Part 3. MENCARI MATA AIR KEABADAIAN
Dengan nafas yang masih terdengar berat, John mencoba untuk terus menenangkan dirinya meskipun ia merasa suara itu sama persis dengan apa yang ada di dalam mimpinya. Namun ia menyadari betul kalau yang bicara dengannya itu adalah sosok serigala putih.
"Hey, John. Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu seperti itu?" tanya Jenny sambil terus mengibaskan ekornya.
"Tidak, Jenny. Tidak ada apa-apa," jawab John dengan nada yang terdengar gugup.
"Aku tahu. Pasti kamu bermimpi kan? Apa kamu mimpi buruk?" Jenny berusaha mencari tahu.
John hanya terdiam seoalah tidak ingin menceritakan tentang mimpinya. Namun saat itu Jenny terus memintanya untuk bercerita. Sehingga akhirnya John mau menceritakan tentang mimpinya di malam itu. Jenny mendengarkan baik-baik apa yang diceritakan oleh Jhon yang terlihat seperti orang sedang penasaran dengan sosok perempuan yang ada di alam mimpinya.
"Dia itu namanya sama sepertimu, dia juga memiliki nama Jeny," ucap John meyakinkan.
"Apa kamu lihat wajahnya? Bagaimana dia berpakaian?" tanya Jenny penasaran.
"Dia memiliki paras yang sangat cantik. Mengenakan pakaian layaknya seorang putri. Perempuan itu sungguh luar biasa, Jenny. Seumur hidup aku baru tahu ada perempuan secantik itu berparas seperti bidadari yang turun dari langit," jawab John menjelaskan.
"Sudah lah, John. Itu hanya mimpi. Sebaiknya kamu tidur lagi saja, aku akan menjagamu," ucap Jenny menyarankan.
"Tidak, Jenny. Aku sungguh-sungguh penasaran dengan sosok perempuan itu. Entah kenapa aku merasa jatuh cinta saat itu juga. Dia perempuan yang terlihat indah, aku ingin perempuan seperti itu, aku ingin menikahi perempuan itu," balas John yang sudah merasakan ada getaran cinta dalam hatinya.
"John. Jika memang kamu benar-benar ingin melihat perempuan itu lagi, kamu lebih baik tidur lagi. Siapa tahu kamu nanti bertemu lagi di alam mimpi," ucap Jenny kembali menyarankan.
"Benar juga. Baiklah, aku akan tidur lagi, semoga saja aku bermimpi denganya kembali," timpal John yang langsung membaringkan tubuhnya tepat di posisi semula.
Beberapa saat kemudian John kembali terlelap. Namun Jhon benar-benar terlelap dan tidak bermimpi seperti sebelumnya. Dalam diam itu Jenny sambil memperhatikan John, ia juga meyakini kalau perempuan yang dilihat oleh John di alam mimpi, tidak lain adalah dirinya.
***
Pagi itu John terbangun, dengan raut wajah yang masih terlihat mengantuk ia memperhatikan setiap sudut goa. Seketika Jhon terbelalak karena tidak melihat adanya serigala putih di goa itu. Sontak saja hal itu membuat John panik, ia langsung bergegas mencari serigala putih itu. Anehnya pintu goa itu masih tertutup oleh bebatuan yang ia susun. Jhon terdiam kebingungan.
"Jenny ... Jenny." Jhon berteriak-teriak memanggil.
John terlihat mencari-cari serigala putih itu. Namun John seketika tersenyum ketika melihat serigala putih itu tertidur di atas bebatuan yang ada di dalam goa itu.
"Hey, Jenny. Rupanya kamu tidur di situ, aku pikir kamu keluar," ucap John tersenyum menatapnya.
Selang beberapa saat serigala putih itu terbangun. Terlihat John yang sedang menikmati minuman panas. Serigala putih itu melompat lalu berjalan mendekati John.
"Jenny ... Kamu sudah bangun. Kamu mau minum ini?" John langsung memeluk serigala itu.
"Terimakasih, John," jawab Jenny kemudian duduk.
"Aku kecewa, Jenny. Semalam aku tidak bertemu lagi dengan perempuan itu," ucap John sambil mengunyah makanan.
"Sudahlah, John. Itu hanya mimpi. Kamu bisa kok mendapatkan yang lebih cantik dari perempuan itu, dan bahkan kamu bisa mendapatkan kekayaan juga," balas Jenny dengan suara lembut.
Jhon mengarahkan kedua bola matanya, menatap penuh kearah Jenny.
"Apa? Aku bisa mendapatkan yang lebih dari perempuan itu? Aku bisa mendapatkan kekayaan? Bagaimana caranya, Jenny?" Jhon terlihat kebingungan.
"Yah kamu bisa mendapatkan itu semua asalkan kamu bisa membantu aku," jawab Jenny.
"Jenny. Aku pasti membantumu. Tapi kalau untuk perempuan secantik dia, rasa-rasanya tidak akan mungkin. Tidak akan ada perempuan yang secantik dia, bagaimana aku bisa bertemu denganya di alam nyata? Itu mustahil," ucap John merasa tidak yakin.
"Kamu harus yakin dengan hatimu, John. Jika kamu benar-benar ingin bertemu dengan perempuan yang ada di alam mimpi itu. Kamu harus yakin. Syaratnya cuma satu. Kamu cukup membantu aku. Dengan begitu, maka kamu akan bertemu dengan perempuan itu," balas Jenny pelan.
"Jenny. Kamu jangan menghiburku seperti itu. Tidak ada perempuan seperti itu, Jenny. Dan jangan bilang kalau perempuan itu adalah kamu," timpal John menunjukkan jari telunjuknya.
"Kalau perempuan itu benar aku. Kamu mau apa?" tanya Jenny, suaranya terdengar sangat lembut.
John terdiam sejenak sambil menatap serigala putih itu.
"Tida mungkin. Dia itu perempuan sedangkan kamu kan serigala. Kamu ini aneh," ucap John kembali mengunyah makanan di mulutnya.
"Sebentar. Tapi jujur, suaramu itu sama persis dengan apa yang aku dengar ketika aku melihat perempuan itu, Jenny. Aku sempat berfikir bahwa itu memang kamu. Tapi rasanya itu tidak mungkin," sambungnya.
"Mungkin saja. Sekarang aku mau tanya, jika memang itu benar aku. Kamu mau apa?" tanya Jenny.
"Kalau itu benar kamu. Aku akan menikahi kamu," jawab John lalu tertawa.
Setelah ngobrol-ngobrol itu, kemudian John mengajak Jenny untuk keluar goa itu. Tanpa berlama-lama lagi keduanya berjalan kearah pintu goa. Dengan hati-hati John menurunkan batu-batu yang menutupi pintu goa itu. Setelah selesai John dan Jenny langsung melangkah keluar.
Terlihat hamparan tumbuhan yang hijau serta pohon-pohon besar ada di hadapan mereka. Pagi itu udara terasa sejuk. John melebarkan kedua tangannya sambil menghirup udara segar.
"Sumpah, ini enak banget. Jenny, aku akan menepati janjiku untuk membatu kamu sampai di mata air terjun keabadian," ucap John sambil mengusap kepala serigala itu.
"Baik, Jhon. Terimakasih," jawab Jenny singkat.
Tidak berlama-lama lagi, John langsung mengemas semua perlengkapannya. Setelah siap dengan semua itu. John langsung mengajak Jenny untuk berjalan kearah utara menuju gunung kembar yang dimana tempat air terjun keabadian berada. Mereka berdua menyusuri hutan itu, melewati sungai, lembah yang terjal.
Disitu Jenny terus memperhatikan John, ia merasa benar-benar yakin terhadap sifat baik John yang tulus membantunya. Sehingga Jenny benar-benar merasa nyaman dengan adanya John yang menunjukkan kalau dia adalah pria sejati.
"Jenny. Jika kita ingin kesana, kita harus menyebrangi sungai ini. Apa kamu bisa berenang?" tanya John.
"Bisa, John. Sebaiknya kamu hati-hati, aku tau sungai ini sangat dalam, dan arusnya juga kuat," jawab Jenny.
"Oke baik, aku akan perlihatkan cara berenang yang benar," timpal John yang langsung menceburkan kedalam sungai itu.
BURRR...
John berenang dengan cepat, namun seketika ia terlihat kesusahan dan terbawa arus sungai yang deras. Melihat hal itu, Jenny yang masih berada di pinggir sungai langsung melompat dan berusaha menolong John yang hampir hanyut terbawa aliran arus sungai yang deras.
Dengan cepat Jenny menarik tubuh John dan membawanya kepinggir. Jhon tersengal-sengal, ia tidak menyangka akan terjadi sesuatu bisa mengancam keselamatannya. Namun disitu John beruntung bisa diselamatkan oleh Jenny.
"Terimakasih, Jenny. Untungnya ada kamu, jadi aku bisa selamat," ucap Jhon sambil naik ke daratan.
"Iya, John. Lain kali, hati-hati, jangan ceroboh," jawab Jenny mengingatkan.
"Baik, Jenny. Ayo kita jalan lagi," balas John sambil melangkahkan kakinya.
Keduanya melanjutkan perjalanan, kembali memasuki hutan yang terlihat gelap karena pohon-pohon yang rimbun. Pada saat seperti itu, tiba-tiba saja keduanya dihadang oleh seekor harimau yang berukuran besar. Sontak saja John kaget, matanya terbelalak, ia langsung mencabut pedangnya.
Harimau itu menatap tajam kearah John dan Jenny yang berwujud serigala. Suaranya terdengar menggelegar, tak sampai disitu beberapa ekor harimau berdatangan. Hal itu semakin membuat John ketakutan.
"Hah! Bagaimana ini?" John terlihat gemetaran, ia mulai ketakutan melihat banyaknya harimau yan ada di depannya.
*****