Bab 10 (gagal) MENJAGA LUNA
Setelah sepakat Dimas dan Luna tidak ikut serta untuk berangkat ke sekolah tempat mereka akan mengajar, kini mereka pamit untuk berangkat.
"ehmm kalo gitu , jaga Luna nya jangan dipandanngin aja tuh anak, dirawat dengan baik, jangan lupa buatin makan sama kasih obat." Thania menasehati dimas yang dibales senyum oleh laki -laki itu.
"ohya, mending Luna pindahin aja kekamar gue sama Thania, lebih baik kita tidur bertiga entar." kini Uchi memberi kan saran.
"ok gue akan ajak Luna untuk tidur dikamar kalian ntar."
"lo berdua hati - hati dirumah.!" ucap Angga memperingati.
"iye pak boss siap, neng Luna bakal akang Dimas jagain sepenuh hati." sahut Dimas kkemudian mengantar mereka kedepan.
.......
Jam menunjukkan pukul delapan pagi, Dimas kembali kelantai atas menemui Luna. lengan kekar itu membuka pintu kamar dengan sangat pelan, netra gelap sang laki - laki tampan itu melihat kekasihnya sudah tidur kembali , Dimas tersenyum kecil menghampiri perempuan cantik itu dan duduk dipinggir ranjang memandangi wajah Luna yang penuh lebam dengan tatapan penuh arti yang hanya Dimas sendiri lah yang tau arti dibalik tatapan itu, kemudian tangannya meraih tengkuk Luna dan tangan satu nya Ia taruh dibawah lutut gadis itu membawa Luna kekamar sebelah, memindahkan Luna dikamar Thania dan Uchi,
setelah berada dikamar yang luas dan terang ini , terlihatlah wajah pucat gadisnya dan tangannya tergerak merapikan anak - anak rambut Luna yang berantakkan didahi perempuan itu. kemudian lelaki itu mengecup dahi sang kekasih pelan dan cukup lama.
" maaf aku gak bisa jaga kamu, aku janji buat kedepannya kamu gak akan ketakutan seperti ini lagi bby. aku sayang kamu, nice dream sweetheart." kemudian Dimas beranjak dari kamar dan menutup pintu kamar sang kekasih dengan pelan .
"hemmm apa yang harus gue siapin ya." gumam Dimas kepada dirinya sendiri, karena mendapat nasihat dari sang sahabat membuat Dimas ingin melakukan yang berguna buat Luna yaa dengan memasakkan makanan buat gadisnya itu.
"ok kita cek dengan cari cara masak bubur pake inter--" menepuk dahinya tiba - tiba Dimas "anjrr gue lupa disini kagak ada internet, truss gimana dong.? gak mungkin gue tanya Luna ."
" bukannya ngejawab entar dia malah gamau makan lagi.!" hmmm gusar Dimas sembari mengetuk - ngetukkan jarinya didagu dan berusaha memikirkan solusi dalam memasakkan bubur. "apa tanya Thania aja ya,? elehhhh sinyal juga kagak ada.!! fixx ga betah gue tinggal disini lama - lama !!" kesal Dimas lalu melempar handphonenya asal diatas meja makan setelah ia mau menghubungi sahabat nya itu.
selang beberapa menit Dimas mendapat ide dalam membuat bubur, logika dong kalo masak nasi kebanyakkan air kan suka pada bilang nasi sudah menjadi bubur. so, yaa tinggal dibanyakkin aja air nya kan jadi tuh bubur. pikir Dimas kemudian dan jadilah bubur ala - ala Dimas, dengan menambahkan sedikit potongan sayur dipanci beras yang ditambah air yang lumayan banyak itu dan beberapa bumbu seperti garam dan kaldu ayam supaya ada rasa nya . tak lupa juga Dimas membuat teh hangat dan juga beberapa obat yang memang sengaja mereka bawa dari jakarta, seperti paracetamol yang dipegang Dimas saat ini.
jam sudah menunjukkan pukul sepuluh setelah memasak dan sedikit membereskan hal - hal yang dapat dibereskan laki - laki itu. Dimas menaiki tangga ke lantai dua masuk kedalam kamar Luna dengan membawa nampan yang berisi bubur buatannya, teh hangat dan juga obat penurun panas.
terlihat Luna sedang tidur dengan wajah damainya tapi Dimas melihat banyak keringat yang ada didahi wanitanya itu, sesekali menghapus keringat didahi Luna dan segera Ia kembali kebawah untuk mengambil handuk kecil serta membawa air hangat suam - suam kuku didalam wadah kecil dengan telaten Dimas menaruh kompresan itu didahi Luna, karena wanita itu menjadi demam saat ini, kemudian mengatur suhu ruangan, sedikit menutup pintu jendela yang memang hutan disebelah memberikan hawa dingin padahal matahari sudah berada dipersetiga langit . ehh?
dan tidak memberikan selimut yang terlalu tebal kepada Luna karena panas akan tetap terperangkap dalam tubuh dan deman pun tidak akan reda - reda.
Dimas yang kelelahan menunggu Luna terbangun membuat Ia memejamkan matanya perlahan disofa dekat ranjang, setelah beberapa menit dimas terbangun dan kembali mengecek suhu tubuh perempuan itu . Dengan perlahan ia mengganti kompresan, tapi kali ini dengan perlakuan selembut itu Luna terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan mata lentiknya melihat siapa yang berada didepanny, Dimas.
Kekasihnya , langsung saja senyumnya merekah di wajah pucat tersebut , kemudian dia meneggakkan badannya ke kepala ranjang.
" Hy, " sapa Dimas basa basi sambil menampilkan senyumnya yang merupakan senyuman maut bagi para mahasiswi kampus, Luna yang selalu terhipnotis dan terpesona dengan senyuman itu tak sanggup menolak untuk membalas. " Hy " jawabnya .
Dimas sangat bersyukur kali ini, senyuman manis sang pujaan hati kembali terbit diwajahnya, ia sangat khawatir jika Luna tak bisa tersenyum karena cemas dan ketakutannya yang hanya ia yang tau. Biarlah, ia takkan memaksa Luna untuk bercerita apa yang Luna alami pagi ini, atau yang paling parahnya hal aneh itu ia alami sejak tadi malam. Tapi, Dimas akan berusaha membuat Luna untuk tidak terlalu memikirkan hal aneh yang ia alami, meskipun ia tak tau apa yang terjadi . Cukup dengan Luna tau bahwa bersamanya ia akan aman.
" udah mendingan.?" dijawab anggukkan kepala oleh Luna membuat Dimas tersenyum tipis.
" kenapa ga ke sekolah.?" tanya Luna lagi. Dimas yang ditanya langsung menarik tangan Luna, meraih tubuh gadis itu untuk masuk dalam pelukkannya yang hangat dan nyaman.
" gimana aku bisa pergi kalo kamu dalam kondisi ga baik, kamu sakit. Aku ga mungkin ninggalin kamu sendirian. " jawab Dimas dengan suara gemetarnya , ia sedang menahan tangisnya. Entahlah, ia sangat sensitif kali ini melihat wajah pucat Luna.
" Makasih. " balas Luna parau, ia menangis dalam diam hanya air matanya yang menetes membasahi kemeja biru Dimas , Luna semakin menenggelamkan wajahnya didada bidang Dimas. Ia sangat ketakutan dengan apa yang terjadi padanya, tapi ia juga takut untuk menceritakan segala yang ia alami, ia masih ingat dengan ucapan Pak Amir saat mereka pertama kali datang ke desa ini, lebih tepatnya rumah ini.
....." ingat, jangan panjang tangan, jahil dan menunjuk arah sembarangan serta jika kalian mengalami hal aneh , simpan sendiri jangan ceritakan.. mengerti.!!". .....
" yaudah, kamu makan dan minum obatnya. " Dimas mengambil mangkuk bubur yang ia letakkan di nakas . Luna hanya mengangguk dan membuka mulutnya, tapi karena sifat jahil Dimas keluar, ia hanya menaikkan alisnya dan menunggu reaksi Luna yang saat ini masih membuka mulutnya menunggu suapan dari Dimas.
" kode banget ya mau aku suapin " ucap Dimas dengan senyum jahilnya.
" kamu gamau suapin aku.? Yaudah sini buburnya aku makan sendiri.!" kesal Luna langsung meraih bubur itu, namun lagi- lagi Dimas menjahilinya dengan menjauhkan bubur itu sampai ke atas kepalanya.
"iihhh Dimas!!!! " teriak Luna kesal.
"hahahaha ok ok, aku suapin ya .!" Dimas lalu menyuapi Luna sampai bubur itu tandas tak tersisa. Begitu pun teh hangatnya yang tak lagi hangat dan obat penurun panasnya.
" yaudah kamu istirahat lagi ya, jangan kecapekan biar aku yang beresin semuanya ehm." ucap Dimas kemudian membaringkan Luna kembali ketempat tidur menunggui Luna untuk kembali terlelap namun jiwa nya seakan terpesona dengan mata cantik wanitanya ini membuat Dimas melupakan nasihat Pak Amir dan sedikit lagi jarak kedua wajah manusia tersebut hampir bersentuhan sebelum semua yang tak diinginkan terjadi Luna mendorong dada bidang lelaki itu menyadarkan tindakan Dimas , sontak saja lelaki itu memundurkan badannya dan menunduk menyesal, hampir saja Ia menelan ludahnya kembali.
" maaf bby, aku ...." ucap Dimas terbata..
"gapapa, aku juga minta maaf ga langsung sadarin kamu tadi. " Dimas meremas tangan Luna kemudian cepat - cepat beranjak dari kamar tersebut.
"ok, kalau gitu aku kebawa dulu. " Dimas menutup pintu itu sedikit kasar dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. napasnya memburudan jantungnya berdegup kencang menghirup banyak udara akhirnya dimas beranjak dari kamar gadis yang membuatnya dag dig dug setiap hari.
dengan wajah memerah dan terkesan tergesa - gesa Dimas menuruni anak tangga rumah tersebut dan karena tak hati -hati kakinya terasa seperti ada yang menyandung dan tanpa aba - aba di anak tangga terakhir semua piring dan gelas yang ada dinampan terjatuh bersamaan dirinya yang ikut terjatuh dan sialnya tangan kekar itu berada di atas piring dan gelas yang pecah , tangan yang suka mengelus pipi Luna itu kini terdapat banyak goresan luka juga darah segar kemudian merembes menetes, agak banyak karena memang posisi tangan itu seperti meremat pecahan piring dan gelas yang dibawanya tadi, mustahil jika dipikir.
Ia hanya membawa piring dan gelas menggunakan nampan kenapa bisa saat jatuh dan pecah lalu tangannya berada ditumpukkan pecahan tersebut. apa ini akibat yang dibicarakan Pak Amir tersebut.? belom juga melakuin yang beneran baru juga mulai udah kena Karma in life, pikir Dimas menepuk dahinya dengan satu tangannya yang tak luka kemudian meringis perih sembari membersihkan kekacauan yang Ia alami ini.
**********
setelah menunaikan ibadah dan menghabiskan makan siangnya, kini Dimas sedang duduk diruang tv sembari menghilangkan rasa bosannya Dimas kemudian membuka laptopnya dan mengerjakan beberapa hal yang harus Ia kerjakan. tiba - tiba ada yang mengetuk pintu...
tok tok tok
dimas bergegas membuka pintu, mungkin teman - temannya .?
siapa sih yang iseng pikirnya...saat kepala nya menoleh kekanan dan kekiri mencari sang pelaku yang mengetuk pintu, tapi nihil tak ada siapa - siapa dihutan seperti ini, malah sunyi sekali dan terdengar beberapa tiupan angin yang mengenai beberpa dahan pohon yang rimbun.
" DIMASSSSSSSS.........!!"
teriakkan yang berasal dari lantai atas membuat dimas cepat bergegas menuju kamar Luna dan membuka pintu kamar tersebut yang entah kenapa sangat sulit untuk dibuka, seingatnya Ia tak mengunci kamar itu yaa kenapa juga harus dikuncikan, apa Luna yang mengunci kamarnya sendiri..?
" bby, aku gak bisa buka kamar kamu.?"
" Dimasssssssss.......!! pl--ease-- to---long..egh heeeeeegg." teriakan Luna teredap suaranya yang seperti tercekat dan itu makin membuat dimas kalang kabut dan semakin menggerakkan knop pintu dengan tergesa - gesa ..
" bby, Luna kamu denger aku gak, aku gak bisa buka pintu nya ini, kamu kunci ya.?" teriak Dimas semakin gusar mengedor - ngedor pintu kamar tersebut dengan keras tak Ia hiraukan lagi tangannya yang kembali berdarah , rasa perih bukan apa - apa baginya dan ketika mendengar suara Luna yang kian mengecil dengan napas tersengal - sengal.
"Dimm--------!"
semakin takut terjadi sesuatu kepada Luna Dimas kemudian mendobrak - dobrak pintu kamar itu dan tetap mencoba membuka engsel pintu kamar tersebut. beberapa saat Dimas tak lagi mendengar suara Luna yang makin membuat kinerja jantungnya berdegup kencang dan dengan perasaan gusar Ia mencoba mendobrak dan mencoba membuka knop pintu itu, namun kali ini tak butuh tenaga pintu itu sudah terbuka sangat lebar membuat tubuhnya juga terhuyung kedalam kamar dan laki - laki tampan itu seketika berdiri kaku melihat pemandangan didepannya dengan napas memburu dan jantung yang mencelos rasanya seperti ada yang menikam jantungnya. sakit lagi - lagi Ia tak bisa menjaga gadisnya..
" Luna.... bby.... " lirih nya dengan suara parau dan seketika itu tubuhnya luruh kebawah.
tobe continue*
( hayo ada apa dengan Luna ? )