Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Keesokan harinya, aku baru saja pulang dari kantor langsung mendapat telepon dari teman Kiano, Danish.

"Nona Alaira, Kiano bertengkar dengan orang di dalam bar, kamu cepat datanglah kemari!"

Aku sudah mengejar Kiano selama tiga tahun, Kiano selalu menolak untuk bersamaku, tetapi disaat yang bersamaan juga menikmati kebaikan yang kuberikan kepadanya, sering kali dia sangat mendengarkan perkataanku.

Setiap terjadi sesuatu pada Kiano, temannya akan meneleponku.

Tidak peduli betapa lelahnya, aku menyetir mobil sampai ke bar yang sering dikunjungi Kiano.

Saat baru masuk, pekerja yang berada di lobi bar sudah mengenalku, setelah melihatku dengan cepat membungkuk minta tolong kepadaku.

"Aduh Nona Alaira, akhirnya kamu datang! Cepat, jika tidak cepat Tuan Muda Kiano akan memukul orang itu sampai mati!"

Aku sedikit mengernyit, berjalan masuk selangkah demi langkah.

Dulu walaupun Kiano membuat masalah apa pun, orang-orang disini tidak akan menunjukkan kepanikkan mereka.

Kali ini sedikit aneh.

Aku di bawa ke sebuah ruangan yang ada di bar, saat masuk aku langsung melihat Kiano sedang menekan sambil memukul seorang pria gemuk di lantai, setiap pukulannya tidak ringan.

Pria itu dipukulinya hingga jatuh terluka dan mengeluarkan banyak darah, suara minta ampun juga terus terlontar dari mulutnya.

"Tuan Muda Kiano, aku salah, ampun ...."

"Tolong, aku tidak akan berani lagi ...."

Nada bicaranya juga sudah tidak jelas lagi.

Tetapi Kiano sudah seperti orang gila, melayangkan pukulan demi pukulan.

Orang di sekitar bahkan tidak berani maju untuk menghentikannya.

Aku memperluas pandanganku, mataku jatuh kepada seorang wanita yang sedang berlutut di lantai.

Dia menangis tersedu-sedu, seolah dia merasakan sesuatu yang sangat menderita.

Pemandangan yang sangat kacau.

Aku juga baru pertama kali melihat pemandangan seperti ini, lebih tidak yakin kali ini aku bisa menarik Kiano atau tidak.

Setelah berpikir sejenak, aku baru memanggilnya.

"Kiano."

Setelah mendengar suaraku, gerakannya terhenti sejenak, kepalanya menengadah dan menatapku sekilas.

Tatapannya dingin, seperti es.

Hanya sedetik, dia kembali memukul pria yang berada di lantai dengan brutal.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel