Part 2. Tetap Saja Nakal
"Maaf Bu,,. Saya mau menyimpan setelan milik Tuan dari laundry." Christine sekertaris Gustav muncul dengan membawa beberapa setelan Gustav dan berjalan menuju rest room.
Gustav hanya melirik sekilas kemudian kembali menarik piringnya lebih dekat.
Bianca menatap Gustav yang kembali menyantap makan siang yang dibawakannya dengan tenang. Dalam hati merasa cemas, suaminya hari itu memintanya datang membawakan makan siang. Tidak seperti biasanya.
Terlebih lagi Gustav kerap berimajinasi yang bukan-bukan.
Bianca luar biasa keder dibuatnya.
Gustav sering mengungkapkan imajinasi liar yang tidak mungkin ia wujudkan karena berisiko, seperti ajakan bercinta tiba-tiba seperti ini.
Bianca bahkan masih ingat saat Gustav pernah usil mengajaknya berhubungan intim di dalam mobil.
Gila
Itu sangat gila untuk Bianca.
Tentu saja ia tidak menuruti kemauan Gustav
Sebagai penggantinya Bianca melayani dan menuruti keinginan Gustav walaupun tetap didalam mobil tapi di garasi rumah mereka.
Belakangan Bianca bahkan kerap menahan malu saat Gustav tiba tiba melumat bibirnya padahal itu didepan banyak orang, seperti kemarin saat mereka datang di acara resepsi pernikahan salah satu kawan bisnis Gustav.
Gustav sungguh senang menyaksikan wajah merah merona Bianca yang menurutnya sangat cantik saat malu.
Dan sementara Bianca harus menahan malu dan rasa sedikit tidak nyaman demi menuntaskan fantasi Gustav.
Bianca menoleh sejenak ke arah rest room saat menyadari Christine belum keluar dari sana.
"Aku ke toilet dulu ya.... " Bianca berpamitan pada Gustav.
"Tunggu aku ya?" bisik Gustav dengan tatapan nakal.
"Gustav! Ada Christine." Bianca berbisik sambil melotot protes.
"Lepaskan celana dalem kamu jangan lupa....!' Bianca menatap Gustav tak percaya sambil memasang muka cemberut.
"Apa mau disini saja." Gustav menatap Bianca sambil mengangkat alisnya.
Bianca masih tercengang.
"Christine...!" Gustav berteriak dari balik mejanya.
Terdengar langkah tergesa. "Ya Tuan?" Christine mendekat.
"Kamu makan siang sana yang jauh, ke afrika juga boleh ..!." Ujar Gustav sambil memberikan uang lima lembar.
" ini buat apa Tuan...?" Tanya Christine bingung.
" buat naik onta...!" Jawab Gustav sambil mengibaskan tangannya menyuruh Christine seger pergi dari ruangannya.
Bianca hanya bisa menelan ludah. Sedikit menyesali keputusannya kenapa ia harus menuruti keinginan Gustav mengantarkan makan siang ke kantornya.
"Ayo cintaku...!." Gustav memberi isyarat dengan gerakan kepala agar Bianca segera ikut ke dalam rest room.
"Sayang .... " Bianca menatap takut suaminya.
"No excuse please....!." Gustav berdiri dan mendekati Bianca kemudian menyeret lengan istrinya.
Bianca hanya bisa mengikuti Gustav dengan jantung berlarian.
Ini gila.
Gustav benar-benar ingin menuntaskannya saat ini.
Perlahan dengan bibir mulai menyentuh leher Bianca , Gustav menyeretnya masuk ke dalam rest room dan mengunci pintu.
"Sayaaaang.... "
Lumatan bibir Gustav menenggelamkan kata-katanya.
Tubuh Bianca didorong ke dinding. Sedikit keras.
Kedua tangan Gustav mengangkat cepat rok-nya.
Bianca hanya bisa menahan bibirnya mati-matian ketika Gustav menuntaskan segala imajinasi nya.
Sementara itu Christine baru teringat kalau handphonenya tertinggal.
Ya ampun, handphone ku ketinggalan.
Christine luar biasa kesal saat menyadari meninggalkan ponselnya dan hanya membawa dompet.
Jadi ia kembali ke ruangannya dan mencari-cari di mana ponselnya.
Tidak ada di mejanya.
Saat Christine mencari handphonenya, datang Alfons dengan Alexander.
"Christine?," tegur Alexander.
Christine terkejut dan menoleh.
" Selamat siang Tuan Alfons tuan Alexander..." Sapa Christine Sambil membungkuk hormat.
" Tuan muda Ada?" Tanya Alexander.
" Ada Tuan.! Sedang makan siang dengan nyonya Bianca di ruangannya.." Jawab Christine.
" Kita masuk ya..!" Ujar Alexander.
Christy mengangguk.
Setelah Alexandr dan Alfons masuk ke ruangannya Gustav, Christine mengambil ganggang telepon di mejanya dan menghubungi nomornya sendiri. Tersambung, tetapi ia tidak mendengar nada panggilan dari ponselnya.
Astaga.
Christine menepuk keningnya sendiri saat teringat tadi ia mengaktifkan mode silent.
Christine kembali mengingat-ingat di mana tadi ia meletakkan ponselnya.
Terakhir kali ia mengantar baju-baju tuannya yang baru saja diantar oleh layanan laundry ke ruangan rest room.
Oh iya! Christine sekarang ingat ponselnya tertinggal di rest room. Ia tadi melupakan ponselnya begitu saja saat sedang menggantung setelan-setelan Gustav ke dalam lemari, dan atasannya itu memanggil.
Akhirnya Christine memutuskan untuk pergi tanpa membawa handphone nya.
Dan Alexander mengetuk pintu ruangan Gustav beberapa kali sebelum mendorong pintu.
Dan melihat ruangan yang sepi.
Ke mana dia ? Alfons menatap meja yang tampak kosong.
Alexander Mengangkat kedua bahu. Mungkin mereka berdua ke tempat lain, pikirnya.
Keduanya lalu duduk di sofa.
Baru saja keduanya duduk saat mendengar desah tertahan.
Kedua pasang mata Alexander dan Alfons saling menatap lalu menoleh pintu rest room yang terkunci saat mendengar desah-desah tertahan dari dalam ruangan.
Irama persetubuhan menggema kencang, tertangkap jelas di telinga mereka.
Alfons dan Alexander sontak tertawa.
" masih gila aja dia .." keduanya tertawa sambil terperangah menatap pintu.
Suara hentakan masih terdengar. Kencang menembus dinding hingga telapak tangannya.
Geraman Gustav terdengar mengiringi.
Christine yang hendak menyajikan kopi ikut menoleh ke pintu rest room.
Sekelebat bayangan kotor muncul begitu saja di kepalanya. Ia sudah bisa membayangkan seperti apa liarnya di dalam sana.
Ya ampun, tuaaaaan . Kenapa nggak nunggu di rumah si tuaaaaan?
Dengan wajah merah Christine segera berbalik dan menutup rapat bibirnya dengan sebelah tangan, meninggalkan desah tertahan jauh di belakang punggungnya.
Meninggalkan tawa Alexander yang menggodanya setelah mengusirnya tadi.
" Anak kecil cepat keluar...!" Usir Alexander pada Christine.
Perasaan tidak enak menyelinap. Sedari tadi suara-suara gema aktivitas Gustav di dalam rest room tertinggal di kepalanya.
Sungguh sial, bayangan bagaimana Gustav melakukannya muncul begitu saja.
Sudah pasti luar biasa gila.
Christine menelan ludah.
Ia bukan gadis suci. Ia sudah tahu bagaimana ketika lelaki melakukan hal itu. Tapi yang terdengar dari dalam rest room, membuat fantasinya terseret jauh. Sungguh kelewat jauh, karena irama kencang gerak pinggul Gustav sedari tadi membuatnya melamun seperti orang bodoh.
Sementara itu Alfons dan Alexander masih tertawa sambil duduk di sofa.
" kita lihat wajah mafia mesum satu itu." Ujar Alfons.
" yeee gua mesum juga sama bini ..!" Ujar Gustav yang keluar dari rest room dengan wajah segar.
Sementara Bianca yang keluar beberapa saat kemudian terlihat malu melihat Alfons dan Alexander yang ada diruang kerja suaminya.
" Bi, kmu harus ikutan ngantor lagi...! Gawat dia bisa bandel lagi kalau gini gelagatnya..." Ujar Alfons.
" Nooooooo,,, kalau gua kebelet pun gua udah ga bisa sama orang lain..." Jawab Gustav.
" Kok tau..? Emang pernah coba...?" Tanya Bianca curiga.
" Mampus Loooo..." Ledek Alexander.
" Ga lah...! Maksudnya, aku sering tiba tiba pengen gitu, kalau emang mau bandel, tinggal panggil si Christine,buka pahanya dia pasti ga berani nolak. Tapi aku ga mau, aku cuma mau sama istriku." Jawab Gustav sambil memeluk dan mencium Bianca.
" Aku pulang dulu...!" Pamit Bianca.
Gustav mengangguk
" Nanti lagi ya..?" Pinta Gustav sambil mengedipkan matanya.
" Njir .. makin tua beneran makin jadi dia Biiiii...." Ledek Alexander.
Bianca tersenyum lalu keluar dari ruangan Gustav.
Tinggal tiga pria tampan yang tersisa diruangan itu.
" Emang nya Kalian ga pernah gitu tiba tiba pengen...?" Tanya Gustav.
" Seringlah, tapi gua ga jug kali sampai nyuruh bini nganterin makan siang modus gitu..." Jawab Alexander sambil tertawa.
" Kalau Ayu itu udah ngerti, jadi gua ga usah modus minta makan siang .." ujar Alfons.
" Kok dia bisa ngerti ..?" Tanya Gustav penasaran.
" Ngertilah,,, kalau gua udah kangen dia itu. Gua pantengin video call, ayu tuh udah ngerti Tanpa aku inta aku suruh dia pasti datang. Malah kadang aku ga perlu ngomong ke dia, cukup aku manggil dalam hati aja... Gila kan segitu besar telepati cinta kita .. ha ha ha..."