Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 - Om Duda Back!

BAB 7

OM DUDA BACK!

Azalea menemui Melati yang sedang menjahit setelah selesai membersihkan diri sepulang sekolah. 

"Baju siapa bun?" tanya Viola sambil mengambil kursi dan duduk di samping Melati. Azalea tengah memperhatikan cara Bundanya yang sedang menjahit baju kebaya. 

"Baju mamanya Viola," jawab Melati seadanya. "Ini udah mau selesai. Besok kamu antarkan yah ke rumahnya," sambungnya.

"Ok, siap Bunda," jawab Azalea sambil memberi hormat kepada Ibunya layaknya anak sekolah yang sedang melakukan upacara penaikan bendera.  

"Gimana pelajaran kamu?" tanya Melati kepada anak semata wayangnya itu. Melati dan juga suaminya tak pernah menuntut untuk Azalea harus menempati  peringkat pertama di sekolah. Ayahnya hanya selalu berpesan rajin belajar, jangan malas-malasan, tapi kendati demikian Azalea selalu unggul di sekolah. Dia selalu menempati peringkat pertama di susul oleh Iqbal dan Viola di peringkat kedua dan ketiga. 

"Lancar kok bun. Sebentar lagi kan Ujian Sekolah, doain yah bunda biar ujian nanti lancar. Biar Azalea bisa lulus dengan nilai memuaskan, dan Azalea bisa kuliah ngambil jurusan Fashion Design," ucap Azzalea yang menggebu-gebu. Dia sudah membayangkan bagaimana nantinya kalau menjadi seorang mahasiswi. Pasti seru!

"Iya sayang. Bunda doakan semoga semuanya lancar yah. Semoga kamu bisa mencapai cita-citamu sayang." Doa Melati sambil mengelus kepala sang putri. 

Meskipun terbilang  golongan menengah ke bawah, Wiranto sudah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya uang untuk kuliah Azalea. Di bantu dengan penghasilan tambahan dari Melati.

"Aku bantu apa nih Bunda?" 

"Kami jahit baju yang itu tuh, punyanya bu Icha," jawab Mawar Sambil menunjuk baju yang sedang tergantung namun jahitannya belum sempurna. 

"Siap bunda," ucap Azalea senang. Awalnya Azalea hanya ingin belajar membantu Melati tapi lama-kelamaan setelah ia mahir menjahit dan belajar merancang busana sendiri ia bertekad suatu saat nanti ia akan jadi designer dan memiliki Butik sendiri. 

****

Viola sedang uring-uringan di ranjang miliknya. Ia berguling ke kanan ke kiri, sebab sedari tadi ia menghubungi Om terkasihnya tapi hanya jawaban maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Sungguh suara yang indah tapi menjengkelkan bagi Viola. 

"Kemana sih ini Om Kenzo, dari tadi dihubungi nggak aktif terus. Padahal aku kangen banget,kangen sama Neo juga," ucap Viola bersedih. 

"Mama juga, nggak tau apa anaknya yang cantik ini pengen makan, tapi nggak dibolehin. Tunggu tamunya dulu Viola baru kita makan sama-sama," ucapnya lagi sambil menirukan suara sang Mama. 

"Nih bagusnya ngapain yah? Tidur?... Nggak-nggak udah keburu sore. Telpon sayangku aja deh." 

Tut… Tut… Tut.. 

Tersambung tapi tak dijawab.

"Lah ini juga sayangku cintaku kemana lagi, nggak jawab telpon?. Kenapa hari ini semua orang ngeselin?" pekik Viola. 

Jadilah Viola hanya berdiam diri di kamar sambil ngedumel sendiri memegang ponselnya. Ia mengomentari semua yang ia lihat di Instagramnya. Mulai dari baju, makanan, minuman, sepatu, sandal bahkan make up orang yang dia lihat pun semua ikut di komentari. Kurang kerjaan! 

Jika Viola sedang uring-uringan karena kesal, beda lagi dengan Zinnia. 

Zinnia tengah senyum-senyum di ranjang empuk miliknya seraya memegang ponsel dan menyimpannya di dada. Baru saja ia membaca kembali percakapannya dengan seorang pria di Instagramnya. 

"Katanya dia bakalan pindah dan menetap di Indonesia? Itu artinya aku akan bertemu dengannya. Ahh.. Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya. Pasti Dia lebih tampan dari yang terlihat di foto." Zinnia berbicara panjang dan merasa bahagia. Pria yang sudah ia temani berkomunikasi kurang lebih sebulan ini akan menetap di Indonesia. 

