Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 KEJANGGALAN

hiks hiks....

Yang bisa ia lakukan hanya menangis ketika terbangun, menangisi tingkahnya yang membuat orang lain jengah. badannya terasa kaku dan dingin sekali mungkin karena ia tertidur dilantai. Luna melihat sekeliling penjuru kamar, tapi.... tunggu dulu bukankah ia sudah dipindahkan oleh Dimas di kamar Uchi dan Thania tempati. kenapa ia kembali kedalam kamarnya sendiri.? bagaimana bisa.? bahkan ia bertengkar dengan Dimas dikamar sahabat nya. kenapa bisa ia kembali kekamarnya sendiri. apakah mungkin ia setelah bertengkar pindah sendiri, sepertinya tidak mungkin karena masih jelas dalam ingatannya ia kembali menutup pintu kamar sahabatnya setelah melihat Dimas keluar bukan untuk kembali kekamarnya... bagaimana bisa.?

BRAKKKK.... KRIETTT..

syutttttttt... gorden dikamar tersebut berterbangan disapu angin yang kencang.

saat memikirkan hal - hal yang kemungkinan terjadi Luna dikejutkan dengan pintu jendela itu yang terbuka kencang tiba - tiba dan juga angin dingin tiba - tiba menerpa tubuhnya membuat sang empu merasa mengigil , dan beranjak menuju jendela untuk menutupnya kembali.

Luna berdiri mematung didepan jendela melihat keluar jendela yang berhadapan langsung dengan pemandangan hutan belakang, Luna terdiam melihat pemandangan di luar seseorang yang sanagt ia cintai. Dimas sedang berdiri diam disana.

" Dimas, sedang apa dia.?" tanyanya dalam hati.

tangan yang sedari tadi memegang gorden kini beralih menyentuh kaca jendela lebar itu, ahhh ternyata disebelah jendelah ada pintu kaca dan didepannya sebuah balkon yang lumayan tak terlalu besar, Luna melangkahkan kakinya menuju balkon tersebut yang menuju langsung kearah belakang terdapat juga tangga kecil yang menghubungkan kebawah.. ehh? unik sekali tangga melingkar ini seperti nya dibuat khusus agar bisa langsung kearah hutan belakang, tidak lupa kan dibelakang terdapat pohon yang sangat besar dan beberapa kayu -kayu yang ditumpuk, juga beberapa kursi rongsokkan dan besi - besi yang berkarat.

dengan pelan Luna berjalan kearah Dimas , ia ingin meminta maaf pada lelaki itu dan menjalankan tugas mereka , berusaha berisikap dewasa dan melupakan rasa takutnya . iya semua itu sudah ia pikirkan sebelum tertidur dilantai tadi. Luna mngeratkan sweater yang melekat di tubuhnya karena udara sangat dingin dan juga angin - angin yang menerpa membuat rambut panjangnya berterbangan menghalangi pandangannya. tapi kenapa Dimas disana, mengamati pohon besar itu pula.? hemmm...

" bby, bby...? Dimassss, kamu ngapain disana ..? " Luna memanggil - manggil nama itu berulang kali, kok dia gak denger.? Apa suara gue yang terlalu pelan dan terdengar lemah.?

" bby kamu ngapain sih.?" kok diem aja ni anak mandangin pohonya serius banget. Gak noleh lagi , ini gue udah deket banget kali.

Bugh

Kali ini gue tepuk bahu nya, yup dia menoleh dan......

Aghhhhhhhhhhh

" Astafirullah .. " semua terasa gelap dan seperti ada yang menangkap gue didalan gendongannya.

*************

Setelah selesai mengajar disekolah negeri desa tersebut lima sahabat itu kini sudah beranjak untuk pulang kerumah. sedangkan Pak Amir sudah pulang duluan karena ada yang harus ia urus didesa.

Diperjalanan pulang banyak sekali hal janggal yang menganggu mereka untuk cepat sampai dirumah, pertama kaki Aryo yang terluka terkena kapak waktu itu kembali berdarah sehingga mereka berhenti dan mengobati serta membalut luka Aryo kembali tertutup. Kedua, Uchi sempat menghilang dan tiba- tiba ada dihadapan mereka disaat mereka sama- sama mencari Uchi , orang yang dicari pun hanya berkata.

" gue ga kemana- mana , orang gue disini trus, gue bingung sama kalian yang lagi cari apa.? makanya gue berdiri didepan kalian, gue tanya gak ada yang jawab, serasa setan gue gak dilihat."

Sungguh aneh bukan. Dan kali ini keanehan kembali terjadi , ya kali ini Thania yang menyadari akan keanehan yang terjadi, matahari yang mulai menggelap membuat ia semakin panik apabila dugaannya ini benar bahwa mereka sedang dipermainkan oleh penghuni hutan ini.

" hey guys, kalian sadar ga sih. Kita udah melewati jalan ini tiga kali."

Ucap Thania sambil memandang sekelilingnya.

"Ah ngawur lo, mana ada lah orang jalan pulang itu cuma jalan lurus doang." sahut Aryo sakartis

" enggak, aku beneran ini. Kalian gak lihat .! Itu .. Itu pohon besar itu udah kita lewati tiga kali" tunjuk Thania pada pohon tua besar yang tumbuh tepat disamping kanan mereka.

" Ah masa? Coba apa lagi buktinya Than.?" tanya Zidan

" ehmm ya ini ni, jalan ini agak terjal ke bawah sana, dan tanaman menjalar yang ada disamping kamu . !" jawab Thania

" Namanya juga hutan Thania, ya pasti kebanyakan yang tumbuh ya tanaman yang sama. mau pohon, bunga ataupun tumbuhan blukar " kali ini Angga menanggapi ucapan Thania yang mungkin ada sisi benarnya .

" enggak Ngga, aku bener! Serius . Sumpah.! Aku ga ngada- ngada kok.!"

Sembari menaikkan tangan kananya dan membentuk jari nya seperti huruf V , Thania melirik satu persatu sahabatnya yang nampaknya tidak percaya namun tidak menghilangkan kepedulian akan pendapat Thania tersebut. Akhirnya dengan kesepakatan bersama hasil dari pemikiran seorang Angga , mereka menandai tempat itu, baik dengan slendang Uchi yang dikaitkan dipohon maupun pita rambut milik Thania yang di ikatkan pula pada tanaman merambat .

" Ok, kalo gitu kita jalan lagi. Kalo memang kita kembali ketempat ini, gue mohon, kita istirahat sebentar menghabiskan waktu azan magrib dan kembali berjalan kerumah. Dan juga berdoa agar dimudahkan jalan kita untuk pulang sama Allah swt." ucap Angga yang di Aminkan oleh mereka serempak.

" iya, lagian udah mau magrib ini buruan. sebentar lagi gelap, bahaya bro." sahut Zidan .

" Ayo.!" Aryo menimpali kemudian mereka berjalan kembali dengan perasaan was - was tapi tetap masih saling melindungi, Angga dibarisan paling depan, sedangkan Zidan dan Aryo dibarisan belakang menjaga para wanita dtengah - tengah mereka.

Setelah sepuluh menit berjalan, benar saja mereka kembali pada tempat itu, pita Thania dan slendang Uchi masih terkait cantik disana.

Mereka memandang satu sama lain, tidak percaya akan hal yang terjadi pada mereka barusan.

HUSSSSHHHHH........

Angin berhembus dengan sangat kencang, ditengah jalan yang mereka lalui dan penuh dengan pohon ini mereka bersama - sama saling berpegangan tangan membentuk lingkaran sembari memejamkan mata dan berdoa didalam hati masing - masing.

Didalam hati yang takut , panik , dan kecemasan membuat mereka menjadi kesatuan yang kuat , zikir terus di dikumandangkan oleh Angga didalam hatinya.

Selang beberapa menit angin itu meredah, mereka membuka mata mereka dan apa yang terjadi kemudian. Tepat bayangan hitam bermata merah menyalah terlihat di balik pohon besar yang sempat ditunjuk Thania sebagai bukti bahwa mereka memang tak kemana - mana dari jalan itu, tidak semua dari mereka yang dapat melihat namun mereka semua dapat merasaka hawa negatif dari daerah itu. Thania dan Angga yang tak sengaja bertumpuk mata melihat makhluk itu langsung kembali memejamkan mata dan berzikir serta meminta perlindungan kepada sang Maha Pencipta.

Mereka yang tidak mengetahui apa - apa hanya ikut diam dan masih memegang tangan sahabatnya, Uchi merangkul tangan Thania ketakutan. mata Angga dan Thania kembali terbuka, semua hilang. Mereka baru bisa bernapas lega.

" Ayo guys, cepat . Sebelum waktu magrib habis, kita harus sudah sampai di rumah." ucap Angga tegas yang dianggukan para sahabatnya. Akhirnya mereka semua kembali berjalan dan kali ini semua kembali normal seperti biasa tanpa gangguan.

tobe continue*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel