Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 11 Pernikahan yang nyaris batal

Jerome. Nama yang sering Kinan sebut. Pria berwajah manis, berkulit sawo matang, dan memiliki sudut senyum yang memikat. Cara bicara dan perlakuan halus yang membuat hati Kinan tergoda.

Jerome. Seorang anak yang diasuh oleh keluarga Kinan 10 tahun yang lalu. Awal pertemuan, Kinan, yang seusia dengannya, masih merasa canggung. Lalu, mereka menjadi teman belajar yang akrab, sampai akhirnya cinta bertaut tanpa ada yang tahu.

Jarak antara benua Asia dan Eropa tak mampu menggoyahkan keyakinan akan cinta mereka. Rindu, dapat dituntaskan dengan melakukan video call. Tak ada alasan untuk berhenti mencintai, selain sebuah tembok besar yang ada di antara mereka.

Papa mengetahui hubungan mereka, menentang cinta mereka, lalu memutuskannya dengan menjauhkan Jerome dari sisinya Kinan untuk selamanya, karena papa mengirim pria itu ke Belanda.

Setahun berlalu, Kinan tidak pernah melihat sosok pria yang pernah menempati hatinya. Sebuah kesempatan untuk bertemu hanya hari ini, tapi dalam keadaan yang berbeda.

Kinan sesak menahan isakan. Dalam keramaian, ia dan Jerome saling memandang, larut dalam kesedihan yang menyakitkan. Dan Danial yang menghentikan momen itu. Dia menyentuh tangan Kinan.

Gadis itu menoleh padanya, tercengang sejenak. Lalu, ia tertegun dan menyeka air matanya.

"Maaf, aku mau ke kamar mandi," katanya, langsung berlari menuruni pelaminan.

Jerome menyusul Kinan. Alih-alih ke kamar mandi, Kinan berdiri di depan ruang ganti, bersandar sambil menutupi wajahnya. Di lorong yang sepi, Kinan memuaskan diri untuk menangis.

Mendengar suara langkah sepatu, Kinan sontak berhenti menangis dan menghapus air matanya sambil membelakangi sesorang yang sedang mendekat. Kinan mendelik, terkejut pundaknya disentuh oleh seseorang.

Siapa? Apa Jerome? Atau mungkin Danial? Bagaimana ini? Kalau pria itu melihatnya menangis? Kinan harus berkata apa?

Perlahan, Kinan berbalik sambil menundukkan kepala. Ia melihat sepatu hitam pria. Ia memelas. Pasti sosok itu Danial. Pria itu hanya diam, menurunkan tangannya dari pundak Kinan.

Kinan mendongak dengan takut-takut. Namun, ia tertegun ketika mengetahui sosok yang ada di depannya tidak seperti di dalam bayangannya. Bukan Jerome, apalagi Danial. Tapi....

"Pak Fahlevi, sedang apa di sini?" tanya Kinan.

Fahlevi mengenyit sejenak, lalu menyeringai. Lho, bukannya pertanyaan ini lebih tepatnya ditujukan pada Kinan?

"Saya baru saja dari tempat parkir," jawab Fahlevi. "Anda sedang apa di sini?"

Kinan menunduk lagi. Harus jawab jujur atau bohong nih? Tapi sepertinya, ia tak perlu menjawab, karena Fahlevi melihatnya menangis dan mata yang sembab.

Fahlevi menghela napas, lalu merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna putih, yang kemudian disodorkan pada Kinan.

Jelas saja, Kinan tercengang heran, menatap pria itu dengan pertanyaan yang berputar-putar di atas kepalanya. Maksud pria melakukan ini apa? Mungkinkah Fahlevi ingin membuatnya tersanjung lagi?

"Tidak usah," tolak Kinan. "Terima kasih."

Fahlevi tidak mau mendengar penolakan itu, bahkan menyeka sisa air mata Kinan dengan sapu tangannya.

"Keadaan Nona sangat kacau," gumam Fahlevi mengusap lembut mata Kinan bagian bawah yang hitam karena eyeliner-nya luntur.

Inilah yang membuat Kinan mudah tersentuh oleh perhatian pria baik seperti Jerome. Bisa dibilang, Jerome dan Fahlevi hampir serupa.

Tapi ... eh! Kenapa jadi membandingkan kedua pria itu? Kinan tidak mau sampai tertarik lagi pada pria manapun!

"Biar saya saja," katanya, merenggut sapu tangan dari Fahlevi, lalu menyeka eyeliner yang luntur sampai bersih.

"Kalau begitu, saya permisi," kata Fahlevi.

"Tunggu!" seru Kinan memanggil, sebelum pria itu berbalik. "Saya akan mengembalikan sapu tangannya."

Fahlevi tersenyum. "Tidak usah. Simpan saja."

Kinan tercengang sejenak, lalu berkata sambil tersenyum tipis. "Terima kasih."

Tak ada yang dikatakan lagi oleh Fahlevi selain tersenyum, lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Kinan yang sedang menatap terpana ke arahnya.

Kinan menyadari bahwa orang-orang, kecuali Danial, mencari-cari dirinya. Makanya, harus cepat-cepat touch up lagi supaya tidak terlihat kalau riasannya telah luntur.

Ia bergegas ke dalam ruang ganti, memulaskan sedikit bedak dan memperbaiki eyeliner yang luntur. Ponsel yang tergeletak di sampingnya, membuatnya teringat oleh sesuatu.

Bukankah ponselnya berbunyi tadi? Sepertinya, ada notifikasi yang masuk. Oleh karena itu, ia memeriksa ponselnya.

Ada beberapa pesan, DM di dua aplikasi medsos, lalu pesan whatsapp dari kakaknya, Kelvin, yang langsung dibaca olehnya.

