7. Terjebak Perasaan di Masa Lalu
***
Pikiran Adam sangat kalut, dia masih gelisah memikirkan istrinya. Sikap Dara yang mendadak berubah. Dan juga kesalahan dirinya karena tanpa sadar telah berkhianat pada wanita itu. Maka, saat ini dia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat karibnya, Reno. Reno lah yang paham bagaimana dirinya.
Toh Dara mungkin belum kembali ke rumah malam ini karena yakin istrinya itu sibuk dengan bisnisnya. Apalagi bisnis Dara saat ini sedang sampai puncaknya. Bisnis Skincare milik istrinya pun punya banyak cabang sampai ke Asia Tenggara. Dara adalah satu satu pebisnis wanita nomor 1 di negara ini.
Adam memutuskan untuk berbicara dengan Reno di salah satu cafe langganan mereka. Adam ingin meminta pendapat sahabatnya itu karena dia tahu bagaimana bijaknya Reno dan sahabatnya itu memang memiliki pemahaman agama jauh lebih baik dari semua yang dia kenal.
“Reno, maaf aku agak telat,” ucap Adam. Dia langsung duduk dengan memasang wajah yang lelah.
Reno mengangguk pelan, dia memanggil pelayan dan keduanya memesan makanan.
“Ada apa? Pasti kamu banyak pikiran,” ucap Reno memulainya.
Adam mengangguk pelan, dia langsung meneguk kopi hitam.
“Kamu ada masalah lagi dengan Dara?” tanya Reno menebak. “Dia sibuk lagi? Dia tidak ingat dengan anak-anak dan kamu?”
Adam menghela napas panjang. “Justru dia berubah banyak,” balasnya.
“Maksudnya?” Reno menatap sahabatnya tidak mengerti.
“Dara mendadak pagi ini ada di rumah dan dia menyiapkan sarapan pagi ini, bahkan mengantar anak-anak pergi ke sekolah. Dan juga dia menjemput anak-anak,” balas Adam.
“Lalu, dimana letak kesalahannya? Ini yang kamu inginkan dari Dara, kan? Kenapa kamu malah ragu dengan sikapnya? Harusnya kamu bahagia, Adam. Selama ini kamu merasa kosong karena istrimu lebih sibuk dengan dunianya, kan?”
“Hmm... harusnya iya aku merasa lega karena Dara sudah berubah, tapi aku merasa ada yang janggal dengan perubahannya yang sangat mendadak, bahkan dia membatalkan untuk pergi ke Singapura dan luar kota. Itu bukan Dara yang kukenal, dia sangat perfeksionis. Mana ada Dara yang tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk bisnisnya agar lebih sukses. Ini sangat aneh.”
“Ckckck... dasar manusia! Saat Tuhan mengabulkan harapannya, manusia itu malah tidak menerimanya. Doamu sudah Tuhan kabulkan, tapi nyatanya kamu malah tidak senang? Lalu, kamu ingin istrimu sibuk dengan kesibukannya dan mengabaikanmu dan anak-anak?”
“Aku... “ Adam menjeda ucapannya, dia menertawakan dirinya sendiri karena ragu dengan perubahan istrinya itu.
“Kamu hanya takut kan kalau kejadian di Bali itu adalah salah satu penyebab istrimu berubah? Kamu hanya takut dia tahu fakta kalau kamu dan Sarah tanpa kalian berdua sadari telah mengkhianatinya,” tukas Reno.
Adam tidak bicara, mungkin benar apa yang dikatakan sahabatnya itu kalau dirinya takut Dara tahu apa yang terjadi saat di Bali.
“Kamu harus menjauhi Sarah, dan jangan ciptakan ruang baginya untuk berdekatan denganmu dan anak-anakmu, bagaimana pun Dara tidak berhak mendapatkan luka darimu, Adam. Mau seburuk apapun istrimu, kamu jangan meninggalkannya dan mencari penggantinya. Dara... dia adalah istrimu, wanita yang telah melahirkan anak-anak pintar dan menggemaskan untukmu,” ucap Reno lagi.
“Aku bingung, Reno. Apa aku harus berbicara apa yang terjadi itu? Aku sedikit takut jika aku jujur malah melukai hati Dara. Dia itu mudah rapuh, aku tahu hati Dara sebenarnya sangat sensitif. Dia selalu berpura-pura semua baik-baik saja di depan semua orang,” kata Adam.
“Kamu minta maaf padanya, jika memang kejujuran itu malah membuat Dara terluka, satu-satunya cara, kamu menjauh dari Sarah. Aku rasa jika kamu dan Sarah sering bersama dan berinteraksi terus, itu bahaya!”
“Aku tidak mungkin bisa langsung menghindari Sarah. Dia adalah kakak iparku, kakaknya Dara dan kami berdua sering bertemu. Apalagi di acara keluarga, bagaimana bisa aku menghindarinya?”
“Kamu masih menyimpan perasaan padanya?”
“Pada siapa? Sarah?”
“Iya, siapa lagi. Sarah itu adalah cinta pertamamu, dia pernah ada di hatimu sangat lama. Tapi, takdir berkata lain, pada akhirnya kamu malah menikah dengan adiknya,” balas Reno. “Jangan sampai kamu terjebak dengan kisah di masa lalu, kamu sudah memilih Dara, dan itu artinya hatimu utuh miliknya, jangan sampai kamu menyisakan ruang untuk wanita di masa lalumu, jika kamu masih menyisakannya, taruhannya adalah pernikahanmu. Jangan sampai hanya karena kisah lalu membuat masa depanmu hancur. Kamu harus berhati-hati dan jangan bermain-main dengan perasaanmu, nanti akan jadi api yang membakarmu.”
“Aku tidak tahu kenapa hatiku ini kacau, aku pun sudah sekuat tenaga untuk menghindari Sarah saat kejadian itu, tapi saat aku melihatnya, ada rasa bersalah di hatiku. Hidupnya hancur karena aku mengenalkannya pada pria bajingan itu. Aku sangat berdosa padanya, rumah tangganya yang sudah berakhir itu salah satu penyebabnya adalah aku. Aku tidak tahu bagaimana cara menebus kesalahanku itu padanya. Melihat Sarah masih terluka, aku merasa menyesal.”
“Dasar pria bajingan!” kesal Reno. “Itu takdir Tuhan, kita sebagai manusia tidak akan pernah tahu bagaimana rupa takdir manusia! Kamu itu lemah, Adam. Kamu menggunakan alasan itu agar tetap dekat dengan Sarah, cinta pertamamu itu! Kamu tahu tidak nanti Dara lah yang akan terluka karena kamu masih terjebak dalam perasaanmu di masa lalu! Harusnya saat kamu memutuskan untuk memilih Dara untuk jadi teman hidupmu, maka kamu pun sudah membunuh sampai mati perasaanmu pada Sarah. Jangan kamu memulai kisah baru, jika kamu belum bisa mengakhiri perasaanmu pada Sarah. Jangan jadi pria bajingan untuk wanita yang selama 7 tahun ini ada di sisimu.”
“Iya, aku kenapa jadi bajingan seperti ini? Harusnya aku menjaga hati istriku, aku malah sibuk memikirkan luka wanita lain,” sindir Adam pada dirinya sendiri.
“Mulai sekarang, berikan banyak cinta pada istrimu dan jangan memikiran yang lain. Kamu harus menjaga mahligaimu. Kalian sudah Tuhan berikan harta berupa kedua anak yang berharga, jadi jangan sampai kedua anak kalian itu terluka karena keegoisan kalian.”
Adam mengangguk dengan dalam.
“Dan jadilah suami yang menghargai istri, jangan sampai kamu memberi luka pada istrimu. Kamu harus ingat bahwa kebahagiaan istri terletak bagaimana seorang suami memperlakukannya,” tambah Reno.
Adam mengerti, saat ini dia harus menjaga keutuhan rumah tangganya, dan dia tidak ingin dilemahkan lagi dan terjebak dengan perasaan di masa lalunya. Hidup terus berjalan, bukan mundur ke belakang.
***
Dara tersenyum menatap kedua anaknya yang sudah tertidur pulas. Dia merapikan selimut Suri dan Kai, dan mencium kening keduanya. Lalu, dengan langkah yang hati-hati, dia pergi ke luar agar tidak membangunkan mereka.
Dara langsung bergegas ke ruang kerjanya yang ada di rumahnya. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan karena dia banyak mengubah jadwalnya. Dia sedang berdiskusi dengan para staf agar dirinya tidak sering pergi ke luar kota. Dara hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersama suami dan kedua anaknya.
Dara melihat waktu dan menunjukkan jam 10 malam. “Mas Adam kenapa belum pulang? Apa dia lembur?” tanyanya bergumam.
Dara meraih ponselnya dan berniat menghubungi Adam, namun ada panggilan masuk dan itu dari Axel.
“Halo, Axel. Ada apa?”
“Halo, Bu. Maaf saya menganggu Ibu pada jam segini karena Ibu belum balas pesan saya.”
“Pesan apa?”
“Saya mengirim pesan WhatsApp, Ibu belum membukanya. Saya saat ini sedang menunggu perintah dari Ibu, apa yang harus saya kerjakan,” balas Axel.
“Kamu kirim apa?”
“Itu... Bu Dara lihat saja dulu karena itu ada beberapa foto. Setelah Ibu melihatnya, nanti Ibu bisa memutuskan apa yang harus saya lakukan,” balas Axel.
“Oke. Saya lihat dulu, ya! Nanti saya langsung hubungi kamu,” ucap Dara.
“Siap, Bu. Saya tunggu.”
Dara langsung memutuskan panggilan telepon dan membuka chat dari Axel. Dan saat dia melihat foto itu, dia termenung.,
Ada 3 foto yang Axel kirimkan padanya, dan bagai tersambar petir, Dara langsung lemas melihat foto-foto itu.
Air mata Dara pun jatuh, hatinya sakit. Apa yang dia lihat itu hanya mimpi, kan?
***