Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Minta Ampun

"Ah——"

Tendangan Desmon ini begitu kuat, membuat Tristan terpental sejauh lima meter.

Tiga rekannya juga terbawa olehnya sampai menabrak meja makan, belasan piring di atas meja pun berjatuhan dan pecah.

Sungguh berantakan.

Semua orang di dalam restoran tercengang melihat Desmon.

Mereka semua adalah orang-orang kaya, mereka tahu penampilan Tristan ini seharga ratusan juta, bagaimana mungkin Desmon berani mencari masalah dengan orang seperti ini?

Lea juga terkejut, dia tidak menyangka Desmon bisa tiba-tiba mengamuk, membuatnya merasa cemas, tapi rasa kecewa di dalam hatinya itu juga menghilang tanpa jejak.

"Bajingan, kamu berani memukulku?"

Tristan tertawa-tawa sambil memegang pipinya, "Habis kamu!"

Enam temannya menghampiri Desmon dan Lea, melihat mereka berdua dengan sinis.

Pelayan cantik juga memanggil beberapa satpam bertubuh kekar.

Desmon sama sekali tidak melihat mereka, dia hanya menatap Tristan dengan dingin, "Aku beri kamu satu kesempatan, berlutut dan minta maaf pada istriku, atau hari ini aku akan membuat satu tanganmu cacat."

Mendengar itu, semua orang di dalam restoran tertawa-tawa, mereka merasa Desmon memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang dikatkannya barusan.

"Bajingan, kamu ini siapa?"

Pelayan cantik marah besar, "Memangnya kamu berhak menentang Tuan Muda Tristan?"

"Apakah kamu tahu Tuan Muda Tristan itu siapa?"

"Dia adalah manajer di perusahaan cabang Grup Panca Telaga, juga merupakan kerabatnya Bu Griselda, bagaimana mungkin bisa dihina oleh orang kampung sepertimu?"

Dia sangat marah melihat Desmon berani memukul Tristan, Tristan adalah masyarakat golongan atas, Desmon yang berani menentangnya ini bisa dibilang sedang cari mati.

Setelah mengetahui Tristan adalah kerabatnya Griselda, juga merupakan manajer di perusahaan cabang Grup Panca Telaga, ada banyak orang yang syok.

Kali ini Desmon pasti akan dihabisi, Lea juga akan dihabisi.

Semua orang beranggapan seperti ini.

Ada banyak wanita yang menatap Desmon dengan sinis, mereka merasa bocah yang sudah mencari masalah ini sedang sok kuat.

Tristan menikmati tatapan hormat dari orang-orang di sekelilingnya, kemudian sambil memegang pipinya, dia membawa beberapa temannya berjalan ke depan Desmon, "Bajingan, kamu berani memukul kepalaku? Berani sekali kamu."

"Di Kota Nebula, belum pernah ada orang yang memperlakukanku seperti ini."

"Kamu adalah orang pertama, harus kuakui, kamu sangat berani."

"Tapi aku harus memberitahumu, kamu berada dalam masalah yang besar."

"Lebih baik kamu berlutut, patahkan tanganmu yang tadi kamu gunakan untuk memukul kepalaku, lalu bawa wanitamu ini ke atas ranjangku."

"Kalau tidak, hari ini kalian berdua akan kuhabisi."

Tristan menunjukkan wajah yang ganas.

Setelah berbicara, beberapa temannya pun berjalan mendekati Desmon, mereka semua membawa sebotol anggur yang disiapkan untuk memukul kepala Desmon.

Wajah Lea berubah, "Apa yang mau kalian lakukan? Kalau kalian berani macam-macam, aku akan lapor polisi."

Pelayan cantik tertawa-tawa, "Lapor polisi? Semua polisi di sini adalah temannya Tuan Muda Tristan."

"Lea, tidak apa-apa, biar kuurus masalah ini."

Desmon menarik Lea, sambil menatap Tristan, dia berkata dengan datar, "Sepertinya kamu mau melewatkan kesempatan untuk minta ampun."

Tristan membuang ludahnya, "Memangnya kamu layak memintaku minta ampun padamu?"

Desmon mengeluarkan sebuah kartu dari kantongnya dan dilempar ke tangan Tristan, "Aku layak atau tidak?"

"Mau menggertak?"

Dengan cuek Tristan berkata, "Apa ini?"

Pelayan cantik tertawa-tawa, "Mungkin itu adalah kartu bank untuk menyuap Tuan Muda Tristan..."

"Kapan Tuan Muda Tristan pernah kekuranan uang? Yang kuinginkan adalah satu tanganmu dan wanitamu."

Tristan melihat kartu yang dilempar Desmon ini dengan wajah yang sinis.

Hanya dengan sekali lihat, seluruh tubuhnya langsung merinding, seakan-akan diguyur dengan seember air dingin.

Tulisa Vermilion di kartu ini seperti jarum yang menusuk mata Tristan...

Kartu Vermilion Grup Panca Telaga?

Dia melihat kartu ini dengan rasa tidak percaya, dia meraba-raba seluruh kartu ini untuk menemukan sesuatu yang tidak beres, tapi pada akhirnya, dia menemukan kalau kartu ini adalah kartu yang asli.

Seketika, seluruh wajah Tristan berkeringat dingin.

Habis sudah, habis sudah, masalah ini menjadi sangat besar.

Untuk pertama kalinya dia memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Desmon mengambil sebotol anggur, menuang segelas untuknya sendiri, "Kenapa? Manajer Tristan tidak mengenali kartu itu?"

"Ini...ini..."

Tristan memainkan kartu ini di tangannya, lalu mengembalikannya ke tangan Desmon cepat-cepat.

Kartu Vermilion Grup Panca Telaga, ini menandakan pemiliknya adalah orang penting bagi Grup Pancar Telaga, juga menandakan tekad Griselda yang mutlak.

Griselda itu siapa?

Bagi orang luar, dia adalah Ketua Dewan Komisaris di Grup Panca Telaga, wanita kuat yang sukses, tapi yang diketahui Tristan lebih banyak.

Griselda masih memiliki satu julukan lain, yaitu Janda Hitam.

Oleh karena itu, Tristan tidak berani berbuat macam-macam.

Dibandingkan dengan Kartu Vermilion, hubungan kerabat jauh yang dimilikinya bukanlah apa-apa.

Tapi Tristan tidak mengerti, Desmon masih semuda ini dan juga tidak berguna, kenapa dia bisa dipercaya oleh Griselda?

Dia masih tidak menyerah, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Griselda.

Tidak lama kemudian, punggungnya sudah basah oleh keringat.

Griselda hanya mengatakan satu hal, Desmon adalah orang terpenting bagi Grup Pancar Telaga, sampai Griselda bersedia mati untuknya.

Tristan merasa dunia sedang berputar dengan cepat, harapannya yang terakhir pun lenyap setelah panggilan ini selesai.

Setelah mematikan telepon, dia langsung berlutut.

Semua orang tercengang.

"Tuan Desmon, Tuan Muda Desmon, maaf, aku sudah melakukan kesalahan, kuharap kamu bisa mengampuniku."

"Kumohon..."

"Tadi aku salah, aku salah..."

Tristan menampar pipinya sendiri belasan kali, "Mohon Tuan Muda Tristan berikan aku kesempatan."

Dia tahu, kalau Desmon masih tidak puas, maka nyawanya ini juga tidak akan bisa dilindungi.

Semua orang di dalam restoran juga tercengang, mereka tidak menyangka hasilnya akan seperti ini.

Lea juga terkejut, dia tidak menyangka sesuatu yang dilempar oleh Desmon tadi bisa membuat Tristan langsung berlutut.

Harus diketahui, Tristan adalah manajer di perusahaan cabang milik Griselda.

Pelayan cantik kebingungan, sambil menarik Tristan, dia berteriak, "Tuan Muda Tristan, kamu kenapa? Kenapa kamu berlutut di hadapan sampah ini?"

"Sampah apanya!"

Tristan langsung menampar pipi pelayan cantik itu dan menendangnya dua kali, "Kalau kamu berani menghina Tuan Muda Desmon lagi, akan kubunuh kamu."

Dia ketakutan sampai air matanya hampir menetes, di momen yang krusial seperti ini masih berani mencari masalah dengan Desmon, sungguh cari mati.

Wajah pelayan cantik pun langsung bengkak, dia terkapar di atas lantai dan tidak berani bergerak.

Desmon tersenyum-senyum, "Bukankah kamu mau membuat satu tanganku cacat, dan memintaku menyerahkan wanitaku padamu?"

"Tuan Muda Desmon, aku salah, aku sudah menyadari kesalahanku."

Tristan bersujud meminta ampun tiada henti, "Kumohon, ampuni aku."

"Kakak ipar, maaf, aku salah, aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Mulai sekarang, aku bersedia menjadi pelayanmu."

Kalau hari ini dia tidak memuaskan Desmon, walaupun Desmon tidak turun tangan, Griselda juga bisa membunuhnya.

Semua orang syok melihat Tristan bersujud seperti itu, mereka merasa seperti ada gunung yang tiba-tiba menekan bahu mereka, sangat berat.

Tatapan semua orang tertuju pada Desmon, mereka semua penasaran, juga merasa canggung.

Barusan mereka masih menyebut orang ini sampah, tapi sekarang, Tristan malah bersujud di depannya seperti seekor anjing.

Sungguh lucu.

Pelayan cantik tidak berani mengeluarkan suara sama sekali, dia tidak menyangka Tristan bisa setakut ini dengan Desmon yang tidak berguna ini.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Ada apa dengan kartu itu?

Siapa Desmon ini?

Setelah dipanggil kakak ipar, kedua wajah Lea langsung memerah, "Desmon, dia sudah meminta maaf, lupakan saja."

Desmon mengambil pisau makan dan menusuk telapak tangan kiri Tristan.

Jleb!

Darah langsung bermuncratan.

"Kalau minta maaf ada gunanya, buat apa ada polisi?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel