Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

•••

"Ahhh leganya."

Gadis itu menghempaskan tubuhnya di sofa seolah merasa bebas dengan sesuatu.

Savio menaikkan sebelah alisnya.

"Kau bilang akan ke toilet. Waktumu 2 menit."

Gadis itu membuka kedua matanya, ia lupa dengan niat awalnya tadi.

Semoga kali ini berhasil, batin gadis itu.

"Tidakkah menurut paman di sini panas?" tanya gadis itu seraya melepas cardigannya.

Savio memalingkan wajahnya membuat gadis itu tersenyum tipis seraya menyisir rambutnya ke belakang.

Gadis itu beranjak dari sofa dan mendekati Savio.

"Paman sungguh tidak tertarik denganku?" tanya gadis itu seraya meraba dada bidang Savio yang tercetak jelas di balik kemeja hitamnya.

Savio menatap gadis itu dengan datar, "Aku tidak suka bercinta dengan tulang sepertimu."

Gadis itu tersenyum seraya memainkan kancing kemeja Savio.

"Paman tidak ingin mencobanya?" tawari gadis itu dengan kekeh.

Savio menatap bibir pink chery itu dengan sekilas.

"Yaa, apa kau kira bercinta seperti bermain?" gadis itu dengan senyum manis mengangguk.

Savio memutar bola matanya dengan jengah kala gadis di depannya ini benar-benar sangat cegil.

"Cepat ke toilet setelah itu pergilah. Aku ingin istirahat."

Savio berlalu begitu saja meninggalkan gadis itu di ruang tengah.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal memutar otak bagaimana caranya bisa mendapatkan Savio malam ini.

Pasalnya dia lelaki yang sangat tepat untuk malam ini.

"Aku harus bisa, ini enggak boleh gagal," gadis itu langsung pergi ke toilet.

Savio yang kini tengah berada di dalam kamar mandi, berusaha menetralkan segala pikirannya.

"Bagaimana bisa ia mengajak pria yang baru ia kenal untuk bercinta? Ia bahkan masih sekolah."

Savio melepaskan dua kancing kemejanya paling atas agar bisa bernapas dengan leluasa.

"PAMAN!" teriak gadis itu membuat Savio tersentak kaget.

"Sekarang apalagi?" gumam Savio dengan heran seraya beranjak dari sofa untuk melihat keluar kamar.

Savio sudah berdiri di depan kamar mandi dengan jantung yang sungguh berdebar.

"Berhenti buat kekacauan, cepat keluar dan pulanglah!"

Gadis itu sedikit membuka pintu kamar mandinya, "Bisa tolong ambilkan kecoa, aku hampir pingsan dibuatnya."

Savio memalingkan wajahnya dengan helaan napas yang gusar.

Gadis itu membuka pintunya mempersilahkan Savio untuk masuk.

"Aku tidak pernah melihat kecoa selama tinggal di sini, trikmu sungguh murahan aku tidak akan tergoda."

Savio hendak pergi namun gadis itu kembali merengek, "Kau bahkan belum melihatnya ke dalam, aku sungguh takut."

Savio menatap raut ketakutan gadis itu tapi sedikit ragu.

Dengan terpaksa ia masuk ke dalam kamar mandi untuk memeriksanya.

Gadis itu dengan senyum lebar menutup pintunya bahkan menguncinya.

Savio melihat kecoak itu di pojok dekat bath up, "Sejak kapan di hotel ada kecoa," gumam Savio sembari mengambil kecoak tersebut.

Tunggu, kenapa keras?

"Kau mengerjaiku? Ini kecoak mainan."

Gadis itu menutup rapat bibirnya untuk menahan tawa, "Ahh pasti aku menjatuhkannya tadi. Kukira itu kecoak sungguhan."

Savio sedikit membuka mulutnya tidak percaya kala ia beberapa kali kena tipu.

Saat berbalik, gadis itu bersandar di pintu dengan senyum manisnya.

Entah kenapa Savio merasa jika dirinya seperti ditelanjangi oleh tatapannya.

"Bagaimana jika kita mandi bersama?" gadis itu berjalan ke arah shower, berdiri tepat di bawahnya dan menyalakannya.

Dress lilac itu perlahan basah kuyup hingga memperlihatkan lekuk tubuh gadis itu.

"Meski tubuhku hanya tulang, kita bisa mencoba bagian yang lain?" tawari gadis itu dengan perkataan yang menurut Savio terdengar lucu.

Savio berjalan mendekat ke arah gadis itu.

Yes berhasil, batin gadis itu kala Savio ikut berdiri di bawah shower membasahi tubuhnya.

"Kau tahu betapa bahayanya memancing pria di dalam ruangan sempit seperti ini?" gadis itu mengangguk membuat Savio menatap lekat mata cantik itu.

Gadis itu mendekat ke arah Savio, sedikit berjinjit karena tingginya dan Savio amatlah berbeda.

Savio memejamkan matanya dengan tangan yang mengepal kuat kala gadis itu mencium jakunnya.

"Bagaimana, apa ini juga berbahaya?" tanya gadis itu.

Savio diam sampai di mana ia mendorong tubuh gadis itu ke dinding dan menangkup wajahnya untuk memanggut bibir yang baru saja membuat ulah tersebut.

Gadis itu tersenyum kesenangan kala Savio terpancing.

