Bab 12 GANGGUAN HATI
Saat ini Angga, Aryo , Zidan ,Uci dan Thania ditemani Pak Amir sedang berjalan menuju ke sekolah yang akan mereka jadikan tempat mengajar dan berbagi ilmu pengetahuan, baik pengetahuan dalam hal pelajaran, umum maupun sosial. Ya, mereka sudah merencanakan banyak hal untuk mengajari anak- anak disana nantinya. walaupun hanya mereka bertujuh dan sedikit keluar dari anjuran universitas mereka, tapi mereka ingin sekali memberikan ilmu yang bermanfaat untuk anak - anak yang berada diplosok desa. bahkan , teman - teman seangkatan mereka berlomba - lomba supaya bisa mengajar disekolah bertaraf internasional ataupun sekolah negeri yang cukup populer dikota jakarta untuk tugas akhir mereka.
tapi pemikiran tujuh sahabat ini berbagi ilmu kepada mereka yang kekurangan tenaga pengajar adalah salah satu pilihan yang tepat. hemmm sedikit berbeda dari anak - anak yang lain tidak apa - apakan apalagi ini menyangkut masa depan yang baik.
sekolah itu tidak hanya mengajar satu tingkat SD, SMP, ataupun SMA tapi satu sekolah itu merangkup tiga tingkatan diatas. Jadi, harus banyak pengetahuan yang harus dibagi. Diperjalanan yang panjang itu menempuh waktu kurang lebih satu jam.
Mereka melewati jalan yang belum diaspal ini, tapi jalannya bagus tidak loyak walaupun hanya beralaskan kerikil dan tanah, mereka juga sempat melewati jalan setapak yang dikelilingi rimbunan pepohonan tropis, perkebunan, tanah menanjak dan sawah - sawah warga yang tinggal disana. Diperjalanan menuju sekolah memang anak - anak cowok yang memimpin, yang paling depan ada Pak Amir dan Angga sedangkan para cewek di belakang. tak terlalu menyeramkan karena selang beberapa jauh ada rumah warga , beberapa jalan kembali ada rumah tetangga seperti itu seterusnya.
saat tiba dijalan setapak kecil dikelilingi perkebunan rumput besar yang menyerupai bambu biasa disebut tebu tiba - tiba dari arah kanan semilir angin menerpa Thania yang berjalan paling belakang.
Hufffftttttt.......
Tengkuk Thania seketika meremang, merinding bulu kuduknya pun naik , hembusan angin dingin menerpa tengkuknya yang saat ini mengenakan syal tebal, sangat tidak masuk akal. Thania yang berkepribadian kalem dan tertutup memang selalu meniru urban style , mengenakan jeans dengan dipadukan sweater biasa juga diberi syal . Dan sontak saja ia langsung menoleh kebelakang dan..
Bummmmmm....
asap putih mengelilingi arah pandangan Thania tak lama asap itu menampilkan wujud makhluk menyeramkan. sepasang netra berwarna coklat itu menangkap bayangan seseorang. Ah ralat sesosok perempuan, berbaju putih, tapi bajunya penuh dengan bercak darah, bahkan ada bekas luka parah , bisa dibilang baju putih itu rusak di bagian dadanya dan darah itu terus mengucur tanpa henti.
Seketika mata Thania tak dapat teralihkan dari pemandangan yang ia lihat saat ini, badannya terasa kaku seakan mendadak tak dapat digerakkan. Mata itu bertemu dengan netra coklatnya , pandangan mata yang menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Tanpa ia sadari air mata sang sosok menetes banyak dan semakin banyak sampai pandangan Thania semakin tak jelas, sesosok itu perlahan menghilang membuat Thania mengucek - ngucek matanya berusaha memastikan pandangannya, dan benar saja makhluk itu sudah tidak ada dengan meninggalkan semerbak bau bunga khas kematian, bau melati menerpah hidung mancungnya.
Thania masih kelihatan bingung dan di otaknya sekarang penuh dengan tanda tanya.
Siapa dia.? kenapa sebenarnya dia,? Siapa yang membuatnya sampai seperti itu.? Kenapa dia menangis.? Apa yang hendak ia sampaikan.? Pikir Thania.
" Woi.!! Diem aje , jangan ngelamun . Noh kita ditinggalin anak - anak , ayo !! Uchi menepuk bahu Thania sedikit keras, barulah Thania tersadar dan kembali menyusul Uchi yang sudah adda didepan .
Kalian pasti berpikir kenapa Thania tidak takut apalagi berteriak ketika melihat sesosok itu,.? Jawabanya ya karena Thania tak takut sama sekali, ia sering menghabiskan waktunya dalam kesendirian, sipendiam sangat berbeda dari keenam temannya yang ceria.
Thania, ia bukan paranormal ia hanya memiliki anugerah yang didapatkannya dari sang Oma, sixsense yang sudah ia dapatkan sedari lahir sehingga makhluk seperti itu tak jarang kerap Ia temui dimana - mana termasuk saat pertama kali Ia memasuki rumah yang saat ini mereka tempati, Ia memaklumi memang disegala tempat makhluk semacam itu ada dimana - mana ya karena manusia hidup berdampingan dengan makhluk ghaip ciptaan Tuhan itu.
mereka memang tau kemampuan Thania yang satu ini tapi sama sekali tak pernah mengungkitnya karena semakin kita membahas hal- hal tersebut akan semakin besar pula sugesti dalam pikiran kita mengeluarkan rasa takut dalam diri. Thania tak hanya bisa melihat namun juga berkomunikasih tapi semua itu tak pernah digeluti olehnya karena Thania tak mau berurusan sama makhluk tembus pandang itu, Ia hanya akan diam dan memperhatikan penampakan makhluk tersebut sampai benar - benar hilang dengan sendirinya, entahlah Thania hanya seseorang yang penuh rahasia dalam hidupnya yang misterius itu.
***************
Terlihat bangunan yang berdiri kokoh dengan cat yang sedikit memudar, tampak sekolah bercat dinding biru muda itu mengalihkan atensi keenam orang yang menghirup napas sebanyak mungkin, cukup melelahkan memang tapi jika dipikir - pikir tak terlalu berat juga, berangkat bersama sembari bercerita tak membuat mereka jenuh dan setelah melihat sekolah tersebut rasa lelah yang menumpuk seakan hilang digantikan senyum ramah melihat anak - anak yang tetap semangat meraih pendidikan demi masa depan yang sama - sama mempunyai tujuan membahagiakan orangtua dan juga bangsa.
setelah dirasa cukup melihat - lihatnya, sembari menampilkan senyum ramah mereka memasuki gerbang sederhana sekolah tersebut .
' SEKOLAH NEGERI 48 '( SD , SMP SMA DESA SUKASANA WARENG ) tulisan yang besar tersemat di gapura sekolah. mereka disambut oleh kepala sekolah tersebut bernama Bu Laraswati. kemudian Ibu laraswati mengajak anak - anak mengelilingi sekolah dan mengobrol banyak mengenai sekolah tersebut.
"sukasana wareng." lirih Aryo mengeja kata disalah satu dinding disekolah yang juga ada beberapa kaligrafi, mungkin gambaran anak - anak yang dibuat sengaja untuk mengekspresikan keahlian mereka di sekolah.
"tau gak lo artinya.?" celetuk Zidan yang berada di sebelah Aryo, Aryo menggeleng tanda tak mengerti dan menoleh kearah Zidan yang menampilkan wajah jengah.
" hahhhhhh gitu aja enggak ngerti.!" sahutnya lagi memutar kedua bola matanya.
" emang lo tau artinya Apaan .?" kali ini Uchi menimpali ucapan Zidan.
" yaaaa enggaklah makanya gue tadi tanya sama Aryo.!" ketus Zidan menampilkan raut datar tanpa dosa minta ditampar kayaknya.
"yee kirain tau lo, lagian orang nanya gak gitu nadanyaaaa." kesal Uchi menekan kata 'nadanya' dan menepuk keras lengan atas Zidan kesal.
" hahaha wareng itu artinya 'keturunan kelima' kalo gak salah iya Bu, dan juga kenapa dinamain wareng karena didesa ini terdapat banyak pohon wareng. jadi, dinamain 'sukasana wareng'." jelas Angga yang diangguki Bu Laras.
" 'keturunan kelima' maksudnya.?" tanya Uchi kembali yang hanya direspon Angga mengedikkan bahunya tidak tau.
"jangan terlalu kepo jadi orang.!" ketus Zidan menyentil dahi lebar Uchi yang tertutup poni, mendapatkan sentilan dari Zidan membuat Uchi mendelik kesal kearah Zidan.
Thania hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah para sahabatnya, selagi berbincang mengenai sekolah ini dengan sang kepala sekolah sempat - sempatnya mereka berdebat. setelah cukup berkeliling mereka diajak menuju ruangan kepala sekolah dan memeriksa beberapa dokumen laporan yang akan digunakan untuk penilaian kepada mereka nanti semasa tugas ini tak lupa juga mereka semua memperkenalkan diri masing - masing tak terkecuali Dimas dan Luna yang diberitahu bahwa mereka tidak bisa datang untuk hari ini karena ada kendala yang mengharuskan mereka istirahat dirumah.
**********
" Luna..... Luna......" mendengar suara berat yang memanggilnya mata itu mengerjap dan melihat sosok kekasihnya yang berjalan pelan menghampirinya yang sedari tadi terpejam dan duduk dipinggir ranjang membelai pipinya lembut, mata itu.....
lama - lama elusan itu berubah menjadi cengkraman keras dan merambat keleher mencekiknya kuat, Luna yang terkejut tak siap mengelak perlakuan lelaki yang tak lain adalah kekasihnya tapi pemikirannya segera ia tepis saat bau ini menyeruak kehidungnya. bau ini..... ini bukan Dimas batinnya berteriak.
mulut nya seakan terasa kelu untuk bersuara memanggil sang kekasih, perlahan wajah itu berubah merah dan brashhhh menghitam dengan tubuh besar berbola mata hitam melotot kearahnya dengan tangan itu masih mencekiknya, mengangkatnya dari ranjang ketengah ruangan itu sampai Ia merasa sangat tinggi sekarang.
dengan sekuat tenaga tangan lemah Luna meraih tangan hitam makhluk didepannya ini berusaha mengurangi kekuatan sang iblis yang mustahil mampu diatasinya demi berteriak sekencang - kencangnya .
"DIMASSSSSSSS.......!!!" Cekikkan itu makin kuat membuat Luna tak dapat menarik napas barang sedikit pun, urat - urat dileher dan dahinya terlihat menonjol akibat tarikkan keras sang makhluk menyeramkan ini. keringatnya mengucur deras dengan detakan jantung yang keras, membuatnya sesak yang teramat sakit.
" tak akan aku biarkan kau hidup bahagia wanita kejam!!" samar - samar Luna mendengar suara berat yang dikeluarkan dari mulut makhluk itu, asap - asap terlihat hitam yang mengelilingi tubuhnya.
"bby, aku gak bisa buka kamar kamu.?" suara itu ... Dimas kekasihnya.
teriakkan dari luar membuat Luna menoleh kearah pintu sesekali mengatur napasnya untuk kembali memanggil Dimas.
" Dimassssssssss...!! pl-ease-- to--long.... egh heeeeeegh." Luna tak kuat lehernya perih suaranya teredam karena cekkikan makhluk ini dan napas nya putus - putus, mungkin tamat riwayatnya sudah.
Ia tak sanggup lagi.! hanya doa - doa yang mampu Ia ucapkan didalam hatinya.
"bby, Luna kamu denger aku gak, aku gak bisa buka pintu ini, kamu kunci ya.." Air matanya menetes mendengar suara Dimas yang sarat akan kekhawatiran terdengar gedoran pintu yang semakin menjadi.
"Dimmm.........!" semakin pupus harapannya Luna sama sekali tak dapat menghirup udara lagi matanya semakin meredup, sangat sakit semakin lama mata itu hendak menutup semakin menyeramkan pula makhluk yang tertawa didepannya..
HHHHHH.....
Sebelum mata itu benar - benar menutup suara dobrakan pintu yang terbuka membuat Luna tersadar dan terduduk dilantai sambil menangis, menangis hal yang terjadi kepadanya karena makhluk itu sontak menghentikkan cekikkannya dan menghilang ....
tapi, disudut kamar makhluk itu kembali dengan seringaian yang sangat menakutkan dengan gigi taring dan mata gelapnya makhluk itu bergerak semakin dekat dengannya dan tubuh nya semakin besr membesar sehingga Luna seakan merasa sangat kecil...
ARGHHHHH jangan mendekat .... tolong..... tolong
HHAAAAAAhhhhhhhh... hah .. hah... Luna kembali kedalam dunia nyata, kejadian beberapa jam lalu terulang bak kaset rusak didalam pikirannya sekarang tanpa permisi memasuki mimpinya . Luna terbangun dari tidurnya, Ia masih dilantai dekat pintu tadi, seingatnya setelah melihat Dimas beranjak dari kamarnya Ia meluruhkan tubuhnya dipintu. hiks hiks....
sakit semua badannya yang Ia lakukan hanya menangis, berarti Dimas sama sekali tidak menemuinya kembali , karena Ia tetap berada disini kan. Dimas benar -benar marah padanya.
tobe continue*
note:
" maaf jika ada kesamaan nama tempat dan kesalahan nama tempat ataupun daerah, karena cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil ide saya sendiri.. terimakasih :) "