Part 5. DIKEJAR PASUKAN SERIGALA
Jenny terlihat kebingungan sambil terus mengelilingi tubuh John yang tergeletak tidak sadarkan diri.
"Bagaimana ini? Mana mungkin aku bisa menyadarkan dia, sementara kekuatanku tidak bisa berfungsi kalau masih ada sinar matahari," ucap Jenny mulai panik.
Jenny berusaha untuk membuat John terbangun dengan cara menggoyangkan tubuh John menggunakan kepalanya. Namaun hal itu nampaknya tidak membuahkan hasil, John masih tida sadarkan diri. Kejadian itu membuat Jenny cemas dan takut jika sampai John tidak juga bangun sampai malam hari. Hal itu tentunya membuat Jenny semakin ketakutan, takut jika keberadaanya di ketahui oleh tentara dari suruhan ayahnya.
"John bangun. Apa kamu dengar aku? John cepat bangun, kita harus segera meninggalkan tempat ini, kita harus cepat sampai di gunung itu," ucap Jenny sambil berusaha membangunkan John.
Kejadian itu berlangsung cukup lama sebelum akhirnya ada sesuatu yang membuat Jenny kaget. Terlihat dari arah sebelah sana ada dua orang pria yang sepertinya mereka itu adalah pemburu. Kedua pria itu membawa senjata. Jenny yang mengetahui hal itu, sontak saja Jenny langsung berlari dan bersembunyi di antara semak-semak supaya tidak diketahui oleh kedua orang pria yang sedang berburu, dan berjalan kearah John yang tergeletak.
Tidak lama kemudian kedua pria itu Samapi di dekat John yang tergeletak tidak sadarkan diri. Raut wajah mereka kebingungan melihat adanya seorang pria yang tergeletak di hutan itu. Keduanya nampak mengobrol dan mencoba membangun, menyadarkan John yang jatuh pingsan. Sementara Jenny mengawasinya dari kejauhan sambil bersembunyi dibalik semak-semak.
Kedua pria itu berusaha untuk membuat John sadar. Tidak lama kemudian Jhon pun tersadar setelah jatuh pingsan. John kaget melihat kedua orang itu, ia menatapnya heran.
"Hey. Siapa kamu? Mau ngapain kamu di tempat ini?" tanya John kebingungan.
"Tenang dulu. Kami berdua sedang berburu, tapi tidak sengaja melihat kamu tergeletak di sini. Sehingga kami membantumu supaya sadar," balas salah seorang dari mereka.
"Terus kenapa kamu bisa ada di sini?" sambungnya bertanya.
Jhon n hanya terdiam sambi terus memperhatikan kedua orang itu. Seketika John terbelalak ketika mengingat Jenny. Sontak saja ia langsung mengarahkan pandangannya kesetiap sudut.
"Hey. Apa kamu lihat serigala putih? Apa kamu menangkap serigala itu?" tanya John dengan raut wajah panik.
"Serigala putih?" Kedua orang itu kebingungan.
"Iya. Apa kalian berdua yang menangkapnya. Kemana serigala itu? Kemana?" John terlihat mulai marah karena menyangka kalau kedua orang itu telah memburu Jenny.
"Hey. Tenang dulu. Kami tidak melihat serigala yang kamu maksud. Kami berdua juga belum mendapatkan hasil buruan," ucap orang itu mencoba menenangkan John yang terlihat mulai marah.
Mendengar ucapan pria itu John pun terdiam, matanya menatap fokus kearah mereka berdua. Jhon terlihat memikir-mikir sambil memanggutkan kepalanya, John mulai menebak kalau Jenny pasti bersembunyi.
"Ya sudah kalau begitu. Kalian lanjutkan saja jika ingin berburu di hutan ini. Tapi aku tunjukan, jika kalian berdua ingin mendapatkan hasil buruan, kalian harus cari di sebelah sana," ucap John sambil menunjukan jarinya. John berusaha mengelabui kedua pria itu karena meras yakin kalau Jenny masih ada di sekitar lokasi itu.
Kedua orang itu terlihat senang mendengar perkataan John yang seolah menunjukkan tempat berburu yang lebih meyakinkan. Hingga akhirnya kedua orang itu bergegas untuk meninggalkan John.
"Wow. Jadi kamu tahu kau di sana banyak hewan buruan? Aku sangat senang mendengarnya," ucap orang itu dengan wajah yang terlihat sangat senang.
"Iya aku tahu lokasi hutan ini. Jandi aku sarankan jika kalian ingin mendapatkan hasil buruan, carilah di sebelah sana," jawab John tersenyum.
"Baik, terimakasih. Terus apa yang akan kamu lakukan? Apa tidak sebaiknya kamu ikut bersama kita berburu?" Orang itu seakan mengajak.
"Tidak. Aku nanti mau kembali ke rumah saja, solanya aku sudah satu minggu berada di hutan ini," jawab John mencoba meyakinkan mereka.
"Oke baiklah. Ya sudah kita berdua akan berburu di sebelah sana. Jika kamu mau kembali hati-hati saja," balas orang itu yang langsung berdiri dari duduknya.
Tidak lama setelah itu kedua orang itu pun meninggalkan John di posisi semula. John hanya terdiam Sabil terus memperhatikan kedua orang itu yang sedang berjalan ke arah yang di tunjuknya. Beberapa saat setelah kedua orang itu jauh. John langsung bangkit dan mencoba untuk mencari Jenny.
"Jenny ... Jenny apa kamu mendengar panggilanku?" Jhon berteriak-teriak sambil terus melihat kesetiap sudut.
Dari arah semak-semak terlihat serigala putih itu keluar dan berlari mendekati John. Melihat itu John langsung tersenyum senang karena bisa melihat Jenny selamat dari pemburu itu.
"Hey, Jenny. Aku kehilanganmu," ucap John langsung mengusap-usap kepala serigala itu.
"Sukurlah, John. Aku sengaja bersembunyi karena aku melihat ada orang itu," bala Jenny nampak mengibaskan ekornya.
"Iya, Jenny. Sudah aku suruh orang itu ke arah sebelah sana," ucap John menunjuk.
"Apa yang terjadi denganku, Jenny?" sambungnya.
"Kamu tadi jatuh pingsan, John. Aku sampai khawatir melihat kamu tidak sadarkan diri. Tapi untungnya kamu sekarang sudah sadar, jadi kita bisa segera melanjutkan perjalanan kita, John," jawab Jenny menjelaskan.
"Baik, Jenny. Aku rasa aku kelelahan tadi. Jadi aku lupa semuanya. Ya sudah kita lanjut jalan lagi, Ayok," balas John mengajak.
Tidak menunggu lama John dan Jenny langsung melanjutkan pekerjaannya. Keduanya menyusuri hutan itu berjalan ke arah Utara menuju tempat adanya air terjun keabadian. Hari semakin sore, matahari sudah bergerak ke arah barat. Namun John dan Jenny masih berada di dalam hutan yang cukup luas. Hal itu membuat Jenny khawatir dan takut jika sampai malam hari masih di tempat itu.
"John cepat, kita harus secepatnya keluar dari hutan ini sebelum malam tiba," ucap Jenny sambil berlari.
"Ayok, Jenny. Lari cepat," sahut John sambil mengikuti serigala putih itu yang berlari di depannya.
Mereka berdua mencoba mempercepat langkahnya, saat itu John sudah paham dengan keadaan Jenny yang takut jika sampai malam hari masih berada di hutan itu. Sehingga John berusaha sekuat tenaga untuk terus berlari mengikuti Jenny, walaupun sebenarnya John sudah terlihat sangat kelelahan. Akan tetapi, John berusaha untuk bisa mengantarkan Jenny ke tempat air terjun keabadian.
Setelah cukup lama mereka berlari, akhirnya bisa keluar dari hutan itu dan sampai di kaki gunung kembar. Keadaan sudah semakin gelap, matahari sudah terbenam sehingga Jenny meminta John untuk terus melanjutkan perjalanan menaiki gunung kembar.
"Tunggu dulu, Jenny. Sumpah aku capek banget, kaki aku teras sangat lelah untuk melangkah," ucap John dengan nafas yang terdengar berat. John terlihat sangat berkeringat.
"Tapi, John. Ini sudah masuk malam hari. Kita haru secepatnya naik, dan mencari tempat persembunyian. Karena aku yakin mereka akan mengejar aku, mereka akan terus mencari aku, John," balas Jenny seolah memohon.
"Jenny. Bagaimana mungkin kamu tahu kalau mereka akan mengejar kamu. Kita susah keluar dari hutan itu, Jenny." John merasa heran mendengar ucapan Jenny.
"Kekuatan pikiranku tidak akan pernah salah, John. Ayok ikuti aku, John. Cepat," timpal Jenny sambil melangkahkan kakinya.
John yang masih kelelahan mencoba bangkit dari duduknya. John yang juga merasa khawatir dengan keselamatan Jenny, akhirnya ia mengikuti Jenny meski kondisinya sudah sangat-sangat kelelahan.
Pada saat mere berdua melakukan perjalan menanjak di gunung itu. Seketika terdengar suara serigala melolong. Sontak Jenny seketika menghentikan langkahnya. John pun kaget mendengar suara serigala dari arah hutan itu.
"Ayo cepat, John. Mereka sudah berada di hutan itu, ayok cepat," ucap Jenny yang langsung berlari.
Tidak menyauti lagi, John langsung mengikuti Jenny yang berlari menanjak gunung itu. Keadaan semakin panik, karena Semain lama suara lolongan serigala itu semakin terdengar ramai dari arah hutan. John merasa ketakutan, terlebih lagi Jenny yang sudah mengetahui kalau suatu itu berasal dari tentara Kerajaan yang diperintahkan oleh ayahnya untuk mencarinya.
"Cepat, John. Cepat." Jenny terus memepercepat larinya.
Degup jantung John sudah tidak karuan lagi. John benar-benar dalam keadaan panik dan ketakutan. Ditambah lagi dengan staminanya yang sudah melemah karena terus berlari.
"Jenny. Aku sudah tidak kuat, kaki aku sakit," ucap Jhon meringis sambil memegangi kakinya.
Jenny menghentikan langkahnya, menoleh kerah John yang berhenti.
"Kita tidak bisa berhenti di sini, John. Ini terlalu bahaya. Mereka sudah dekat, ayok lanjut, John," ucap Jenny mengajak.
Sementara John tidak bisa berbuat banyak, ia benar-benar sudah sangat-sangat kelelahan dan meraskan sakit di kakinya. Nafasnya naik-turun, degup jantungnya berdetak kencang.
"Ayok, John. Tolong aku," ucap Jenny pelan.
*****