Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Aku dan Samuel tidak bisa dianggap sebagai teman sejak kecil, tetapi kami saling ada untuk satu sama lain.

Kami kuliah di kampus yang sama dan Samuel mengungkapkan perasaannya kepadaku saat aku selesai bermain piano di pesta orientasi.

Awalnya aku tidak percaya dengan drama cinta pada pandangan pertama ini.

Itu karena dia begitu gigih dan tidak pernah menyerah dalam menjagaku dengan segala cara.

Ditambah lagi, dia juga orang yang sangat baik. Aku pernah berpikir bahwa aku sudah menemukan orang yang sangat layak untukku andalkan dalam menjalani sisa hidupku ke depan.

Jadi, saat hari kelulusan, aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya.

Setelah lulus, dia selalu mendahulukan dan mengedepankanku dalam segala hal. Kami pergi ke kota yang aku sukai, hidup di sana dan berjuang bersama.

Hingga setengah tahun yang lalu, aku bertemu dengan Cantika. Dia memakai gaun putih di lobi hotel untuk bermain piano. Seketika itu juga, aku mengerti bahwa cinta pada pandangan pertama Samuel padaku tidak lebih dari sekadar cintanya untuk Cantika.

Hanya saja, aku membenci diriku sendiri karena terlambat menyadari akan hal ini dan masih tenggelam dalam cinta palsu dengan Samuel.

Aku percaya pada apa yang mereka sebut sebagai hubungan pertemanan murni antara perempuan dan laki-laki.

Baru setelah Cantika memprovokasiku berkali-kali, aku menyadari bahwa selama bertahun-tahun, aku, Lucia Kinanti, hanyalah pengganti orang lain.

Sebelumnya, aku terus bertahan di sini demi anak yang ada di dalam rahimku.

Sekarang, anakku telah tiada, jadi tidak ada gunanya lagi aku bertahan.

Aku segera mengemasi barang-barangku dan meninggalkan rumah yang telah aku hias dengan sepenuh hati ini.

Mungkin sebentar lagi rumah ini akan menjadi rumah Samuel dan Cantika.

Aku hanya ingin pergi dari sini secepat mungkin. Berada di sini hanya membuatku teringat akan anakku, serta wajah Samuel dan Cantika.

Setelah mengambil cuti tahunan dari perusahaan, aku pindah ke pinggiran kota untuk memulihkan diri.

Baru tiga hari kemudian aku menerima telepon dari Samuel. "Di mana kamu?"

"Aku masih hidup," jawabku kepadanya.

"Apa maksudmu? Kamu membawa semua barangmu dari rumah," katanya terdengar sangat kesal.

Aku menjawab dengan malas, "Aku begini karena ingin memberi ruang untukmu dan Cantika."

"Kenapa kamu jadi seperti ini sekarang? Cepat pulang!" Samuel berteriak di ujung telepon, sementara aku menutup telepon dengan wajah kosong.

Manusia memang terkadang menganggap diri mereka luar biasa.

Ketika bersama Samuel, bisa dikatakan aku selalu siap sedia dalam menjawab panggilan teleponnya. Karena dalam hatiku, pasangan yang saling mendukung harus ada di sisi masing-masing dibutuhkan.

Sekarang, aku harus sadar akan posisiku dan memberinya kejutan mematikan dan tak terlupakan.

Setelah memulihkan kondisiku, aku pergi ke kuil terdekat, menyalakan dupa untuk memberikan penerangan bagi anakku yang malang.

Saat aku melangkah ke aula utama, aku mendengar suara Cantika yang terdengar familier dan menggelikan itu.

"Kak Samuel, aku dengar kalau berdoa di kuil ini doa kita akan dikabulkan. Ayo kita buat jimat keselamatan bersama-sama. Dua hari lagi kamu ulang tahun, aku ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahunmu. Kak Samuel, apa kamu akan menganggapnya tidak berharga dan tidak akan menyukainya?"

"Bagaimana mungkin? Selama itu darimu, aku akan menghargainya dengan baik. Apalagi persahabatan kita lebih berharga dari apa pun."

"Hehe, aku tahu kalau Kak Samuel memang yang terbaik. Tapi, jimat keselamatan itu bukan cuma buat disimpan saja. Kamu harus membawanya ke mana pun kamu pergi. Anggap saja dengan membawanya, aku juga selalu ada di sisimu."

"Ya, ya. Aku nurut apa katamu saja."

Di aula yang sudah sepi, suara mereka berdua yang begitu mesra terdengar sangat jelas. Namun, orang-orang yang mendengar itu hanya menganggap kalau mereka adalah pasangan yang saling mencintai, jadi mereka tidak mengatakan apa-apa.

Meskipun begitu, aku tidak akan menahan diri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel