Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6 - BELAJAR (2)

Li Xian merasa apa yang ia lihat dan dengar hanyalah sebuah mimpi. Mungkin ia berhalusinasi karena kelelahan sehingga mengkhayalkan hal mustahil seperti ini. Adik perempuannya bukanlah orang yang akan menyentuh buku. Sejak kecil Li Xia sudah bercita-cita menjadi seorang permaisuri. Dibandingkan mengedepankan pengetahuannya agar mudah baginya mencapai impiannya sebagai permaisuri, Li Xia lebih mengedepankan penampilannya.

Tentu saja pilihan Li Xia tidaklah salah. Ada banyak nona muda berhasil memasuki istana sebagai permaisuri ataupun selir dengan cara yang seperti Li Xia lakukan. Hanya saja hal itu haruslah dibarengi dengan paras yang memang rupawan, sedikit pengetahuan dan bakat yang ia miliki. Bagaimanapun tugas sebagai seorang permaisuri ataupun selir bukanlah hal yang bisa dipermainkan begitu saja.

Li Xian bukan bermaksud ingin mencela adik perempuannya dengan mengatakan bahwa saat ini ia jelek. Meski semua orang di ibukota kerajaan Zhou mengatakan adiknya jelek. Bagi Li Xian, Li Xia cantik. Hanya saja tubuhnya sedikit berisi sehingga menutupi kecantikannya.

Li Xian lantas mengenyahkan pikirannya, ia lantas kembali memfokuskan dirinya menatap Li Xia yang tampaknya menikmati teh sorenya sembari membaca buku yang tengah dipegangnya. Li Xian sempat mengadu kesakitan saat ia mencubit lengannya untuk memastikan apa yang ia lihat bukanlah sebuah mimpi ataupun ilusi karena kelelahan.

Apa yang Li Xian lihat adalah kenyataan. Hal yang harusnya mereka syukuri karena apa yang Li Xian dan ibundanya, Lou Yi lihat adalah sebuah kejadian langka, entah kenapa terasa sangat mengganjal bagi Li Xian. Perubahan Li Xia sangat tampak jelas semenjak ia memutuskan pertunangannya dengan pangeran Zhou Yan.

Awalnya Li Xian berpikir tingkah laku Li Xia hanyalah bentuk dari kemarahan dan kecemburuannya sehingga ia mengambil langkah gegabah dan ceroboh sehingga memutuskan pertunangannya secara sepihak. Namun tampaknya apa yang Li Xian pikirkan salah dilihat bagaimana Li Xia kini menyentuh buku yang selama ini tidak pernah ingin ia sentuh.

Masih merasa ragu dengan fakta-fakta yang Li Xian dapatkan, Li Xian pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada ibundanya.

"Ibunda sudah berapa jam mei-mei membaca buku?" Tanya Li Xian.

"Ibunda tidak tahu ia sudah membaca buku sejak kapan. Sejak ibunda pulang, ia sudah seperti itu" jawab Lao Yi.

"Lalu kapan ibu pulang?" Tanya Li Xian memastikan kecurigaannya mengenai mei-meinya yang tampak benar-benar berubah.

"Mungkin sekitar 30 menit yang lalu" jawab Lou Yi.

Masih penasaran mengenai seberapa lama Li Xia membaca, Li Xian menahan pelayan pribadi Li Xia, Qiqi yang baru saja lewat dan memberi salam tak lupa membungkuk hormat.

"Tunggu" cegah Li Xian pada Qiqi yang hendak pamit.

"Kau pelayan pribadi mei-mei, bukan?" Tanya Li Xian.

"Benar tuan muda kedua" jawab Qiqi.

"Jawab aku dengan jujur, sejak kapan mei-mei membaca buku?" Tanya Li Xian pada Qiqi yang tentu saja paham mengapa ia bertanya hal seperti itu mengingat Li Xia sama sekali tidak pernah belajar. Meski jendral Li Xuan membawa banyak guru les privat, Li Xia tetap saja berulah nakal sehingga banyak pengajar yang menyerah.

Hari ini Li Xia belajar tanpa bantuan seorang pengajar ahli di bidangnya. Semenjak Li Xian berangkat mengajar, Li Xia menghabiskan waktunya dengan membaca. Setelah sarapan Li Xia memintanya untuk membawakan buku apa saja yang bisa ia bawa di perpustakaan untuknya. Tentu saja permintaan Li Xia mengejutkan Qiqi dan seluruh pelayan dikediaman Li.

Seorang Li Xia yang di kenal sebagai pembuat onar dan membuat para pengajar ataupun tutornya kabur dan kewalahan meminta sebuah buku adalah hal yang tidak pernah terlintas dipikiran mereka. Para pelayan sempat berpikir bahwa nona muda mereka saat ini tengah kerasukan makhluk halus mengingat hari ini ia tidak membuat keributan sama sekali.

"Hei. Apakah kau mendengar pertanyaan ku?" Tanya Li Xian yang berhasil menyentak Qiqi dari lamunannya.

"Maafkan pelayan ini tuan muda" jawab Qiqi.

"Nona muda Li Xia telah membaca buku semenjak anda berangkat bekerja. Bisa dikatakan bahwa nona muda telah membaca seharian penuh" tambah Qiqi yang tentu saja mengejutkan Li Xian dan Lou Yi.

"Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa putriku bertingkah aneh?" Tanya Lou Yi yang tentu saja mulai panik karena putrinya bertingkah laku diluar kebiasaannya.

"Hamba juga tidak tahu nyonya. Nona muda sudah seperti ini sejak pagi" jawab Qiqi yang tentu saja tidak berbohong.

"Li Xian, apakah ibu harus memanggil orang pintar? Tampaknya Xia'er tengah kerasukan" kata Lou Yi yang tentu saja membuat Li Xian dengan cepat berusaha menenangkan ibundanya.

"Ibunda tenangkan dirimu" kata Li Xian memegang bahu ibundanya seraya berharap ibundanya bisa segera tenang.

Melihat situasi yang Li Xia tunjukkan tidak biasa. Tampaknya Li Xian harus segera menceritakan keanehan mei-meinya dengan ayahandanya mengingat mereka harus menemukan titik terang mengenai masalah ini. Terlebih lagi Li Xian harus segera memberitahukan ayahandanya mengenai tindakan mei-meinya yang memutuskan pertunangannya secara sepihak agar keluarganya segera bertindak sebelum terjadi konflik besar.

Malam harinya, setelah makan malam Li Xian memutuskan untuk tinggal ruang makan bersama dengan ibundanya dan juga ayahandanya. Meja makan telah di bersihkan dari piring dan mangkok kotor. Saat ini dihadapan mereka hanya ada sepiring cemilan dan satu set cangkir dan teko yang berisikan teh hangat.

"Ibundamu mengatakan ada hal penting yang ingin kau katakan" kata Li Xuan membuka perbincangan.

"Hal apa yang ingin kau sampaikan Xian'er?" Tanya jendral Li Xuan setelah menyesap tehnya.

"Aku harap apa yang aku sampaikan tidak akan membuat ayahanda maupun ibunda jantungan" kata Li Xian mendesah berat.

"Mengapa kau tampak tertekan seperti itu?" Tanya jendral Li Xuan bingung.

"Ini masalah mei-mei" aku Li Xian.

"Hal apa lagi yang mei-mei mu lakukan selain bolos sekolah hari ini?" Tanya jendral Li Xuan yang sudah tahu jika putrinya hari ini tidak masuk sekolah.

"Mei-mei memutuskan pertunangannya secara sepihak dengan pangeran Zhou Yan sebelum kita pulang kemarin dari pesta jamuan makan malam di istana" kata Li Xian akhirnya menceritakan semuanya pada kedua orang tuanya.

Jendral Li Xuan dan Lou Yi sama sekali tidak terkejut akan hal tersebut. Keduanya sudah tahu jika endingnya akan seperti ini. Baik Li Xuan ataupun Lou Yi sudah tidak akan terkejut lagi mengenai tingkah laku Li Xia yang memang diluar nalar mereka.

"Ayahanda.. ibunda.. mengapa kalian diam saja? Mei-mei memutuskan pertunangannya dengan pangeran Zhou Yan, apakah kalian tidak masalah akan hal itu?" Tanya Li Xian yang tampak tidak terima dengan respon kedua orang tuanya yang biasa saja.

"Respon apa yang kau harapkan dari kami, Xian'er?" Tanya jendral Li Xuan.

"Kami tidak akan terkejut lagi mengenai hal itu. Saat ini mei-mei mu sedang berada di masa pubernya. Dan baik ayahanda maupun ibundamu tau lambat laun Xia'er akan mengambil tindakan ini ketika rasa penasarannya telah habis" tambah jendral Li Xuan.

"Selain itu bukankah ini adalah hal yang bagus? Pangeran Zhou Yan tidak akan mengambil keuntungan lagi dari keluarga Li ketika pertunangan putriku dan pangeran Zhou Yan telah berakhir" tambah Lou Yi yang sudah muak dengan pangeran Zhou Yan yang memanfaatkan keluarganya.

Li Xian tidak habis pikir dengan jalan pikir kedua orang tuanya. Bagaimana bisa mereka setenang ini padahal masalah yang mereka hadapi adalah keluarga kerajaan, atau lebih tepatnya salah satu pewaris takhta kaisar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel