Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BERPIKIR

Sera mengerjapkan matanya, ia merubah posisinya yang semua tertidur miring menjadi duduk. Perempuan itu memutar-mutar kepalanya, Sial! Paha Arsya keras sekali sampai-sampai membuat kepalanya terasa pegal. Sera beralih menatap Arysa yang masih asik bergelung dialam mimpi.

Tangannya terulur untuk menyentuh rahang tegas milik lelaki itu, pahatan wajahnya sangat sempurna. Bibirnya merah membutikkan kalau Arsya bukan perkok, mungkin. Alis lelaki itu juga tebal dan jika tertidur wajahnya terlihat damai tak ada raut wajah menyeramkan yang biasanya ditampilkan oleh Arsya.

"Puas memandangiku?" Lelaki itu tiba-tiba membuka matanya.

Sera langsung membuang muka, ia merutuki dirinya mengapa bisa ketauan seperti ini?. Percayalah ia tengah malu sekarang, Arsya memergokinya?!. Siapapun tolong kasih Sera ilmu menghilangkan diri.

Arsya mengerakkan kepalanya yang terasa pegal ke kanan dan ke kiri. "Jam berapa?" tanyanya.

Sera melihat jam berwarna soft pink yang bertengger manis ditangannya. "3 sore," jawabnya.

Ha? Dia tidur selama itu. Sera sampai lupa untuk pulang, total hampir 4 jam mereka tidur. Tak ada siapapun yang membangunkan mereka? Yang benar saja.

"Aku harus pulang," ucap Sera, ia mengambil tas yang berada dikursi tempat kerja Arsya.

"Hm. Jangan lupa pikirkan ucapanku tadi, besok temuiku dikantor!" ucap Arsya.

Sera hanya mengangguk sekilas, ia keluar dari kamar Arsya. Perempuan itu sudah dijemput oleh kedua asisten pribadinya, kebetulan sudah tak ada wartawan diluar mansion Arsya. Jadi tak apa kalau dirinya pulang naik mobil.

30 menit perjalanan akhirnya Sera sampai didepan mansion. Perempuan itu masuk kedalam dan disambut hangat oleh, Citra. Citra bertanya mengapa ia pulang sore, dan Sera hanya menggeleng sebagai jawaban. Sera masih belum bisa cerita tentang ajakan Arsya tadi, ia perlu mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Untung saja Citra mengerti kalau dia tengah lelah, jadi membiarkan Sera pergi kekamarnya.

***

Malam harinya sekitar pukul 10 malam, Arsya berada dikamar miliknya. Lelaki itu duduk dikursi kerjanya, dihadapanya sudah ada laptop yang menyala dengan terang. Bisa dibilang kamarnya gelap dan hanya ada cahaya dari layar laptopnya saja.

"Fokus, Arsya!" ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

Sampai akhirnya lelaki itu bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pojok ruangan. Arsya mengambil minuman bersoda didalam kulkas kecil yang memang tersedia dikamarnya. Setelah meminumnya rasa dingin menyapu tenggorokannya, ia melempar kaleng ketempat sampah dan yap tepat sasaran kaleng itu mendarat sempurna didalam tempat sampah.

Kini Arsya sudah berada diatas kasurnya, lelaki itu duduk bersender dengan selimut menutupi tubuhnya sebatas perut. Arsya menghidupkan lampu yang tak terlalu terang, ia mengambil HP yang berada diatas nakas dan menyalakannya.

Lelaki itu memandangi foto Sera yang tengah menangis. Yaa... Sewaktu Sera menangis Arsya memfoto perempuan itu diam-diam. Ia tersenyum tipis, wajah Sera sungguh menggemaskan dengan hidung yang memerah.

"Kau cantik, namun sayangnya kau bawel," batin Arsya, ia jadi mengingat dimana momen sewaktu dirinya bilang ingin menikahi Sera.

Menikah? Kata itu sama sekali tak pernah ia bayangkan akan diucapkan kepada Sera. Namun tadi? Kata itu sudah ia ucapkan, tentu ada alasan Arsya mengajak Sera menikah. Lelaki itu sudah lelah dengan permusuhan ini, ia tak tau mengapa permusuhan ini terjadi hingga sekarang. Dengan mengajak Sera menikah ia bisa leluasa mencari 'rahasia' tentang keluarganya. Ia tak bisa mencari tau sendiri ini bukan hanya tentang keluarganya saja melainkan juga keluarga, Sera.