Pasti kali ini akan berhasil dan aku akan di usir dari mansion, batin gadis itu seraya melepas kemeja Savio.•••

Dengan tubuh telanjangnya, Savio membopong tubuh gadis itu untuk pindah ke kasur.

Savio menghempaskan tubuh mungil itu ke atas kasur membuat gadis itu tersenyum penuh kemenangan.

Ia bahkan dengan terang-terang memandangi tubuh Savio yang sudah bertelanjang bulat karena ulahnya.

"Kita pakai pengaman?"tanya gadis itu kala Savio terlihat begitu seksi kala menggigit bungkus duren tersebut.

"Kau tidak mungkin ingin hamil diusiamu yang masih muda bukan?"tanya balik Savio seraya memasang benda ajaib itu.

"tentu saja, apalagi benihnya dari pria yang kucintai seperti paman."

Savio menatap sekilas gadis itu dengan tidak percaya.

Katakanlah dunia terbalik saat ini.

Yang biasanya pria lebih merayu dulu untuk mengajak wanita tidur, kini gadis kecil yang menyeret Savio untuk naik ke atas tempat tidur.

Terdengar gila memang, namun kalian juga tahu gadis sendiri sebarapa cegil ini.

Savio langsung menindih tubuh gadis itu, menatap lekat mata cantik itu dengan penuh rasa penasaran, "Kau yakin untuk melakukannya?"gadis itu mengangguk tanpa ragu.

"Cepat lakukan!"ujar gadis itu meminta pada Savio.

Savio melumat bibir manis gadis itu seraya mengaplikasikan miliknya di bawah sana untuk bisa masuk ke dalam milik gadis itu.

"Enghhhh paman sakit."

Gadis itu melenguh panjang seraya mencakar punggung kekar Savio kala milik keduanya menyatu sempurna di bawah sana.

"Kau masih perawan?" kaget Savio yang hanya diangguki oleh gadis di bawahnya itu.

Savio terlihat terkejut, bagaimana ini, ia telah mengambil kehormatan seorang gadis yang bahkan masih sekolah.

Tunggu, bukankah dia sendiri yang bergerak lebih dulu? Siapa yang tahu jika ia masih perawan?

Savio juga bukan cenayang yang bisa melihat apa gadis ini masih perawan atau tidak.

"Kuharap kau tidak menyesali apa yang terjadi malam ini," bisik Savio tepat di daun telinga gadis itu dengan napas yang memburu.

Gadis itu dengan mata sayu menatap Savio, "Hanya orang bodoh yang menyesalinya, wanita mana yang tidak ingin tidur dengan paman."

Savio menatap gadis itu dengan napas yang masih menderu, ia tidak habis pikir dengan gadis di bawahnya saat ini.

Bagaimana bisa ia berpikir semudah itu tanpa memedulikan resikonya.

"Mari kita lihat seberapa kuat kamu melakukannya," ujar Savio dengan suara serak paraunya yang mana itu terdengar sangat seksi di telinga gadis itu.

Gadis itu dengan antusias langsung merengkuh tengkuk Savio dan memangutnya dengan liar.

Savio yang tidak lagi terkendali, langsung menghujam gadis yang menyerahkan kehormatannya padanya dengan sukarela tersebut.

Derit ranjang memenuhi kamar Savio, suara lenguhan serta erangan keduanya benar- benar beradu sangat syahdu.

Savio benar- benar mengakui jika gadis yang kini berada di atasnya untuk memimpin permainan sangatlah kuat.

Dan jangan lupa, ia memang cantik dan sangat seksi.

Savio hampir gila dengan segala sentuhan gadis yang masih dibilang bau kencur ini.

Bagaimana bisa ia melakukannya dengan sempurna padahal ini kali pertamanya ia melakukannya?

Bahkan ia bisa dikatakan mahir dalam hal ini.

Gadis itu berhenti melakukannya, merebahkan kepalanya di ceruk leher Savio dengan napas yang benar- benar menggebu.

Perlahan Savio membaringkan tubuh gadis itu ke samping kanannya, tatapan keduanya saling bertemu sama lain.

"Paman benar- benar membuatku gila, aku ingin melakukannya berulang kali dengan paman."

Savio terdiam mendengar ucapan gadis itu.

"Tidurlah. Aku akan mandi."

Gadis itu dengan cepat memeluk Savio seraya membenamkan wajahnya pada dada bidangnya.

"Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut."

Savio terdiam, mencerna dengan baik ucapan gadis itu yang terdengar seolah takut akan sesuatu.

Bahkan pelukannya sangat erat.

Tidak ingin lebih panjang urusannya, Savio mengalah dan menarik selimut untuk menyelimuti keduanya.

Dengan sedikit terpaksa, Savio ikut berbaring untuk menemani gadis itu.

Ada apa dengan Savio, 5 tahun menduda dan tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun membuat malam ini gairah dan hasrat Savio seolah kembali terbangun.

Ia bisa merasakan kenikmatan yang sudah lama mati dalam dirinya sejak kematian sang istri.

Apa ini sungguh akan baik- baik saja?

Savio merunduk ke bawah menatap wajah gadis yang terlelap di pelukannya tersebut dengan rasa penyesalan yang besar.

Sepertinya Savio telah melakukan kesalahan yang besar.

Namun hal yang saat ini ia takutkan ialah, Savio sangat takut dirinya ditertawakan oleh teman- temannya nanti jika mereka tahu Savio menjalin hubungan dengan gadis yang lebih pantas menjadi menantunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel