BAB 5 - BELAJAR (1)
Li Xian tidak ingin memaksa saudari perempuannya untuk bersekolah hari ini. Meski ia adalah seorang pendidik di Shishi High School, ia selalu berpegang teguh dengan prinsip bahwa orang-orang cerdas ialah mereka yang ingin mencari ilmu. Jika saudari perempuannya tidak ingin datang, bukankah itu berarti mei-meinya akan kehilangan pengetahuan dan pembelajaran dalam satu hari? Lagian Li Xian berpikir memang lebih baik jika saudari perempuannya tidak datang saja. Sebab kedatangannya ke sekolah hanya membuang-buang waktunya yang berharga untuk mengejar pangeran Zhou Yan yang sama sekali tidak memiliki perasaan padanya.
Li Xian lantas pamit berangkat bekerja pada saudari perempuannya yang hanya mengangguk sebagai balasan. Li Xian pun tidak berharap banyak seperti saudari perempuannya akan mengantarnya dan berkata 'hati-hati di jalan' atau 'semoga harinya menyenangkan'. Hubungan keduanya tidaklah seakur itu.Sama seperti hubungannya dengan saudara tertuanya Li Liang, baik ia maupun mei-meinya tidaklah seakrab itu dengan Li Liang yang saat ini menjadi wakil jendral 2 prajurit kerajaan Zhao dan bertugas di perbatasan.
Li Xian lantas mengenyahkan pikirannya. Terlalu banyak berpikir hanya membuat waktunya terbuang dengan percuma. Sebagai seorang pengajar di Shishi High School ia harus menjadi contoh tauladan untuk murid-murid. Datang tepat waktu selalu Li Xian lakukan. Hal itu membuatnya kerap kali menjadi perbincangan masyarakat, baik penduduk ibukota maupun para siswa dan guru di Shishi High School.
Sama seperti hari-hari biasanya, Li Xian datang tepat waktu. Sebelum memasuki kelas yang ia ajar, Li Xian terlebih dahulu menyempatkan waktunya untuk mengabsen kehadiran secara manual dimana ia harus memberi stempel namanya pada lembaran absen yang di sediakan Shishi High School.
"Li Xian kau datang lebih awal lagi" sapa Hao Dong rekan sepengajaran Li Xian yang baru saja datang.
"Ya. Tampaknya aku terlalu cepat hari ini" jawab Li Xian sambil melihat deretan meja dan kursi guru-guru sekolah menengah Shishi yang masih kosong.
"Kau memang tidak pernah terlambat" balas Hao Dong setelah mengabsen.
"Padahal aku pikir hari ini akan sedikit telat mengingat ada sedikit kendala di rumah" kata Li Xian yang dengan cepat membuat Hao Dong cepat tanggap akan topik yang Li Xian bahas.
"Maksudmu nona muda Li Xia membuat ulah lagi?" Tanya Hao Dong yang diangguki Li Xian.
Mungkin di kediaman Li, Li Xian tidak akan berbicara seterbuka ini. Di rumahnya ia tidak pernah bisa berbicara dengan bebas. Berbanding terbalik jika di tempat mengajarnya, Li Xian malah banyak berbicara dan bercerita seperti ini. Namun hal itu hanya berlaku jika ia bersama Hao Dong.
Li Xian cukup dingin namun memiliki pengetahuan yang luas dan cerdas, bahkan ketika kepala sekolah Shishi High School mengangkat topik yang membosankan sekalipun dan membuat semua orang mengantuk, hanya Li Xian yang peka. Ia menanggapinya dan membuat suasana membosankan sedikit lebih hidup. Hal inilah yang membuat Li Xian di sukai serta di kagumi para pengajar dan siswa sekolah menengah Shishi.
"Iya. Hari ini mei-mei ku tidak masuk" jawab Li Xian yang tentu saja membuat Hao Dong terkejut pasalnya semua orang di Shishi High School tahu jika kedua bersaudara Li adalah orang-orang yang rajin meski dalam artian yang berbeda. Li Xian rajin karena kecintaannya dalam mengajar, sedangkan Li Xia rajin ke sekolah hanya untuk mengejar cinta tunangannya.
"Tidak biasanya nona muda Li Xia tidak masuk sekolah" balas Hao Dong setelah pulih dari keterkejutan.
"Karena hal itulah yang membuatku cukup terkejut dan pusing" aku Li Xian.
"Sebentar lagi ujian kenaikan kelas, dari laporan yang aku terima, mei-mei tidak pernah fokus belajar. Nilai kehadiran mei-mei selama menjadi murid kelas satu tidak menjamin ia bisa naik kelas" tambah Li Xian menyuarakan kegelisahannya.
Hao Dong tentu saja mengerti. Jika Li Xia tinggal kelas karena kemalasannya dalam belajar, maka semua orang tentu saja akan mempertanyakan peran Li Xian sebagai guru sekaligus saudara laki-lakinya. Semua orang pasti akan mengcap buruk Li Xian karena gagal mendidik adiknya sendiri.
Hao Dong tidak tahu harus berkata apa selain meminta Li Xian untuk tetap sabar dan memberinya semangat. Obrolan keduanya lantas berhenti ketika guru-guru Shishi High School mulai berdatangan. Li Xian tidak pernah menceritakan masalahnya pada orang lain selain pada Hao Dong teman sepengajaran sekaligus teman seperjuangannya saat menempuh pendidikan sarjanawan.
Lonceng Shishi High School pun terdengar. Li Xian dan Hao Dong dengan cepat beranjak dari kursi mereka dan mulai ke kelas masing-masing untuk mengajar. Keduanya selalu tepat waktu jika bersangkutan dengan pengajaran. Berbanding terbalik dengan guru-guru lainnya yang bersantai terlebih dahulu dan menunda jam mengajarnya.
Alasan lain mengapa Li Xian dan Hao Dong lantas cepat pergi dari ruang guru ialah keduanya kerap kali dijodohkan dengan rekan sepengajarannya yang masih belum bertunangan. Selain itu guru-guru sekolah menengah Shishi lainnya suka bergosip.
Hari berlalu dengan begitu cepat, tak terasa hari mulai beranjak sore dan aktivitas di sekolah menengah Shishi mulai sepi dikarenakan para pelajar mulai pulang setelah pelajaran selesai. Hanya beberapa siswa yang mengikuti ekskul yang tinggal, selebihnya lebih memilih pulang.
Sore ini Li Xian baru saja keluar dari kelas yang ia ajar. Ia berjalan di koridor tak lupa sesekali mengangguk dan tersenyum tipis saat bertemu beberapa siswa yang menyapanya di koridor. Saat Li Xian melewati kelas Li Xia, pemuda tampan itu entah mengapa merasa miris dan iba terhadap saudari perempuannya. Bahkan saat saudari perempuannya tidak hadir untuk pertama kalinya, tidak ada satupun yang mencarinya bahkan pangeran Zhou Yan maupun wali kelasnya.
"Baik kehadiran atau ketidakhadiran mu, kau tetap saja terabaikan mei-mei. Sebegitu tidak dianggapnya kau oleh mereka" kata Li Xian melanjutkan langkahnya yang terhenti saat melihat kelas saudari perempuannya.
Sesampainya Li Xian di rumahnya, Li Xian cukup penasaran dengan para pelayan yang tampak memperbincangkan sesuatu. Meskipun penasaran, Li Xian tidak ingin bertanya. Hari ini ia merasa sangat lelah. Tubuhnya meronta memintanya untuk istirahat. Maka dari itu Li Xian memutuskan untuk segara menuju kamarnya.
Saat Li Xian hendak menuju kamarnya, ia melihat ibundanya, Lao Yi tengah menatap taman belakang. Penasaran dengan Lao Yi yang tampak serius dan bahkan tidak menyadari kehadirannya semakin membuat Li Xian ingin tahu mengenai hal apa yang mencuri perhatian ibundanya hingga ia seserius ini.
"Ibunda apa yang anda lihat?" Tanya Li Xian saat sudah berdiri tepat belakang Lao Yi.
Lao Yi tentu saja terkejut menyadari putra keduanya yang kini telah berdiri di belakangnya. Tanpa sadar Lao Yi memukul putranya pelan dan mengomel jika ia hampir saja jantungan. Li Xian hanya tertawa melihat ekspresi lucu ibundanya. Setelah itu ia kembali mengalihkan pandangannya di halaman belakang, tepatnya di gazebo yang berada di tengah-tengah kolam ikan koi ayahandanya. Di sana ada Li Xia yang tengah membaca buku.
"Apa yang mei-mei lakukan?" Tanya Li Xian bingung dan sedikit terkejut melihat Li Xia memegang buku saat ini.
"Qiqi mengatakan bahwa Xia'er sedang belajar dan hal itu sudah ia lakukan sejak siang tadi" jawab Lao Yi.
"A-apa? Belajar?" Tanya Li Xian cukup terkejut mendengar jawaban ibundanya.