Air matanya meleleh melihat pesan disertai dengan gambar Kelvin, istri, dan anaknya. Senyumnya terkembang melihat foto-foto itu. Ia men-scroll layarnya ke bawah, lalu melafalkan pesan yang ditulis oleh Kelvin.

"Kinan, maaf karena aku tidak bisa melihatmu memakai gaun pernikahan yang cantik, lalu dipersunting oleh pangeran pilihan papa. Hehehe. Ya, kamu selalu bilang kalau suamimu adalah pangeran, 'kan? Kamu pasti tahu alasan ketidakhadiranku. Tapi meskipun begitu, aku selalu mendoakanmu dan suamimu. Ingat pesanku, jadilah istri yang baik, berusahalah mencintai pria itu, dan lakukan tugasmu sebagai istri."

"Tugas sebagai istri"? Andai Kelvin tahu, bahwa pangeran Kinan itu sangatlah dingin. Belum berjumpa, sudah memberikannya syarat dan perjanjian. Salah satu poin dalam perjanjian itu adalah salah satu tugas istri yang dimaksud. Jadi, tugas apa yang harus dijalankannya? Menjadi penjilat mertua?

Kinan membalas pesan Kelvin, yang berisi sebagai berikut:

"Iya, Kak. Terima kasih. Nanti, akan aku kirimkan foto-foto pernikahanku dengan Danial."

Centang dua tanpa warna muncul di ujung balon chat. Kinan menghela napas sambil meletakkan ponselnya kembali di dalam laci meja rias. Ia sedih, tapi bukan hanya karena kakaknya tidak datang ke hari pernikahannya.

Jerome. Melihat pria itu lagi melihatnya bertambah sakit. Pasti papa yang sengaja memberitahukannya. Menurut Kinan, akan lebih baik Jerome tidak datang. Apa papanya pikir, hanya Jerome yang akan menderita? Kinan juga!

Sudahlah! Kinan menyeka air mata yang kembali mengalir. Percuma menangis, tidak ada perubahan yang berarti. Ia beranjak dari kursi, lalu keluar dari ruangan ini menuju tempat resepsi.

Tersenyum dan berpura-pura bahagia. Action!

-;-;-;-

Satu jam sebelumnya.

Fahlevi di lorong yang sepi dengan pelan dan waspada. Padahal, di ruang resepsi sedang ada akad nikah Danial dan Kinan. Namun, ia malah berkeliaran, masuk ke dalam ruang ganti pakaian wanita.

Dikuncinya pintu itu, ketika ia berada di dalam ruangan. Ia langsung bergerak di arah lemari, mencari sesuatu. Lalu, ia menyusuri meja, beberapa tas, hingga akhirnya ke meja hias.

Langkahnya yang panjang langsung mendekati meja rias, begitu menyadari bahwa barang yang dicarinya ada di sana.

Ponsel Kinan!

Diambilnya ponsel berwarna kuning itu. Ia menghidupkan layar, tapi ponselnya terkunci. Hal seperti ini tidak sulit bagi Fahlevi. Dalam waktu mudah, password ponsel Kinan mampu dibobol.

Dahinya mengkerut melihat semua isi notifikasi yang menyerbu ponsel wanita itu, yang kebanyakan dari sahabat-sahabatnya yang ada di luar negri.

Namun, ia menemukan sebuah pesan permintaan dari akun Instagram yang bukan followers Kinan. Dan coba tebak, siapa pemilik akun itu?

Tristan!

Karena mempersiapkan pernikahan sambil bekerja, Kinan tidak sempat mampir ke akun medsos-nya. Terlebih lagi, Kinan mematikan peringatan notifikasinya, sehingga banyak DM yang tidak dibaca selama seminggu ini, termasuk DM dari Tristan.

Pria itu mengirimkan pesan sekitar 3 hari yang lalu. Fahlevi diutus untuk melihat pergerakan Tristan, agar tidak mengacaukan pernikahan Danial dengan Kinan.

Nyaris! Jika Kinan melihat isi DM ini, pernikahan Kinan dengan bosnya pasti tidak akan terjadi hari ini.

Tanpa buang waktu, dihapusnya isi DM dari akun Tristan. Sebelum ketahuan, Fahlevi buru-buru keluar, lalu bersembunyi di suatu tempat.

Misi selesai, dan ia langsung mengirim pesan kepada Danial. "Tugas sudah selesai, Pak." Begitulah isi pesannya.

Baru akan melangkah pergi, ponselnya kembali bergetar. Danial menelepon!

"Ya, Pak?"

"Apa kau menemukan hal yang janggal di ponsel Kinan?" tanya Danial, di seberang sana. Suaranya agak berbisik.

"Seperti perkiraan Bapak, Tristan mengirimkan DM ke akun Instagram Nona Kinan."

Jawaban itu membuat Danial terdiam beberapa saat. Mungkin syok. "Lalu, apa isi DM itu?"

"Pak Tristan mengirim foto mesra Bapak dengannya, lalu sebuah pesan yang berisi begini: 'Kamu harus tahu siapa calon suamimu itu. Sebenarnya, waktu itu aku tidak bercanda soal pengakuanku bahwa Danial adalah pacarku. Ya, Danial memang seorang gay!'."

"Lalu, apalagi?" tanya Danial agak tercekat.

"Tidak, hanya itu saja, Pak," sahut Fahlevi. "Dan saya sudah menghapus DM itu."

"Bagus! Kalau begitu, kembalilah ke sini!"

Fahlevi mematikan ponselnya. Namun, sebelum memasuki ruang resepsi, ia ke kamar mandi dulu. Baru akan melangkah menuju tempat itu, matanya melirik ke suatu sudut lorong ini, menyadari kehadiran seseorang.

Kinan yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya.[]

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel