Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 - Tragedi Jus Buah Naga

BAB 4

TRAGEDI JUS BUAH NAGA

"Kalian pesan apa?" tanya Zinnia. "Biar aku yang pergi pesan," sambungnya.

"Aku mie ayam dan jus jeruk," jawab Azalea. 

"Aku bakso dan jus jeruk juga," jawab Viola. 

"Ok." Zinnia melangkahkan kakinya untuk memesan makanan. Ia menunggu pesanannya sambil memainkan ponselnya.

Saat ini sedang jam istirahat, mereka dan para siswa-siswi lainnya berada di kantin.

"Hai Zinnia," sapa Afdal yang saat ini sudah berdiri di depannya bersama dengan Iqbal. 

Dua pria yang masuk kategori pria tertampan di sekolah itupun sedang memesan makanan. Di mana pun dua pria itu berada ia akan menjadi pusat perhatian oleh para wanita karena parasnya yang ala oppa oppa Korea. 

"Hai Afdal, Iqbal," balas Zinnia. "Kalian mau pesan makanan juga?", tanyanya.

"Iya," jawab Afdal singkat. 

Tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Karena Afdal tengah berbicara dengan abang tukang baksonya. Sedangkan Iqbal memang orang yang irit bicara.

Setelah pesanan Zinnia lengkap ia pun membawa nampan yang diatasnya terlihat dua mangkok bakso, satu mangkok mie ayam serta tiga gelas jus jeruk menuju ke meja di mana Azalea Dan Viola menunggu. 

"Come on guys, langsung kita eksekusi, aku udah lapar," ucap Zinnia setelah duduk di samping Viola. Sedangkan Azalea duduk sendiri di depan mereka. 

Baru beberapa sendok makanan masuk ke mulut mereka, Iqbal dan Afdal terlihat berdiri di samping  Azalea. 

"Boleh gabung nggak? Soalnya nggak ada kursi yang kosong," ucap Afdal sambil mengedarkan pandangannya menyapu seluruh ruangan kantin yang dipenuhi dengan manusia. 

Viola dan Zinnia ikut melihat seluruh ruangan, dan memang benar tak ada kursi yang kosong. 

Viola pun mempersilahkan mereka ikut bergabung. Afdal langsung menyikut pelan lengan Iqbal menyuruhnya duduk di samping Azalea. Setelah mendapat izin Iqbal mendaratkan bokongnya dengan perasaan yang berbunga-bunga, sebab bisa duduk bersebelahan dengan wanita pujaan hatinya itu. Sungguh suatu keberuntungan baginya.

Namun mereka tak tahu, duduknya Iqbal di sana akan akan menghasilkan suatu kericuhan. Pasalnya sedari tadi ada beberapa pasang mata yang mengarah ke mereka dengan perasaan jengkel dan iri. Terlebih yang duduk di meja di depan mereka, dia sudah menggertakkan giginya karena jengkel. 

Dan benar saja, setelah mie ayam Azalea hampir habis tiba-tiba ada seorang siswi yang sedang membawa segelas jus buah naga berjalan menuju ke arah meja Azalea dan tiba-tiba jatuh ke arah Azalea.

Jus buah naga itu tepat jatuh dan menyiram baju Azalea. Alhasil baju Azalea basah dan berwarna keunguan. 

Azalea langsung berdiri dan menyapu bajunya dengan tangannya untuk menghilangkan sisa sisa daging buah naga yang menempel di bajunya dengan perasaan yang campur aduk. 

Viola dan Zinnia pun sudah meninggalkan tempat duduknya dan berdiri disamping Azalea untuk membantunya.

Semua mata pun tertuju ke arah mereka. 

"Astaga, sorry Azalea. Aku nggak sengaja. Tiba-tiba ada yang menyandung kakiku, jadi aku terjatuh. Aku betul-betul nggak sengaja," ucap siswi itu sambil berdiri.

"Iya,nggak papa," ucap Azalea pasrah. Ingin rasanya ia marah dan meneriaki orang yang ada di meja depannya, karena Azalea sempat melihat jika ada salah satu dari mereka ada yang menjulurkan kakinya agar siswi itu tersandung. Ternyata dirinya adalah target dari orang tersebut. Tapi ia tak mau membuat keributan, jadi ia lebih memilih untuk diam. 

Berbeda dengan Azalea yang memilih diam, Viola justru menatap tajam ke arah meja di depan di mana tempat Asoka dan dayang-dayangnya duduk. 

"Pasti ini ulah kalian kan? Bisa nggak sih, kalian itu nggak buat masalah sama kami?" Ketus Viola sambil menaikkan dagunya. 

"Apa maksud loe? Jangan sembarangan bicara. Loe menuduh kami tanpa bukti," sungut seseorang dari meja sana. Sementara Asoka masih terlihat diam dengan menampilkan mimik wajah mengejeknya.

"Ya elah… Nggak usah ngeles. Kalian itu tiap hari cari masalah dengan kami, terlebih lagi dengan Azalea. Kalau kalian punya masalah dengan kami, langsung bilang. Nggak usah pake cara kayak gini," kesal Viola. 

"Nggak bermoral banget sih!" timpal Zinnia dengan nada yang lebih ketus.

"Eh jaga yah omongan loe," ucap wanita itu sambil berdiri dan menunjuk Zinnia. 

"Apa? Memang kenyataannya getu kan? Ngapain loe marah!" tambah Viola.

Azalea yang melihat sahabatnya sudah tersulut emosi langsung memegang lengan mereka dan menyuruh untuk berhenti. 

Afdal pun mencoba melerai pertengkaran mereka sebelum para guru datang.

Iqbal yang datang dengan berlari sambil membawa sweter levisnya langsung memakaikan pada Azalea, bahkan Zinnia melangkah mundur karena Iqbal langsung berdiri di depannya. Saat kejadian tadi Iqbal langsung berlari ke kelasnya yang tak jauh dari kantin untuk mengambil sweternya.

Azalea sempat terkejut dengan perlakuan Iqbal. Ia ingin menolak tapi keadaannya sekarang memang membutuhkan sweter itu. Sebab mereka sekarang sedang memakai baju putih, jadi otomatis dalaman Azalea akan kelihatan jika tidak di tutupi.

Azalea berterima kasih kepada Iqbal, lalu pergi meninggalkan kantin menuju ke toilet yang di dampingi oleh para sahabatnya. Sementara Iqbal Dan Afdal melanjutkan makannya yang sempat tertunda. 

Asoka yang melihat perhatian Iqbal tadi ke Azalea semakin meradang. "Kalian lihat saja nanti, apa yang bakalan gue lakuin ke kalian." 

….

Di belahan bumi sana, seorang pria bermanik abu-abu, hidung mancung tengah termenung sambil menepuk-menepuk bokong putranya yang saat ini tengah tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka. 

Sudah tiga tahun semenjak kepergian istrinya kembali kepangkuan sang khalik, namun ia masih belum juga bisa melupakan sosok wanita yang begitu amat ia cintai.

"Kenzo!" panggil Celsia yang merupakan Ibu kandung Kenzo. "Kau melamun lagi?" tanya sang ibunda. 

"Kenzo mau sampai kapan kau seperti ini nak? Belajarlah untuk mengiklaskan Violet. Dia sudah tenang di sana nak. Kau harus menata hidup mu kembali," pinta Celsia dengan mata yang berkaca-kaca. 

Nasihat ini sudah sering ia lontarkan untuk anak laki-lakinya itu. Bahkan Mawar sang kakak yang tak lain adalah mama Viola sering ke sana untuk menyuruh Kenzo dan Neo putranya untuk kembali ke Indonesia, agar Kenzo bisa melupakan Violet. Namun usaha itu sampai sekarang belum berhasil.

Kenzo, pria umur 32thn, seorang duda berparas tampan, tak heran jika ia di gilai oleh para wanita termasuk para karyawannya. Kenzo merupakan seorang CEO perusahaan yang bergerak di bagian properti. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Neo, buah hatinya dengan mendiang sang istri. Violet meninggal setelah melahirkan Neo. dan itu menyebabkan luka yang begitu mendalam bagi Kenzo. 

Kenzo hanya melihat sang Ibunda tanpa bersuara. 

"Ibu mohon nak, berhenti seperti ini. Sebaiknya kau pertimbangkan ucapan kakak mu, agar kita semua pindah ke Indonesia. Di sana ada kakak mu, Viola dan juga yang lainnya. Neo juga tak akan kesepian jika kita di sana. Tolong kamu fikirkan kembali itu nak!" pinta Celsia lagi. Ia melangkah mencium kening cucunya lalu berjalan keluar dari kamar tersebut.

Kenzo terlihat berpikir. Ia memikirkan ucapan ibunya. Sesaat kemudian ia melangkah ke balkon untuk menelpon seseorang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel