Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 ADA APA DENGAN LUNA

Tok tok tok

.

.

.

" Lun, bby..? Kok belum bangun.? Udah siang kali bby .!!"

Dimas mengetuk kamar Luna pelan, tapi tak ada sahutan sama sekali oleh penghuni kamar itu. Dimas heran biasanya Luna tidak pernah telat bangun pagi, anak itu banhkan hampir setiap pagi suka berolahraga dan tentunya Luna lah yang selalu mengajak Dimas lari pagi karena memang Luna anak yang rajin apalagi gadis itu sudah terbiasas hidup sendiri dan tentu saja bagi gadis anggun sepertinya kesiangan adalah hal yang mustahil dilakukannya di weekday seperti ini, bangun siang akan ia lakukan weekend atau hari libur lainnya itupun jarang Dimas dapatkan kekasihnya itu bermalas - malasan dipagi hari.

jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan sebentar lagi pasti Pak Amir akan datang menjemput mereka untuk berangkat ke sekolah tempat mereka mengajar.

"kok perasaan gue ga enak ya. ? Apa gue dobrakk aja ni pintu. " pikir Dimas gusar karena Luna tetap tak merespon panggilan Dimas, akhirnya karena kecemasan dan perasaan takut terjadi apa- apa terhadap Luna , ia mendobrakk pintu tua itu mengakibatkan engsel nya rusak dan suara gaduh terdengar sampai ketelinga anak- anak yang sedang menghabiskan sarapan mereka.

Brakk ..

" Lun, Luna.. Lunaaaa " disetiap sudut ruangan tak ada tanda - tanda seorang Luna, Dimas semakin cemas Ia menjambak rambutnya prustasi, karena kamar ini tak terlalu besar jadi sepanjang mata memandang ya hanya kamar yang kosong, Ia terduduk diranjang dan menunduk mencoba berpikir jernih.

" kamu dimana bby.?"

" woi Dim, sok iyes lo. Ngedobrakk pintu rumah orang sekenaknya aja, rusak ni .!" teriak Aryo sesampainya mereka didepan kamar yang ditempati Luna setelah mendengar suara dobrakkan dari lantai atas mereka bergegas menghampiri dua sejoli itu.

" Lah Dim, Luna mana. Ngapain lo main dobrakk..?" sahut Uci bingung

"Luna... hilang.? " tanya Thania Dimas hanya diam sedari tadi Ia hanya menganggukkan kepalanya.

" atau diculik ?" celetuk Zidan berlebihan , semakin membuat Dimas kalang kabut.

" ga mungkin Luna hilang, pasti dia masih disekitaran rumah ini, atau enggak dia cuma keluar ." kali ini Angga menyahuti persepsi teman- temannya, lebih masuk akal.

"ok kalo gitu kita cari sama- sama . Semuanya berpencar, masih ada lima belas menit, sebelum kita berangkat ke sekolah. Kita temuin dulu Luna " usul Thania yang di angguki semua temannya kecuali Dimas yang termenung .

"tenang aja, Luna masih disini. dan gue ngerasain itu " Thania menepuk bahu Dimas pelan dan membuat sang empu tersenyum tipis menganggukkan kepalanya merespon ucapan Thania yang tampak tenang sepertinya Ia harus banyak belajar dengan Thania bagaimana mengatasi cemas yang berlebihan.

Dimas bingung kemana perginya Luna, apa mungkin Luna menghilang.? Dan kalo Luna tidak hilang kenapa di semua penjuru rumah ini Luna tidak ada. Dimas menghusap wajahnya prustasi, ia masih duduk diranjang kamar tersebut sedangkan teman- temannya yang lain sudah pamit untuk mencari Luna diluar siapa tahu ia ada diluar. Sampai sebuah suara rintihan terdengar ditelinga Dimas, ia tahu betul pemilik suara itu, Luna. Kekasihnya.

Sontak Dimas bangkit dan memanggil - manggil nama Luna.

" Lun, bby kamu dimana." teriak Dimas sembari memeriksa penjuru kamar dan mencermati asal suara Luna.

" Ak.. Ak... Aku disini bby.!" suara tercekat dan juga gemetar dari diri Luna terdengar oleh Dimas. Dimas mengernyit kan dahinya bingung suara Luna sangat dekat tapi kamar ini terlihat kosong .

" Dimas." teriak suara itu gemetar, ia tahu saat ini pasti Luna sedang menangis. Saat matanya melihat kearah bawah ranjang, langsung saja ia menghampiri ranjang itu dan ya Luna menangis dibawah ranjang dengan badan gemetar.

Jantung Dimas mencelos melihat sang kekasih seperti itu, sontak saja Dimas segera mengeluarkan Luna menarik tangan Luna dari bawah ranjang dan merengkuh tubuh yang kesakitan itu dalam pelukkan hangatnya. hatinya sakit melihat Luna menangis sesegukkan seperti ini, Ia sangat tidak bisa melihat kekasihnya berurai air mata, membuatnya merassa gagal melindungi Luna .

Luna menangis semakin kencang, dadanya terasa sesak , badannya begitu dingin. Ia menggigil dan gemetaran serta perasaan takut menyelubunginya, hanya tubuh hangat kekasihnya yang membuat Ia sedikit tenang, sampai Ia memeluk Dimas dengan sangat kencang dan cengkraman dibaju Dimas tak terlepas sampai beberapa menit lamanya. apalagi saat dirinya mengingat kejadian semalam, rasanya lebih baik Ia pulang saja kejakarta, tapi.. bagaimana teman - temannya. apa ia harus bertahan dengan rasa takutnya ini.?

" hiks hiks hiks..." suara tangis Luna bagaikan pisau yang tak kasat mata menghujam relung hati Dimas, bertapa sesaknya dirinya saat mengetahui keadaan Luna sekarang. banyak beberapa lebam didahi wanita itu apalagi melihat pergelangan kaki Luna yang sepertinya membiru bengkak, astaga apa yang terjaid pada kekasihnya ini.

" syukurlah aku menemui mu sayang, aku tidak bisa berpikir jernih saat tidak melihatmu. Sekarang kamu aman bersama ku, jangan menangis."

" Oh sayang tubuh mu sangat dingin . Kau demam." Dimas merenggangkan pelukannya menenangkan Luna, Ia menangkup wajah Luna menghapus air mata itu , wajah yang terlihat sembab itu mengiris hatinya..

" jangan menangis lagi, please. aku angkat kamu ke ranjang, kamu ga usah berangkat ke sekolah nya hari ini, nanti aku bakal bilang anak- anak buat izin. " ucap Dimas kemudian membaringkan tubuh Luna diatas ranjang dan menyelimutinya sampai bawah dagunya. Tubuh Luna sangat dingin, Dimas dengan telaten menggenggam tangan mungil Luna dan diusap- usapkan ke tangannya. Luna merasa aman sekarang , karena sekarang dihadapannya ini adalah Dimas kekasihnya yang .... asli? perasaan aman dan terlindungi adalah sifat Dimas yang membuat nya jatuh cinta berkali - kali dan yakin bahwa saat ini Ia memandang wajah kekasihnya yang... asli!.

" terimakasih" ucap Luna yang dianggukki Dimas sembari memandang wajah sayu sang kekasih.

" tapi sebelum tidur kamu makan ya, aku yakin perut kamu sakit apalgi sekarang sudah jam delapan. kamu harus sarapan dan minum obat, aku siapkan.!"

"tap..."

"tak ada penolakkan.!"

Selang beberapa menit anak- anak kembali ke kamar , mereka tidak menemukan Luna dimana - mana.

" Dim, kita ga bisa ketem.-- ucap Angga lalu terdiam dan bernapas lega karena melihat Dimas dan Luna didepannya, anak- anak yang lain juga melakukan hal yang sama. Uci dan Thania langsung berlari menghampiri Luna dan memeluk Luna .

" Alhamdulilah, lo ketemu juga Lun. Kita khawatir banget tau. " teriak Uchi kesal namun air matanya menetes juga, Ia sangat ketakutan jika terjadi sesuatu kepada Luna .

" iya Lun, kamu bikin kita shock jantung tau enggak." mereka menangis bertiga.

"Maaf, aku buat kalian repot dan khawatir. " cuma kata itu yang keluar dari mulut Luna. Ia shock dan tak sanggup menerima apa yang ia alami semalam, untuk saat ini Ia belum siap untuk bercerita apa saja yang ia alami.

Selagi mereka menangis ria, para cowok keluar kamar.

Dimas menatap teman - temannya seolah mengatakan " gue mau ngomong "

" Luna kenapa? Kok bisa banyak lebam diwajahnya.? Dia dimana lo temuin.? Angga memulai percakapan serius mereka kali ini.

" muka cewek lo pucet banget Dim, kek ada sesuatu yang dia takutin. " Aryo menimpali.

" gue nemuin cewek gue dibawah ranjang kamarnya ." balas Dimas datar tanpa ekspresi.

" lah kok bisa, cewek lo tidurnya nakal pasti ampe bisa ada dibawah ranjang.?" celetuk Zidan asal.

Pletakkk..

" Wadaww " kepalanya merasa berdenyut kala tangan Dimas tepat mendarat di kepala cowok tinggi tersebut.

" sembarangan lo , gue juga ga tau apa yang terjadi." dengus Dimas kesal melihat sifat temannya yang satu ini, orang lagi serius juga.

" atau.... Ia juga ngalamin apa yang terjadi sama kita.?"

" itu yang gue takutin dan gue pikirin sejak nemuin Luna dibawah ranjang." jelas Dimas menghelah napas gusar.

"dan juga dia keliatan ketakutan trus badannya panas. Luna sakit jadi dia ga ke sekolah . "

" yaudah ga papa, kita ga mungkin maksa Luna , dia sakit. Nanti gue urus absensi nya." Angga membalas ucapan Dimas seraya menepuk pundak lelaki tampan itu. Dengan senyum yang sangat dikit. Si kalem Angga yang sempurna dimata para perempuan, adem aja gitu setiap kali lelaki manis itu jika berbicara.

" ok thanks, gue mau rawat dia dulu ni, oh ya ngomong- ngomong pak Amir mana.?" tanya Dimas sembari celingak- celinguk mencari seseorang yang mereka tunggu sedari tadi untuk menunjukkan jalan kesekolah.

" saya disini." suara berat dan sedikit menyeramkan , mengejutkan mereka semua, sontak mereka berbalik dan bernapas lega. Untuk udah tua ni bapak- bapak, kalo enggak udah gue timpuk pake palu. Pake acara ngagetin lagi . Pikir mereka.

************

" jadi nak Luna tidak bisa ikut ke sekolah .? lalu siapa yang akan menjaga nya .?"

" saya pak, saya yang akan merawat Luna untuk hari ini.!" sahut Dimas lantang.

"kamu.? kenapa harus laki - laki.?"

"ehmmm gimana ya pak, sebenarnya Dimas ini pacarnya Luna jadi dia ingin menjaga Luna untuk hari ini." penjelasan angga malah membuat Pak Amir melotot garang.

"apalagi pacar.. saya takut kalian khilaf dan melakukan hal tidak senonoh dirumah ini , apalagi ditinggal berdua saya jadi ragu."

"astafirullah pak saya ga ada pikiran kearah situ sama sekali, kekasih saya sakit. emang saya sudah ga waras melakukan itu ditempat asing apalagi Luna sedang sakit. (gila kalih gua) !" ketus dimas sedikit menaikkan suaranya dan membatin dalam hati nya kesal mendengar omogan Pak Amir, tapi masuk akal juga. siapa sih orangtua yang teanng ninggalin anak perempuan dan laki - laki dalam satu rumah berdua saja, terlebih lagi mereka sepasang kekasih.

"iyaa bisa saja kan, anak jaman sekarang kan suka tidak tau diri apalagi jika ada kesempatan."

" bapak tenang saja, saya laki - laki berprinsif dan saya gak akan merusak pacar saya sebelum kami ada ikatan.!"

" Bagus! baiklah kalau begitu, kalian hati - hati dan kamu saya pegang kata - kata kamu, saya percayakan nak Luna sama kamu. awas saja jika melanggar kamu akan tau sendiri akibatnya.!" tukas Pak Amir kemudian beranjak dari rumah tersebut bersama anak - anak yang lain untuk berangkat kesekolah. semua bernapas lega mendengar keputusan dari Pak Amir karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan lewat sudah telat satu setengah jam dari jam masuk sekolah...

setelah mereka pamit untuk berangkat ke sekolah yang akan mereka ajarkan, Dimas kembali kelantai atas menemui Luna. lengan kekar itu membuka pintu kamar dengan sangat pelan, netra gelap sang laki - laki tampan itu melihat kekasihnya sudah tidur kembali , Dimas tersenyum kecil menghampiri perempuan cantik itu dan duduk dipinggir ranjang memandangi wajah penuh lebam itu dengan tatapan penuh arti yang hanya Dimas sendiri lah yang tau arti dibalik tatapan itu, tangannya tergerak merapikan rambut- rambut kecil Luna yang berantakkan didahi perempuan itu. kemudian lelaki itu mengecup dahi sang kekasih pelan dan cukup lama.

" maaf aku gak bisa jaga kamu, aku janji buat kedepannya kamu gak akan ketakutan seperti ini lagi bby. aku

sayang kamu, nice dream sweetheart." kemudian Dimas beranjak dari kamar dan menutup pintu kamar sang kekasih dengan pelan

tobe contnue*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel