsionis wanita itu. 

"Belum mbak. Mbak bisa tanya pak Akram langsung kalau seseorang dari SMA A membawakannya cake Red Velvet, dia pasti tau kok. 

Resepsionis itu pun menelpon ke bagian kantor atas sebelum mempersilahkan Viola untuk duduk di ruang tunggu. 

"Maaf dek, pak Akram sedang di luar tapi mungkin sebentar lagi akan datang." 

"Baik mbak. Makasih. Kalau getu saya tunggu di sini saja," ujar Viola. Resepsionis itu pun pamit kepada Viola dan kembali ke meja kebesarannya. 

1 jam kemudian

Akram berjalan masuk gedung perusahaan bersama dengan sekretarisnya yaitu Dahlia. 

Dia berjalan sambil berbicara mengenai proyek yang baru saja akan di mulai. Dia tidak melihat jika ada seseorang yang sangat ia rindukan berkunjung untuk melihatnya. 

Viola yang saat itu sedang memainkan ponselnya pun tak melihat kekasihnya memasuki gedung. 

Sampai resepsionis wanita itu berlari menuju ke arah Akram. 

"Misi Pak!" ucapnya menghalangi jalan Akram sambil membungkuk.

"Ada apa?" tanya Akram. 

"Ada seseorang yang menunggu anda sedari tadi," ucap wanita itu sambil menadahkan tangannya sopan ke arah Viola yang sedang tertunduk memainkan ponselnya. 

Mata Akram mengikuti arah tangan wanita itu. Senyumnya mengembang melihat kekasihnya yang masih lengkap dengan pakaian sekolahnya datang ke perusahaannya. Dia melangkah setelah mengucapkan terima kasih kepada resepsionis itu lengkap dengan senyumnya. Sesuatu yang sangat jarang ia tampilkan ketika berada di perusahaan. 

Meskipun Akram bukan CEO yang pada umumnya dingin dan cuek, tapi ia sangat jarang tersenyum.

Wanita resepsionis itu dan  Dahlia sampai bengong di buatnya karena melihat atasanya itu tersenyum lebar. Jika Dahlia sudah tau kalau itu kekasih Akram sebab foto Viola terpampang nyata di meja kerja Akram, tapi resepsionis itu mengira Viola adalah adik atasannya. 

"Sayang!" panggil Akram cukup keras, di mana panggilan Sayangnya itu mengundang semua mata untuk melihat ke arahnya. Betapa terkejutnya semua karyawannya saat atasannya memanggil seorang anak SMA dengan pangillan sayang. 

Viola mendengarnya dan langsung menaikkan kepalanya. Ia bisa melihat jelas kekasihnya berlari kecil ke arahnya, ia langsung berdiri dan langsung mendapat pelukan hangat dari Akram. 

Akram membelai lembut pucuk kepala Viola setelah melepaskan pelukannya sembari tersenyum. Jika Akram masih bersikap santai, Viola justru sedang tegang karena ulah  Akram.

"Kamu kenapa?" tanya Akram karena melihat kekasihnya hanya diam saja tanpa merespon. 

Viola mencubit kecil lengan Akram. "Apa kamu tidak lihat, semua mata melihat ke kita?" ucap Viola pelan sambil menunduk. Akram melihat sekitarnya dan benar saja apa yang di katakan Viola, semua karyawannya melihat ke arahnya. 

"Terus kenapa kalau mereka lihat kita? Kan bagus mereka bisa langsung melihat kekasih atasannya yang sangat cantik dan imut ini." Akram mencubit pipi Viola gemas. Dan aksinya itu mendapat pukulan kecil di lengannya dari Viola. 

Akram langsung menggandeng tangan kekasihnya menuju ke lift yang mengarah ke ruangan kerjanya. Ia melangkah setelah mengatakan kepada sekretarisnya untuk mengosongkan jadwalnya. Akram dan Viola masuk ke lift khusus sedangkan Dahlia menuju ke lift umum. 

Viola mengedarkan pandangannya begitu masuk ke ruangan kerja kekasihnya. Ia begitu menyukai nuangsa putih kombinasi dengan warna abu-abu, serta tatanan berbagai aksesoris yang ada di ruangan itu. Dia meletakkan cake dan kopi di meja yang ada di depan sofa itu. Matanya kemudian beralih ke meja kerja kekasihnya. Dia membulatkan matanya begitu melihat pigura ungu yang di dalamnya terdapat wajahnya yang sedang tersenyum. 

Dia memegang pigura itu sambil tersenyum. Akram yang saat ini sedang duduk di kursi kebesarannya, menarik pinggang Viola agar duduk di pangkuannya. Akram mengapit pinggang Viola dengan kedua lengannya sembari menopang dagunya di bahu Viola. 

"Sejak kapan foto ini ada di sini?" tanya Viola. 

"Sejak kita jadian!" seru Akram sambil menggesek-gesekkan hidungnya di tengkuk Viola. Viola merasa geli dengan perlakuan kekasihnya itu. Tapi ia membiarkan saja karena itu memang kebiasaan Akram ketika berduaan dengan Viola. 

"Apa kamu tidak malu punya pacar anak SMA yang masih kekanak-kanakan ini?" tanya Viola. Ia meletakkan pigura itu lalu megalungkan kedua tangannya di leher Akram. 

"Apa kau meragukanku sayang? atau kau sedang mengataiku tua? Hmmm?" 

"Tidak. Aku merasa insecure saja, setelah melihat tatapan para karyawanmu tadi. Pasti aku tidak seperti dengan ekspentasi mereka."

"Aku tidak peduli dengan pikiran mereka. Yang pastinya aku mencintai anak SMA ini sekalipun dia kekanak-kanakan." Akram mencium sekilas bibir Viola. Viola melihat lekat kekasihnya itu. 

"Kalau tiba-tiba ada wanita cantik dan dewasa jatuh cinta padamu nanti, bagaimana? Kau mungkin akan lebih tertarik dengannya," ucap Viola sambil menunduk. 

Akram bisa melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya. Ia memegang kedua pipi Viola. 

"Lihat aku!" seru Akram. 

"Apa kau lupa, bagaimana sulitnya aku mengejarmu? Apa kau lupa, aku berusaha keras untuk meyakinkanmu setelah kau menolakku berulang-ulang kali? Aku sampai dimarahi Papa dan Mama karena pekerjaan ku terbengkalai karena memikirkanmu? Apa kau lupa, bagaimana bahagianya aku saat kau akhirnya mau jadi kekasihku? Aku tidak mungkin menyia-nyiakan wanita yang aku perjuangkan dengan sudah payah." 

"Aku mencintaimu Viola Wijaya. Sekalipun ada beribu wanita dewasa yang mengatakan cinta padaku, aku takkan tertarik padanya. Sebab aku sudah menemukan wanita yang mampu menggetarkan hatiku. Mampu membuat bibirku selalu mekar ketika melihatnya. Aku tak ingin yang lain lagi. Aku hanya menginginkanmu. Aku menginginkan kau yang jadi Istriku, pendamping hidupku dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak," ucap Akram sembari menggenggam erat kedua tangan Viola. 

Mata Viola berkaca-kaca. Viola merasa begitu senang mendengar penuturan panjang dari sang kekasih. Hatinya selalu menghangat ketika Akram selalu mengucapkan kata cinta kepadanya. 

Viola memegang pipi Akram dan mengelusnya. "Aku hanya minta padamu, kalau suatu hari kau sudah bosan padaku, bilang! Jangan bermain di belakang ku. Aku akan berusaha pergi tanpa melukai harga diriku." 

"Tidak. Kenapa kau berpikiran seperti itu. Aku tidak akan bosan padamu sayang. Tidak akan!"

Akram memeluk erat pinggang Viola. 

Viola membelai lembut rambut Akram. Akram mengadahkan kepalanya. Mata mereka saling terkunci. Mengutarakan rasa cinta yang begitu mendalam. Rasa cinta yang tak akan pudar meski berjuta rintangan di depan mata. Bibir mereka saling berpangutan entah siapa yang memulainya. Akram melumat lembut bibir manis Viola. Viola juga membalas lumatan itu sambil memeluk leher Akram. Ciuman yang awalnya lembut perlahan berubah menjadi lebih menuntut. 

Pertukaran saliva masih berlangsung dari dua insan yang sedang di mabuk asmara. Suara kecapan terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan. Akram melepaskan pangutannya saat merasa pasokan oksigennya mulai berkurang.

"haa.. haa.." Akram menempelkan keningnya di kening Viola dengan nafas yang tersengal-sengal. Begitupun dengan Viola. 

"I Love You Viola Wijaya." 

"I Love you too Akram Harinto." 

Viola mencium kembali daging lembut merah milik kekasihnya dengan lembut. Akram tersenyum senang karena Viola mengambil inisiatif untuk memulainya. Ia membalas itu dengan tatkala lembutnya. Mereka berdua larut ke dalam dunianya sendiri. Mereka melupakan cake dan kopi yang sedari tadi menunggu untuk di cicipi. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel