Bab 11 MEMENDAM RASA TAKUT
setelah berusaha dengan sekeras tenaga akhirnya pintu kamar itu terbuka juga , terlihat wanita dengan wajah pias gemetaran meringkuk dibawah samping ranjangnya dengan berurai air mata yang membuat mata cantik itu tampak sembab dan memerah, tangan itu merengkuh kedua lututnya dan menenggelamkan kepala nya meredam isakkan yang keluar dari mulutnya.
Dimas yang berhasil membuka pintu merasakan perasaan yang kalang kabut dengan detak jantung yang tak karuan segera menghampiri kekasihnya, direngkuhnya tubuh ringkih itu . Luna semakin menangis saat tangan kekar itu melingkupi tubuhnya dan menenggelamkan wajahnya didada bidang lelaki itu, semakin erat Luna mencengkram baju depan Dimas semakin keras pula Ia meluapkan rasa takutnya, Ia takut semua akan berakhir disini, Ia takut makhluk itu kembali menemuinya , cukup dua kali makhluk itu muncul dihadapannya jangan untuk ketiga kalinya dan seterusnya , bahkan Ia tak mampu membedakan kekasihnya dengan makhluk menyeramkan itu. Dimas yang tak tau apa yang sudah terjadi dengan kekasihnya hanya diam dan mendengarkan alunan tangis menyayat hatinya.
hiks hiks hiks...
" kamu kenapa sayang.?" tanya Dimas saat suara tangis sang kekasih sudah tidak terdengar kembali hanya sisa sesegukkan saja.
" bby, aku takut! aku mau pulang aja.!" sahut Luna dengan suara pelan nan sangat terlihat bahwa wanita itu masih shock. Dimas yang mendengar itu langsung terdiam dan memandang lekat wajah pucat Luna.
" pulang.?" tanya Dimas melonggarkan pelukkannya, dengan pelan diraihnya wajah sembab itu kemudian mengelus pipi lembut sang kekasih.
"aku mau kita - kita pulang aja ke jakarta , ga usah disini. disini bahaya!"
"bahaya gimana maksud kamu.?"
"pokoknya bahaya, aku ga ma--"
"bby, kamu gak boleh egois gitu! kamu disini bukan buat liburan, kita sama anak - anak ada tugas yang harus diselesaiin . kasian kalau harus cari referensi lain buat tugas kita. "
"tapi bby, aku ga suka tempat ini!!"
" kalau kamu gak suka, gak harus ngorbanin yang lain kan. kamu gak harus maksain apapun yang kamu gak suka yang lain juga harus gak suka bby.!"
"hiks hiks hiks kamu gak tau apa yang aku alamin selama disini !!" teriak Luna kesal.
" hey hey dengerin aku, apapun yang kamu rasain dan alamin saat ini . itu hanya ilusi semata, kamu hanya berhalusinasi karena rasa takut kamu.! kita akan baik - baik aja.!".
"enggak bby, aku gak halu!, rumah ini beneran banyak mengandung misteri !". Luna menegakkan kepalanya melihat wajah dimas sendu.
" kamu capek aku tau, kamu berhalusinasi karena kamu lagi sakit aku maklumi itu. tapi, kalau kamu mau maksain buat orang lain ikut kehendak kamu. aku gak bisa kali ini bby, please jangan manja dan egois apalagi kayak anak kecil gini!" sentak Dimas menaikkan nada suaranya membuat Luna terdiam.
baru kali ini rasanya Dimas berbicara keras padanya. selama ini laki - laki itu tak pernah berbicara keras dan membentak seperti ini, tapi jika dipikirkan Ia terlalu egois jika harus membuat anak - anak melalaikan tugas mereka juga, Ia tak menyukai tempat ini bukan berarti yang lain harus juga tidak menyukai kan. sialnya Luna merasa bersalah sekarang yang seperti anak kecil.? mungkin kata - kata yang barusan Dimas bilang cocok sekali disematkan untuknya kali ini. EGOIS.
Luna hanya diam menunduk merenungkan kesalahannya masih dalam rengkuhan Dimas yang sedari tadi memperhatikannya, Dimas juga terdiam Ia menyesali sudah membentak Luna, mau bagaimana pun juga Luna pasti tertekan dengan beberapa kejadian yang menimpanya. wajar jika Ia tak menyukai tempat ini dan ingin cepat - cepat pergi.
" sayang maaf aku bentak kamu tadi, tapi kamu ngerti kan maksud aku. bukan karena aku gak sayang sama kamu apalagi mengabaikan permintaan kamu, aku cuma gak mau egois sama anak - anak yang lain . mereka udah bekerja keras dari kemarin. tolong ngertiin situasinya , bisa?" ucap dimas kemudian meraih dagu Luna dan menegakkannya untuk bersitatap dengan mata sembab Luna yang terlihat air mata itu masih senantiasa mengalir dipipi halus kekasihnya.
Dimas hanya menghelah napas melihat Luna yang hanya diam saja dan memalingkan wajahnya tak mau dipandang Dimas. kemudian Ia menempatkan tangannya ke tengkuk belakang Luna dan bawah lutut gadis itu, Dimas mengendong Luna kembali keranjang . Luna sudah kembali duduk bersandar dikepala ranjang setelah beberapa menit terdiam dengan suasana sunyi hanya detak jam dinding yang bunyi, menyisahkan dua sejoli ini dalam situasi canggung.
Dimas meraih wajah Luna meminta jawaban atas pertanyaan yang Ia lontarkan beberapa menit yang lalu, gadis itu hanya diam dan sesekali terdengar sisa sesegukkannya lalu menunduk kembali masih dengan acara merajuknya ingin pulang kejakarta saja,
" kita pulang aja byy..!" baru saja menyadari sikap kekanakkannya Luna kembali memaksa Dimas untuk menuruti kehendaknya .
"gabisa, kamu jangan gitu dong bby. please tahan bentar kita cuma tiga bulan disini, kamu harus banyak berdoa sama ibadah , semua gak bakal ganggu kamu. apalagi aku akan jagain kamu, aku akan selalu disisi kamu. ok!" bujuk Dimas meraih kedua tangan Luna mencoba meyakinkan kekasihnya itu.
"bby, kamu pikir aku kayak gini ga ada alesan. aku liat pake mata kepala aku sendiri bby! ada makhluk deketin aku trus dia nyerupain kamu, gimana kamu bisa jagain aku , selalu ada disisi aku jika makhluk itu mirip kamu!"
" jangan ngawur, setan mana ada senyata itu bby! Ya Allah." Dimas meraup wajahnya kasar prustasi mendengar omongan Luna yang menurutnya berhalusinasi itu.
"bby... kita pulang aja. aku takut bby."
" please, bisa gak kamu ngertiin situasinya saat ini ."
"truss aku harus gimana.? aku TAKUT! apa sampe aku mati disini baru kamu mau bawa aku pulang . IYA!" teriak Luna yang kembali emosi, hiks hiks hiks tangisannya semakin kencang dan sudah tak karuan bagaimana penampilan gadis nya itu.
" LUNA!!! omongan kamu... ngelantur! aku gak habis pikir liat sikap kamu hari ini.!" ketus Dimas sambil geleng - geleng kepala melihat sikap Luna kali ini, ada raut kecewa diwajah tampan itu.
"bener kan kamu gak takut aku mati sia - sia disini, permintaan aku tuh cuma mau pulang itu aja susah ya buat kamu kabulin! baik kalau kamu gamau aku bisa pulang sendiri." gadisnya itu sekarang berani memandang Dimas dengan tatapan sinis.
"TERSERAH.!" marah Dimas.
mendengar omongan Dimas seketus itu membuat Luna kembali menunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan meraung menangis sesegukkan kemudian menenggelamkan wajahnya dibantal. Ia sangat takut sekarang. apalagi saat Dimas menyebut namanya tadi garang sekali. sepertinya Luna bukan hanya takut dengan rumah ini tapi juga takut saat Dimas sudah mode marah seperti ini.
Dimas tak tahan dengan sikap Luna saat ini, bukan apa - apa untuk kembali ke jakarta bukan sekedar ambil barang - barang terus pulang, beres! ini butuh persetujuan apalagi saat ini teman - teman mereka sedang serius memulai tugas mereka untuk kedepannya, bukan hal mudah memutuskan semua ini hingga sampai dititik kita sudah bisa mengajar dan membuat laporan, butuh beberapa referensi dan dukungan apalagi semua ini adalah tugas akhir.
Dimas kemudian mendiami Luna dan beranjak pergi dari kamar tersebut.
BRAKK..
mendengar suara pintu yang ditutup secara keras membuat jantung Luna mencelos, Luna menoleh kearah pintu yang tertutup lalu Ia bangun dari ranjang dan membuka pintu itu sedikit untuk memandang punggung tegap itu yang menjauh menuruni tangga dengan tatapan sayu, bagaimana ini Dimas tak mempercayai omongannya . Ia sakit hati. tapi, omongan Dimas ada benarnya juga.
" Egois, kekanakkan, dasar penakut! kenapa sihh gue sesensitif itu, nethink mulu kerjaannya." Luna memukul - mukul kepalanya merancau tak jelas, melihat hasil ulah nya yang membuat Dimas yang tadinya masih sabar dengan sikapnya hingga marah seperti itu. jujur, ini adalah pertengkaran paling hebat menurutnya selama Ia berhubungan dengan seorang Dimas yang memang terkenal paling dingin seantero kampus. selama ini walaupun dengan sifat kaku dan dingin nya seorang Dimas, Ia tak pernah menunjukkan sifat itu kepada Luna yang terbilang sedikit manja, Ia lelaki nya sabar dan lembut. "Bodoh kamu Luna" tubuhnya merosot dipintu itu menangis kembali mungkin sekarang sudah bengkak, sampai mata cantiknya tak lagi mampu menahan rasa berat yang terus menyerangnya.
*******
setelah pertengkarannya dengan sang kekasih, Dimas mendudukan dirinya dihalaman depan rumah sembari memandang pepohonan yang terasa sejuk, teduh dan menenangkan. Ia harus meredam rasa marahnya bahaya jika terus berada disisi Luna yang sedang kacau seperti tadi. ia takut kebablasan dan malah membuat sang kekasih tambah tertekan. sebenarnya Ia tak ada maksud untuk membentak, Ia hanya terbawa suasana apalagi Luna menyebut masalah sepele ini ke arah kata - kata sakral yang paling dibencinya. seprustasi itukah Luna.? apa yang terjadi sebenarnya pada Luna.?
Dimas menghelah napasnya, setelah merasa tenang Dimas kembali kedalam rumah tapi bukan untuk kekamar melihat keadaan Luna tapi Ia harus masak untuk makan malam, dengan modal kemampuan yang amatir setidaknya anak - anak dapat makan kan, walaupun hanya menggoreng telur dan memasak nasi biarlah nanti tugas Thania dan Uchi yang memasak sayur lagian sayur enak pas dimakan setelah dari wajan karena masih dalam keadaan panas.
setenang - tenang dirinya memasak didapur hatinya dan otaknya sebenarnya tak sejalan, pikirannya terus saja kearah Luna yang sudah Ia tinggalkan satu jam lalu. tapi egonya kembali menguasai dirinya , Ia tidak kembali kekamar itu untuk melihat keadaan Luna, Dimas malah keruang tv dan membaringkan tubuhnya disofa lalu ngantuk tiba - tiba membuatnya lupa segala hal yang terjadi.
*tobe continue