"Astaga, bahkan jantungku berdetak kencang membayangkan wajahnya. Aargh.. Aku jatuh cinta Azalea, Viola!" serunya heboh memanggil nama sahabatnya. 

"Semoga saja dia tidak kecewa ketika melihatku? Tapi… aku kan masih masuk kategori wanita cantik, jadi nggak mungkinlah yah dia kecewa. Argghh.. Belum bertemu dengannya saja aku sudah seperti orang gila ngomong sendiri," ucapnya lagi seraya memukul pelan kepalanya kemudian tersenyum penuh arti.

****

Kenzo sedang mengamati wajah putranya yang sedang tidur di sebelahnya. Terdengar pemberitahuan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat. Ia perlahan mengelus pipi putra kesayangannya sambil memanggil namanya. Bukannya bangun bocah itu malah terlihat lebih terlelap setelah pipinya di elus. Kenzo hanya tertawa kecil. Gemas dengan kelakuan anaknya.

"Ayo bangun Neo. Sebentar lagi kita sampai." Ucap Kenzo pelan. 

Celsia yang saat itu juga duduk di samping Neo pun mencoba untuk membangunkan cucunya yang tampan itu. 

Tampak anak itu menggeliat, lalu membuka matanya perlahan. 

"Dad...dy, apa masih lama? Neo sudah capek du..duk." tanya bocah kecil itu dengan bibir cadelnya. 

"Sebentar lagi boy," ucap Kenzo sambil mengelus kepala anaknya. 

Setelah pesawatnya mendarat Kenzo, Neo, Celsia dengan asisten serta Benny siap-siap menuju ke rumah Mawar. Ketiga pria tampan yang berbeda generasi itu berjalan dengan kerennya, jangan lupakan kacamata hitam bertengger di hidung pria tersebut termasuk si kecil Neo yang saat ini sedang digandeng oleh si duda keren itu. 

Semua mata mengarah kepada mereka, terlebih lagi dengan si kecil yang terlihat begitu keren namun juga menggemaskan. 

"Astaga, keren banget sih mereka," ucap bigos 1.

"Ikkhh.. Lucu banget sih tuh anak," ucap bigos 2.

"Apa itu anaknya? Mereka sangat mirip. Tampan sekali," tambah bigos ke 3. Blaa.. Blaa.. Dst. 

Tak jauh dari tempat mereka berjalan terlihat Wijaya yang sedari tadi menunggu mereka melambaikan tangan. 

"Apa kabar Ibu?" tanya Wijaya sesaat setelah mencium punggung tangan Celsia. 

"Baik Wi. Mawar mana?" tanya Celsia. 

"Mawar sedang memasak untuk kalian di rumah bu," jawab Wijaya. 

"Apa Kabar kak?" tanya Kenzo lalu meraih tubuh kecil Neo untuk di gendongnya.

"Baik Zo. Kalau si ganteng ini,bagaimana kabarnya?" 

"Baik Uncle," jawab Neo yang masih kurang jelas. Wijaya dan semuanya tertawa gemas melihat Neo. 

"Pasti Viola akan senang sekali kalau tau kalian datang. Ayo kita langsung pulang." 

Mereka pun berjalan beriringan keluar dari bandara menuju ke mobil yang telah dipersiapkan oleh Wijaya.

****

"Viola….. Siap-siap sayang, tamunya udah di jalan!" teriak Mawar.

"Iya ma, bentar!" jawab Viola yang saat ini tengah duduk di meja riasnya sambil menyisir rambutnya. 

Beberapa menit kemudian bel rumah berbunyi. Mawar langsung berlari membukakan pintu. 

"Ibu.... " teriak Mawar langsung berhambur memeluk sang Ibu begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintu. Setelah mengucapkan kata-kata rindu dan mencium pipi sang Ibu, Mawar beralih menggendong Neo sambil mencium pipi gembul bocah tersebut. Neo tertawa karena merasa geli. Neo memang sudah kenal dengan Mawar dan juga lainnya termasuk Viola, itu sebabnya dia tidak marah ketika Mawar menciumnya. Tapi kalau orang yang tak dikenal, Jangan coba-coba melakukannya. Ia akan memasang wajah marahnya ketika ada orang lain menyentuhnya. 

Mereka masuk dan duduk di ruang tamu untuk beristirahat sejenak. Para pelayan membantu membawa semua barang mereka dan langsung di simpan di kamar mereka masing-masing yang telah disiapkan oleh Mawar. 

Viola berjalan menapaki satu persatu anak tangga. Samar-samar ia mendengar suara yang sangat familiar. Viola mempercepat langkahnya menuju sumber suara. Ia mematung sejenak melihat rumahnya yang begitu ramai. 

"Yah…. Om Duda Back!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel