6. Mesin Waktu
***
Adam tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ucapan Dara tadi siang membuatnya gelisah. Dara seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Apa Dara tahu semuanya saat kejadian di Bali? Atau Sarah diam-diam memberitahukan Dara tentang ketidaksengajaan itu?
Kejadian saat di Bali, murni hanya sebuah kecelakaan dan dia pun tidak menganggap insiden itu adalah sebagai perselingkuhan.
Kedua matanya menerawang, dia ingat kejadian minggu kemarin saat dia dan Sarah sedang menyelusuri Pantai Kuta.
Flashback...
“Sudah sangat lama, ya... “
“Lama apanya?” tanya Adam. Dia dan Sarah menyelusuri bibir pantai bersama. Pria itu menemani Sarah karena wanita itu tak sengaja bertemu dengan Leon, mantan suaminya.
“Kita tidak bicara sedekat ini dan juga hanya berdua,” balas Sarah.
Adam masih tidak mengerti. “Memangnya maunya kamu kita bicara seperti bagaimana?”
“Ya, begini. Hanya kita saja, aku jadi ingat saat masa-masa SMA dulu, hanya ada kamu dan aku saja,” tukas Sarah tersenyum tipis.
Adam tidak bicara lagi, dia memang ingat dengan kenangan itu. 3 tahun dilalui Adam di bangku SMA hanya dengan mendekati Sarah. Namun, wanita itu sudah 2 kali menolak pernyataan cintanya, alasannya Sarah hanya ingin keduanya menjadi sahabat saja.
“Kalau dulu aku nggak nolak kamu, mungkin takdir yang aku jalani tidak begini,” ucap Sarah dengan lirih. Wanita itu tersenyum tipis, “Ternyata penyesalan memang selalu hadir belakangan.”
Adam tidak bicara lagi. Dia tidak tahu kenapa Sarah mengungkit masa lalu itu. Apa mungkin hatinya Sarah masih saja merasakan sakit karena perceraiannya dengan Leon? Terlebih lagi tadi Sarah sangat ketakutan saat melihat Leon, wanita itu bahkan berteriak histeris.
“Andai waktu bisa diulang, aku ingin ada mesin waktu, aku ingin mengubah takdirku,” kata Sarah.
“Waktu tidak akan pernah mundur, Sar. Semua lukamu itu, Tuhan akan membayarnya nanti dengan kebahagiaan yang tidak akan pernah kamu sangka. Tuhan itu Maha Baik dan juga tidak akan salah memilihkan takdir untuk manusia. Dan nanti kamu akan menemukan pria yang tepat, pria yang akan mencintaimu dan juga membahagiakan kamu.” Adam pun akhirnya bersuara.
“Kalau pun boleh menawar, apa aku bisa menemukan kebahagiaan nanti, atau mengembalikan waktu. Aku hanya ingin ada mesin waktu itu, aku ingin kembali ke masa lalu, dimana aku telah salah jalan dan salah melabuhkan hati.”
“Kenapa kamu ingin kembali ke masa lalu?”
‘Itu karena kamu, Adam. Aku ingin mengembalikan waktu saat kamu dulu sangat memujaku, aku ingin mengembalikan perasaanmu yang dulu padaku. Jika waktu itu bisa diulang, mungkin aku dengan senang hati akan menerima perasaanmu dan mungkin wanita yang ada di sisimu itu adalah aku, bukan Dara,’ batin Sarah dalam hati.
Sarah tersenyum. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin kembali ke masa lalu agar tidak menerima Leon,” balasnya.
“Maafkan aku, Sarah. Aku mungkin salah satu penyebab kamu terluka, aku lah yang mengenalkan Leon padamu,” ucap Adam.
“Hmm, aku tak pernah menyalahkanmu, Adam. Kamu pria baik yang tidak pernah membuat siapapun terluka,” balas Sarah. Lalu, wanita itu berhenti, menatap gelombang air laut, diikuti Adam.
“Bagaimana pernikahanmu? Kamu bahagia?” tanya Sarah.
“Tentu saja aku bahagia, adanya Kai dan Suri menyempurnakan kebahagiaanku,” balas Adam.
“Adikku beruntung karena memiliki suami sepertimu, Adam. Tapi, dia malah menyia-nyiakan suami sehebat kamu. Dara malah sibuk dengan dunianya dan mengabaikan kalian. Sungguh dia melepaskan bahagianya,” ucap Sarah.
Adam terdiam, dia memang merasa kosong karena 2 tahun ini, Dara selalu sibuk dengan bisnisnya. Istrinya itu jarang ada di rumah. Adam merasa sedikit lelah karena saat merindukan istrinya itu, wanita itu maha tidak ada di sisinya. Adam memijit kedua alisnya, rasanya sesak memikirkan Dara akhir-akhir ini.
“Ada apa? Kamu ada masalah dengan Dara?”
Adam menggeleng pelan. “Kita harus kembali ke hotel, aku agak lelah.”
Baru saja Adam melangkah, dia terkejut karena Sarah memeluknya dari belakang. Adam mematung, dia merasa ada perasaan aneh di hatinya.
“Aku tahu kalau kamu itu kesepian karena Dara terlalu sibuk dengan urusannya,” ucap Sarah pelan. “Jika kamu merasa kesepian, ada aku. Kamu mengenalku lebih baik dan begitu pun denganku, aku jauh lebih mengenalmu daripada Dara. Bahkan kita itu sama, selalu merasa kesepian dan ingin selalu diperhatikan.”
Suasana hening, yang terdengar hanya suara ombak. “Adam, kamu dan anak-anak bisa mengandalkanku,” bisik Sarah.
Adam terhentak, dia memutarkan tubuhnya dan melihat Sarah. Kedua mata mereka bertemu. Lalu, entah ada iblis mana yang membisikkan, bibir keduanya pun sudah menyatu. Keduanya hanyut dalam ciuman yang panas.
‘Mas Adam... ‘
Adam langsung tersadar saat telinganya dengan jelas mendengar suara Dara, istrinya. Dia langsung melepaskan pagutannya dan mendorong tubuh Sarah agak keras sampai membuat Sarah terkejut.
“Adam, ada apa?”
Adam langsung mengusap wajahnya kasar. Dia merasa jadi pria yang bejat!
“Maafkan aku, Sarah,” ucap pria itu. Kemudian, dia pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Sarah.
Adam menyesal, dan senyum Dara seolah terlihat jelas di kedua matanya.
***
“Bunda, ini tidak enak! Aku tidak suka dengan strawberry!” cicit Suri. Dia menatap ice cream strawberry yang di depannya.
Dara mengernyitkan keningnya. “Suri tidak suka?”
Suri menggelengkan kepalanya. “Suri memang dari dulu tidak suka! Bunda lupa apa yang Suri suka?”
Dara menggelengkan kepalanya. “Maafkan Bunda, Sayang. Jangan di makan kalau begitu, Suri mau ice cream rasa apa?”
“Matcha,” balas Suri. “Kalau Aunty Sarah, dia pasti tahu apa yang kita suka dan juga Aunty Sarah selalu mengajak kita main ke Time Zone, bukan hanya keliling mal seperti ini.”
Dara tersentak dengan ucapan si bungsu. Sepertinya selama 2 tahun ini, dia melewati banyak momen dengan si kembar. Sampai dia mengabaikan pertumbuhan keduanya. Hatinya pun diliputi rasa penyesalan luar biasa karena membiarkan wanita lain merebut tempatnya di hati kedua anaknya. Bahkan keduanya sering menyebut nama wanita lain, seolah keberadaannya hanya pajangan.
“Nak, maafkan Bunda. Bunda memang sangat sibuk kemarin dan tidak bisa mengajak kalian ke tempat-tempat yang ingin kalian kunjungi,” ucap Dara dengan lembut. “Tapi untuk sekarang dan seterusnya, Bunda pasti akan menemani kalian. Apapun yang Suri dan Kai inginkan, katakan saja sama Bunda. Bunda akan selalu ada untuk kalian berdua.”
Suri dan Kai menatap Dara dengan berbinar-binar. “Apa itu benar?” tanyanya dengan kompak.
Dara mengangguk dan tersenyum. “Tentu saja! Saat ini kalian berdua bisa mengandalkan Bunda!”
Suri dan Kai saling menatap satu sama lainnya, dan keduanya pun langsung beranjak dari duduknya untuk memeluk Dara.
Si kembar pun memeluk Dara dengan menggemaskan. “Suri sayang sekali sama Bunda!”
“Kai juga sayang sama Bunda! Kalau ada orang yang jahatin Bunda, katakan sama Kai! Kai lah yang akan membasmi penjahat itu dari muka bumi ini!” timpal Kai dengan suara kekanak-kanakannya.
Dara setengah tertawa. “Terima kasih, kesayangan Bunda. Bunda sangat sayang sama kalian berdua,” ucapnya.
“Besok kalian libur, kan?” tanya Dara.
“Iya! Kita libur!” seru si kembar.
“Hmm... bagaimana kalau kita pergi ke puncak? Kalian mau?”
“Mauuu!” keduanya menjawab dengan kompak.
“Oke. Kita besok ke puncak dan juga kalian bisa jalan-jalan di sana!” balas Dara. Lalu dia melihat waktu sudah hampir gelap. “Kita sekarang pulang! Harus istirahat karena besok kita mau ke puncak!”
“Let’s go!” seru keduanya dengan bergembira.
Dara tersenyum. Dia ingin menebus waktu yang hilang bersama anak-anaknya. Dia ingin mengembalikan cinta yang utuh di hati anak-anaknya untuknya.
Cinta anak-anak hanya untuknya, ibu yang melahirkan keduanya. Bukan wanita yang ingin mencuri tempatnya!
***