BAB 8 - KEMBALI BERSEKOLAH (1)
Sesuai dengan perkataannya, Li Xia belajar secara mandiri setelah Li Xian memberinya materi-materi yang kemungkinan akan keluar di soal-soal ujian nanti. Setelah memberi materi, Li Xian kerap kali meninggalkan Li Xia untuk istirahat sejenak. Kadang kala Li Xian mengamati dan mengawasi saudari perempuannya itu sembari kembali membuat soal-soal ujian.
Selama beberapa hari, Li Xia memang tidak masuk sekolah. Namun selama ia membolos, waktunya di rumah ia habiskan hanya untuk belajar dan belajar. Hal itu tentu saja membuat jendral Li Xuan dan Lou Yi merasa aneh dengan perubahan putrinya. Terlebih lagi saat ini Li Xia sangat jauh lebih tenang dari biasanya.
Keduanya seakan-akan melihat orang lain ada pada raga putri mereka. Meskipun demikian, baik jendral Li Xuan ataupun Lou Yi merasa bersyukur akan perubahan Li Xia yang mana perubahannya berjalan ke arah yang lebih baik lagi.
"Sayang apakah kita perlu mengadakan syukuran?" Tanya Lou Yi merasa sangat senang mengenai perubahan putrinya.
"Tentu saja, tapi aku rasa pesta syukurannya di adakan khusus keluarga saja. Bagaimana kalau kita mengadakannya saat Liang'er pulang" usul jendral Li Xuan.
"Oh dewa. Aku lupa jika putra sulungku mengambil cuti dan hendak pulang. Aku setuju kita mengadakan syukurannya pas Liang'er pulang".
Di saat Lou Yi dan jendral Li Xuan merencanakan mengadakan syukuran. Di sisi lain Li Xuan tengah memeriksa lembaran soal saudari perempuannya. Baru saja Li Xuan menyerahkan lembar soal yang ia berikan. Setiap privat, Li Xian akan menguji seberapa paham Li Xuan terhadap materi yang ia sampaikan. Selama beberapa hari Li Xuan mengajari saudari perempuannya, ia selalu dibuat takjub akan jawaban soal yang telah Li Xia kerjakan. Meskipun masih ada beberapa kesalahan, setidaknya jawaban Li Xia yang salah lebih sedikit dari sebelum-sebelumnya. Saudari perempuannya telah menunjukkan perkembangan yang Li Xuan anggap cukup pesat mengingat mereka baru beberapa hari memulai les privat.
Li Xuan selesai memeriksa lembaran jawaban saudari perempuannya. Seperti biasa ia akan mengoreksi jawaban Li Xia yang salah seraya berharap kedepannya saudarinya bisa mengurangi lagi kesalahannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan jebakan yang ia berikan.
Li Xia tampak mengangguk mengerti dengan raut wajah serius yang ia tunjukkan. Melihat reaksi adiknya, Li Xuan berpikir bahwa adik perempuannya tampak mengerti dengan penjelasannya. Setelah mengoreksi kesalahan pada jawaban Li Xia, Li Xuan mengingatkan pada saudari perempuannya untuk tidak berlama-lama libur.
"Xia" panggil Li Xuan yang tentu saja menarik perhatian Li Xia.
"Kau tahu bukan jika sekolah menengah Shishi akan mengeluarkan siswa yang bolos lebih dari seminggu tanpa alasan yang jelas?" Tanya Li Xuan setelah berhasil membuat Li Xia menatapnya.
"Aku tahu Gege" jawab ku.
"Berarti kau sudah tahu bukan apa yang akan kau lakukan besok?" Tanya Li Xuan.
"Iya, aku tahu" jawabku lagi.
"Jika kau sudah tahu, Gege berharap kau tidak sering membolos seperti ini lagi" kata Li Xuan penuh harap.
"Akan ku usahakan Gege" jawabku.
Li Xian mengganggu mengerti, setelah memberikan lembar jawaban yang telah ia koreksi, ia meminta para saudari perempuannya untuk mempelajarinya lagi agar ia tidak salah lagi mengerjakan soal yang ia berikan.
Keesokan harinya, tepatnya diruang makan, Li Xian melihat adik perempuannya telah mengenakan seragam sekolah menengah Shishi. Selain terkenal dengan sekolahnya yang menjadi sekolah terfavorit, sekolah menengah Shishi juga dikenal dengan seragam sekolahnya. Seragam sekolah Shishi juga dibedakan menjadi dua, dimana warna putih gading dan merah hati dikhususkan untuk seragam bangsawan, sedangkan warna putih gading dan biru tua dikhususkan untuk rakyat biasa.
Meskipun ada perbedaan seragam sekolah. Sekolah menengah Shishi tidak pernah melakukan diskriminasi masalah pelajaran. Para pengajarnya selalu menyamaratakan mereka. Alasan sekolah menengah Shishi dibedakan hanya karena ingin membedakan siswa kalangan bangsawan dan kalangan biasa. Selain itu bangunan sekolah menengah Shishi untuk kalangan bangsawan dan rakyat biasa pun di bedakan mengingat perbedaan biaya sekolah mereka yang terpaut jauh dan fasilitas yang mereka dapatkan pun berbeda. Meskipun demikian untuk masalah pembelajaran tidak ada yang dibedakan selain seragam dan fasilitas yang mereka dapatkan.
"Akhirnya kau berangkat ke sekolah juga mei-mei" kata Li Xian saat memasuki ruang makan.
"Bukankah tidak baik bolos berlama-lama?" Tanyanya di sela-sela menyantap sarapanku.
"Terlebih lagi aku tidak mungkin lama-lama menghindar seperti ini bukan. Aku harus menghadapi apa yang telah kutuai" tambahku yang tentu saja cukup membuat Li Xian dan ayahandanya, Li Xuan terkejut.
"Syukurlah jika kau sudah sadar" kata Li Xian sedikit lega.
"Aku berharap kamu tidak menyusahkan ayahanda, ibunda, dan terutama aku tentunya" tambah Li Xian yang membuatku menatapnya kesal.
Selepas sarapan, aku pamit pada ayahandaku, Li Xuan. Lou Yi, ibundaku tidak sempat mengantarku pagi ini dikarenakan harus menghadiri undangan permaisuri kerajaan Zhou yang tentu saja tidak bisa dihindari.
Seperti biasa, aku pasti akan berangkat dengan Li Xian. Kereta telah menunggu kamu di depan, dan Li Xian mengantarku dengan Li Xian hingga kereta kami mulai menjauh dari kediaman. Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam. Padahal yang aku tahu dalam game The Legend of Phoenix, Li Xia bukanlah tipe orang yang bisa diam.
Tak terasa kereta yang kami tumpangi telah tiba di sekolah menengah Shishi. Aku turun dari kereta dengan di bantu oleh Li Xian. Para murid sekolah menengah Shishi yang juga baru saja datang menatap kami berdua. Aku sadar perhatian mereka tentu saja saat ini tengah tertuju pada saudara laki-laki mengingat ia merupakan guru yang memiliki banyak pengagum tanpa sepengetahuan Li Xian.
Mengabaikan pasang mata yang memandang kami, aku pun berhasil turun dari kereta dengan selamat. Setelah menapaki kakiku di halaman sekolah menengah Shishi yang terbuat dari bata, aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju kelasku di ikuti Li Xian yang mengikuti ku dibelakang.
"Gege bukankah tujuan kita tidak searah" kataku pada Li Xian yang terus mengikuti ku padahal kantor guru atau pengajar berlawanan dengan bangunan sekolah khusus bangsawan.
"Aku hanya ingin memastikan mu sampai di kelasmu dengan selamat" kata Li Xian.
Mendengar perkataan Li Xian tentu saja aku merasa sedikit tersentuh. Namun perasaan senang ku itu hanya bertahan sebentar sebab Li Xian mematahkan perasaan senang ku dengan mengatakan...
"Perlu ku tekankan apa yang kulakukan atas dasar perintah ayahanda. Jika bukan karena ayahanda, aku tidak akan mau repot-repot menemanimu" tambah Li Xian yang berhasil membuatku cemberut.
"Gege tidak perlu menemaniku, aku masih bisa sendiri!" Usir ku mendorong Li Xian pergi.
Setelah berhasil mendorong Li Xian yang kini berjalan membelakangi ku dengan arah yang berlawanan, aku pun melanjutkan langkahku yang sempat terhenti. Aku lantas menghela nafas berat saat memikirkan aku harus kembali menjadi seorang murid di saat aslinya aku adalah seorang sarjana jurusan komputer yang memilih terjun sebagai pro player game.