part 4. DIHADANG HARIMAU
Dalam situasi itu John benar-benar ketakutan. Namun Jenny dengan santai berjalan kedepan sehingga sontak John meraihnya karena takut jika harimau itu menyerang Jenny.
"Kamu tidak usah takut, John. Tenang saja," ucap Jenny mengingatkan.
"Tapi, Jenny. Bagaimana kau harimau itu menyerangmu? Kamu bisa terluka, Jenny." Jhon berusaha mencegahnya.
"Tidak, John," jawab Jenny singkat.
Jenny berdiri menghadapi beberapa ekor harimau yang menghadangnya. Harimau itu terus mengeluarkan suaranya yang terdengar menyeramkan. Hal itu membuat John sangat ketakutan dan juka khawatir dengan keselamatan Jenny. Akan tetapi, pada saat seperti itu Jenny dengan tenang menyeru kepada harimau itu.
"Aku adalah Jenny. Aku adalah ratu dari kerajaan Maraja. Jika kalian menghalangi perjalananku, maka akan aku buat kalian semua hilang dari hutan ini," ucap Jenny kepada semua harimau yang menghalanginya.
Mendengar perkataan Jenny, saat itu John hanya bisa diam dalam ketakutan. Anehnya setelah Jeny mengucapkan kata-kata itu, semua harimau ia nampak tenang dan seperti memberikan jalan untuk Jenny dan John.
"Sudah, John. Kamu tidak usah takut, mereka tidak akan menyerang kita, ayo jalan," ucap Jenny mengajak.
John memanggutkan kepalanya, raut wajahnya masih kebingungan ia merasa itu adalah hal yang aneh. Sambil berjalan John memperhatikan harimau yang terduduk seperti memberikan jalan untuknya. Kejadian itu membuat John mulai yakin kalau Jeny adalah seorang ratu yang luar biasa.
Setelah melewati kumpulan harimau itu, mereka berdua terus berjalan membelah hutan yang nampak gelap dan rimbun. Dalam perjalanan menuju gunung kembar. John masih terlihat kebingungan karena binatang buas yang sempat menghalangi perjalananya seolah tunduk terhadap Jenny.
"Hei, Jenny. Apa yang kamu lakukan sungguh luar biasa. Aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini, semua hewan buas seperti tunduk terhadapmu," ucap John sambil terus melangkahkan kakinya mengikuti Jenny yang berjalan di depan.
"Itu semua karena kekuatan yang ada dalam diriku, John. Sebaiknya kita mempercepat langkah kita, Jhon. Karena yang aku takutkan bukan hewan buas yang ada di alam ini," jawab Jenny mempercepat langkahnya.
"Tunggu dulu, Jenny. Kenapa kamu tidak takut dengan hewan buas yang ada di hutan ini? Lantas apa yang membuat kamu takut?" tanya John sambil berlari mengikuti serigala putih itu.
"Nanti aku ceritakan, John. Ayo lari," sahut Jenny dari depan.
Dengan begitu John tidak bicara lagi, ia langsung berlari mengikuti serigala putih itu. Hari semakin siang serta stamina tubuh yang sudah terasa lelah, hingga akhirnya John yang sudah tidak sanggup berlari, ia langsung meminta Jenny untuk beristirahat dahulu.
"Tunggu, Jenny. Sebaiknya kita istirahat saja dulu. Aku capek banget," ucap John. Nafasnya terdengar berat serta keringat yang bercucuran di wajahnya.
Melihat John seperti itu, akhirnya Jenny pun mengikuti permintaan John.
"Baiklah. Kita istirahat dulu," ucap Jenny sambil mendekati John.
Karena sangat-sangat kelelahan John langsung terduduk, bersender lemas di sebuah pohon besar yang ada di hutan itu. John meminum air yang dibawanya. Terlihat kalau John benar-benar sangat kelelahan sehingga Jenny pun merasa kasihan melihat John yang seperti itu.
"Maaf, Jenny. Kita tidak bisa cepat sampai tempat itu," ucap John dengan nafas yang terdengar berat.
"Tidak apa-apa, John. Kita bisa lanjutkan nanti. Yang penting jangan sampai malam hari kita masih di kawasan hutan ini," jawab Jenny pelan.
"Memangnya kenapa, Jenny?" tanya Jhon mengerutkan keningnya.
"Jika sampai malam hari kita masih di sini. Yang pasti tentara dari kerajaan Maraja akan mencari aku, mereka pasti akan terus mencari keberadaan aku," jawab Jenny menjelaskan.
"Maksud kamu, gerombolan serigala itu?" tanya John kembali.
"Iya, John. Jika malam hari tiba, mereka bisa menembus dimensi alam ini, dan mereka akan kembali mencari aku, sampai menemukan dan bisa membawa aku kembali ke dalam kerajaan," jawab Jenny. Suaranya terdengar pelan.
John terdiam mendengar ucapan Jenny.
"Jenny, sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu? Apa yang akan mereka lakukan jika sampai kamu kembali ke sana?" John terlihat semakin penasaran.
"Ayahku adalah raja di kerajaan Maraja, dia ingin membunuhku karena aku menolak pria pilihannya. Seperti yang aku ceritakan kepadamu, Jhon," jawab Jenny.
"Iya, Jenny. Aku ingat, aku sekarang lebih paham. Terus kenapa kamu ingin mandi di air terjun keabadian?" John kembali menanyakan.
"Itu supaya aku bisa merubah wujudku, dan bisa melepaskan kutukan ini. Dengan begitu maka aku bisa menunjukan wujud asliku kepadamu. Kamu adalah lelaki yang baik. Asal kamu tahu, ayahku mengangkat aku menjadi ratu di Kerajaan Maraja. Tetapi, karena aku belum mempunyai suami, sehingga ayahku memaksa dan menjodohkan aku dengan raja dari Utara. Jujur saja aku tida suka dengan pilihannya. Dengan penolakan itu, akhirnya ayahku murka, dan mengutuk aku, dan menyuruh prajuritnya untuk membunuhku," ucap Jenny menceritakan yang sebenarnya.
Pada saat itu John terdiam sambil memanggut-manggutkan kepalanya, John paham dengan apa yang di ceritakan oleh Jenny. Akan tetapi, John masih bingung karena ia juga merasa prihatin dengan Jenny. Namun John juga tidak bisa berbuat banyak meski dirinya ingin membantu Jenny.
"Jujur aku merasa kasihan kepadamu, Jenny. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya manusia biasa," ucap John sambil mengusap-usap serigala putih itu.
"John. Kamu sudah membantu aku. Kamu juga sudah baik sama aku. Apa yang kamu lakukan itu adalah bentuk pertolongan kamu buat aku, John. Aku akan menepati janjiku, jika sampai aku bisa mandi dan melepaskan kutukan ini, aku ingin menikah denganmu, John. Aku akan memberikan kekayaan untukmu. Karena jika ayahku melihat aku membawa calon suami, dia pasti akan senang dan tidak mungkin memarahiku lagi," ucap Jenny menjelaskan maksudnya.
John terlihat kebingungan, ia masih tidak mengerti dengan ucapan Jenny yang menurutnya terdengar aneh. Di satu sisi Jhon juga tergiur dengan kekayaan yang di tawarkan oleh Jenny. Namun, ia merasa tidak mungkin jika sampai menikahi Jenny yang dari dimensi lain.
"Jenny. Apa kamu lupa dengan perkataanmu? Kamu bilang jika aku membantumu, kamu akan membantuku untuk bertemu dengan perempuan yang ada dalam mimpiku. Jujur saja, Jenny. Hati aku benar-benar menginginkannya. Dan maaf saja, aku tidak akan menikah denganmu, karena yang aku inginkan hanya perempuan itu, Jenny," ucap John sambil membayangkan perempuan yang ada di dalam mimpinya.
"Aku tidak lupa, John. Aku juga pasti akan tepati janji itu. Kamu tidak usah khawatir, kamu pasti bertemu dengannya," balas Jenny mencoba meyakinkan John.
Sontak mata Jhon terbelalak, seketika ia terlihat senang mendengar ucapan Jenny.
"Bagus, Jenny. Kalau begitu aku akan terus menemani kamu supaya bisa sampai dan kamu bisa mandi di air terjun keabadian itu. Setelah itu kamu pertemukan aku dengan perempuan yang ada dalam mimpiku," ucap John. Wajahnya terlihat sangat senang.
Setelah merasa cukup beristirahat, akhirnya John kembali mengajak Jenny untuk melanjutkan perjalanannya. Tidak menunggu lama keduanya langsung meninggalkan lokasi semula dan berjalan kearah utara menuju gunung kembar letak air terjun keabadian berada.
John terus berlari mengikuti serigala putih itu yang nampak cepat menggerakkan kakinya melewati semak belukar yang menghalangi. Namun luasnya hutan itu membuat John dan Jenny merasakan lama untuk sampai di gunung kembar. Belum lagi stamina John yang cepat terkuras karena terus-menerus berlari mengikuti Jenny.
BRUGH!
Seketika John terjatuh, ia terkulai lemas di atas dedaunan kering. Mendengar itu Jenny langsung menolehkan kepalanya melihat kearah John yang sudah terkulai lemas. Sontak saja Jenny langsung mendekati John yang ternyata sudah tidak sadarkan diri.
"John ... John. Kamu kenapa?" Jenny terlihat mengelilingi tubuh John yang tergeletak tidak sadarkan diri.
*****