****

Ditempat lain diwaktu yang sama Sera juga memikirkan ajakan Arsya untuk menikah. Perempuan itu berada dikasur kamarnya dengan posisi telentang. Matanya melihat kearah langit-langit kamarnya yang kini menampilkan gambar cahaya bulan dan bintang. Sekedar informasi, Sera sangat menyukai bentuk-bentuk benda langit terutama bintang.

"Seperti bintang, ada banyak namun sulit untuk digapai," gumam Sera.

Perempuan itu hampir 100% menerima ajakan Arsya untuk menikah. Namun usianya masih terlalu muda untuk menikah, namun bagaimana lagi ini cara satu-satunya supaya hidup keluarganya seperti semula. Tapi kan Arghhh!! Sera bingung, ia ingin menangis sekarang belum lagi nanti bagaimana respon keluarganya saat mengetahui dirinya akan menikah dengan musuh sendiri. Huaaa... Sera masih belum bisa membayangkan itu semua. Apalagi Arsya orangnya nekat, bisa saja lelaki itu langsung datang kerumahnya untuk Melamar dirinya. Namun bukan restu yang Arsya dapatkan, bisa saja keluarganya menjadikan Arsya santapan Arbo selaku Singa kesayangan papanya. Ngeri? Pasti, Louwen dan Giory sama-sama tak akan pernah bermain-main dengan ucapannya.

"Kalau aku menikah dengan Arsya otomatis dapet uang bulanan dong. Tapi aku belum siap kalau harus diunboxing. Tapikan istri harus nurut sama suami, huaaa mama anakmu mau menikah tapi ngak mau di unboxing," batin Arsya, ia mencoba berteriak di dalam batinya.

Sera mengambil bantal dan ia taruh diatas wajahnya, "ARGHHH ARSYA KAU KAYAK ANJING, BISA-BISANYA KASIH KEPUTUSAN YANG BERAT SEPERTI INI." Perempuan itu berteriak namun suaranya teredam oleh bantal yang sengaja ia tekan keras diarea wajahnya.

Lama kelamaan mata itu mulai tertutup dengan posisi yang sama, ia dilanda rasa kantuk yang luar biasa. Sampai akhirnya ia terlelap dialam mimpi.

***

Diruangan yang minim pencahayaan terdapat 2 orang sekitar berumur setengah abad. Kepulan asap yang berasal dari puntung rokok berkelana di udara. Bau rokok bercampur dengan alkohol menjadi ciri khas ruangan ini. Terdapat beberapa almari kaca yang berisikan tengkorak kepala dan bunga kering. Semua itu menambah kesan horor di ruangan itu.

"Apa kau sudah melihat keturunannya?"

"Ya, aku sudah melihatnya. Dia sangat jenius dan juga cepat seperti seekor cheetah."

"Kau benar, beruntung sekali keluarganya mendapatkan keturunan seperti itu."

"Dia juga penurut. Namun aku tetap meneruskan rencanaku yang sudah lama kupendam."

"Kita tak boleh menyerah begitu saja, tetap yakin jika kemenangan ada di depan mata kita!"

Mereka tertawa bersama-sama, salah satu dari mereka melemparkan gelas yang berisikan minuman soda kearah tembok. Terdengar bunyi pecahan kaca, namun tak membuat mereka takut. Justru mereka semakin tertawa kencang bak orang kesetanan. Mungkin jika ada orang lain masuk pasti akan merasa jika tempat ini seram. Bagi mereka tempat ini sangat nyaman, apalagi bau amis seperti darah?! tercium.

"Ada penyusup datang."

"Biarkan saja. Jika dia bermain-main dengan kita, maka kita harus mengambil satu langkah di depan mereka!"

"Orang seperti mereka harus tau mana neraka sebenarnya. Aku keluar, aku akan ingin mendengarkan orang berteriak minta tolong."

"Apa kau tak mau mengajakku?"

"Kau ingin ikut?"

"Ya, Aku ingin membunuh seseorang. Kasian sekali pistolku jika kubiarkan menganggur."

"Kau benar-benar psikopat!"

"Kau juga bodoh!"

Mereka psikopat yang haus akan darah, salah satu dari mereka gemar mendengarkan teriakan pilu sedangkan yang lain gemar membunuh orang. Perpaduan yang sempurna bukan?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel