Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 AWAL KEMARAHAN

Denting jam menunjukkan tepat pukul satu malam, Luna yang tidur sendirian merasa tak nyaman karena panggilan alam nya. lagi - lagi Ia tak dapat menahannya, Ia kebelet pipis, dengan terpaksa dan rasa malas yang mendera akhirnya mata cantiknya mau tak mau mengerjap dan terbuka, Luna bangun dan berjalan dengan malas bergegas ke kamar mandi agar cepat menuntaskan keinginannya dan kembali ke tempat tidur pasalnya Ia sangat susah tertidur saat setelah kembalinya Dimas tadi.

karena benar pikiran sang kekasih bahwa Ia tak bisa memejamkan matanya lantaran rasa takut yang terus memepengaruhi pikirannya saat didalam kamar sendirian dengan cahaya lampu yang temaram menambah kesan sunyi dan seram apalagi dengan jendela tempat tidurnya yang bertepatan dengan rimbunan pohon besar samping rumah tersebut.

kesialan menghampirinya kali ini, entah kenapa air didalam kamar mandi diatas mati dan Ia tak dapat menggunakan nya, karena kamar mandi dilantai dua menggunakan toilet bergaya duduk , jadi mau tak mau lagi Ia harus menahan rasa takutnya, sempat terlintas didalam pikirannya untuk mengetuk pintu kamar Uchi dan Thania tapi mau bagaimana lagi mereka tak ada yang menyahut, mungkin karena faktor kecapek - an dikarenakan perjalanan jauh yang harus mereka tempuh untuk sampai ke desa ini dan tentu saja kegiatan mereka tadi.

dengan langkah gontai dan pelan Luna turun kelantai bawah mencari kamar mandi yang berada di belakang samping dapur, kamar mandi dibawah rumah tersebut memang hanya satu dan sangat menyeramkan menurut mereka sendiri. berada di dekat dapur yang langsung berhadapan dengan pintu belakang . setelah sampai dilantai bawah tak lupa juga Ia menghidupkan beberapa lampu ruang dapur dan beberapa lampu yang dibutuhkannya, karena dengan chaya yang terang sedikit melunturkan rasa takutnya.

Saat Luna hendak masuk ke kamar mandi tersebut, hembusan angin menerpa wajahnya seolah ada seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi itu , hembusan angin yang menyentuh wajahnya terasa sangat dingin seketika pula harum wewangian dan wangi ini ...

Hushhhhh.....

tubuh nya seketika bergetar ketakutan, jantungnya seakan mencelos mengingat bau ini, bau lelaki yang Ia peluk tadi sore . lelaki yang menyerupai Dimas, lelaki dengan senyum jenakanya , lelaki dengan suara rendahnya , lelaki yang bermata tajam. tidak - tidak tidak itu pasti halusinasinya . itu pasti Dimas yang sedang mengerjainya, Ia tau betul sifat Dimas yang suka jahil terhadap dirinya. pasti Dimas pura - pura langsung bermain bersama temannya ketika Luna menghampiri mereka dihalaman depan tadi membuat Ia berpikiran bahwa Dimas tak menemuinya didapur.

iya seperti itu, benar! tapi Ia kembali ragu dengan bau ini...

setelah menetralkan rasa yang bergejolak itu, Luna mencoba mengabaikan rasa takut dan penasaran nya dengan bersugesti "semua bukan apa - apa, semua hanya halusinasinya saja". segera Ia cepat - cepat memasuki kamar mandi, ya karena rasa ingin menuntaskan panggilan alamnya ini lebih penting.

Setelah selesai Luna keluar dari kamar mandi, Luna dikejutkan dengan melihat Dimas berdiri membelakanginya, kenapa Luna tau itu Dimas.? ya karena Luna sudah sangat hapal Dimas bagaimanapun. hanya laki laki tersebut mempunyai model rambut undercut sedikit curly dan rambut yang tak terlalu gelap sebab teman laki laki nya yang lain tidak lah curly seperti Dimas. Angga dengan rambut gelapnya yang lurus, zidan yang selalu suka menguncir rambut sedikit panjangnya dan Aryo yang berponi, lalu siapa lagi kalau bukan Dimas dihadapannya ini kan.

"bby, kamu ngapain.?" tanya Luna yang kemudian menghampiri sang kekasih, Dimas yang terlihat sedang minum sesuatu sontak menoleh dan melihat mata cantik kekasihnya.

"heyy kamu ga papa.? kenapa ga tidur.?"

" ditanya diem aja, males ahh aku mau lewat. minggir!! ketus nya pada Dimas yang hanya diam sesekali matanya memperhatikan gerakan pelan Luna.

"aneh " pikir luna dan Ia segera berlalu dari hadapan Dimas.

Luna melewati Dimas dan berlalu dari dapur rumah itu, tapi saat ditengah anak tangga Ia menepuk dahinya karena lupa untuk minum air putih, syukurnya mereka sudah membawa air bersih dalam kemasan galon dari rumah pak Kades.

berhubung sudah disini kenapa harus takutkan. sudah kelewat basah dan tidak ada apa - apa , apalagi ada Dimas didapur , keberaniannya jadi bertambah . Ia kembali kedapur yang sangat terlihat tidak terawat ini, jelas saja rumah itu sudah tidak dihuni bertahun - tahun.

ketika sampai didapur kembali Luna tak menemukan keberadaan Dimas lagi, apa secepat itu Dimas kembali kekamarnya,? tak ambil pusing Luna pun segera menghampiri tempat disimpannya gelas- gelas bersih yang lagi - lagi mereka bawa dari rumah Pak Kades.

Saat minum pun lagi - lagi Luna merasa terganggu dengan makhluk tak kasat mata yang mungkin penghuni rumah ini, suara cekikikan dan larian anak kecil terdengar diindera pendengarannya, padahal ia sangat yakin kalo rumah tersebut berdiri sendiri tanpa adanya tetangga, dan tidak mungkin pula anak- anak kecil bermain ditengah malam seperti ini. Sontak saja bulu kuduk Luna berdiri ia seakan enggan menoleh kebelakang, merasa seperti ada seseorang yang memperhatikannya . apa mungkin Dimas.? Dimas tadi bisa jadi kekamar mandi kan.?

Dengan memejamkan matanya Luna berucap dan berdoa didalam hati. Bahwa ia sangat butuh perlindungan sang Maha Kuasa untuk saat ini. tak Ia hiraukan lagi pikirannya yang mengatakan jika memang Dimas yang berdiri dibelakangnya itu, saat ini Ia hanya butuh kembali kekamarnya.

" Ya Allah, lindungi aku dari setiap makhlukmu yang gaib . Kuat kan aku dan beranikan diriku untuk kembali ke atas Ya Allah. Amin. Bismilah " doa nya dalam hati.

Dengan sekali tarikan napas Luna membuka matanya dan kembali ke lantai atas . Ia berlari dengan sekuat dan seberani mungkin untuk kembali ke kamarnya , meski menaiki tangga ia tak peduli . Dengan sekencang mungkin Luna berlari namun na'as , ia kembali dikejutkan saat telah mencapai atas tangga dengan penampakan yang sangat menyeramkan . Ada makhluk hitam yang sangat tinggi berdiri di ujung tangga . Dengan badan besar , mata merah menyalah sontak membuat Luna terkejut bukan main yang menyebabkan ia tak seimbang dan jatuh ke bawah tangga.

Aaaaakhhhhhhhhh

Dugh dugh

Dugh dugh kedubrakk

" Arghh. Ahhh ha ha , Astafirullah "

Dengan napas tersengal- sengal Luna mencoba bangkit, sekujur tubuhnya seolah mati rasa, ia merasa tak sanggup untuk bangkit. Bahkan tak ada setetes darah pun saat ia terjatuh dan terguling ditangga ini, entahlah. Hanya rasa berat dan kesakitan yang luar biasa ia rasakan saat ini. Mungkin lebam dan luka dalam pikirnya. Luna mencoba untuk bangkit , namun masih saja tubuhnya seakan diberi beban , ia tak bisa melihat dengan jelas, seperti saat ini ada seseorang , ah bukan ralat makhluk tadi berjalan menghampirinya.

"tuk tuk tuk ." seperti bunyi seseorang berjalan kearahnya, makhluk itu berjalan mendekatinya namun mata Luna hanya menangkap Makhluk itu melayang tak menapak di lantai tapi bunyi sepatu itu terus saja berbunyi mendekatinya , aroma seperti arang pun tercium dan semua gelap. Luna kehilangan kesadarannya.

*******

Pagi yang cerah, burung yang hidup dihutan tersebut berkicau ria membangunkan semua manusia yang masih setia menutup matanya, padahal seekor burungpun telah mencari makan .

Pagi ini rumah sementara mereka dihebohkan dengan keanehan saat mereka terbangun , yang bangun paling pagi adalah Angga, ia bingung kenapa ia terbangun di bawah ranjang, selama ini dia tidak pernah sekalipun nakal dalam tidurnya. Dan lagi anak- anak lain pun sama, seperti Aryo yang terbangun harus merasakan sakit di tangannya sebab ia terbangun dengan tangan keram akibat terlalu lama tertindih sebuah dus berat yang berada di samping ranjangnya, logika pun tidak akan masuk karena ia saja tidur di ranjang dan sekarang ia merasa aneh kenapa ia berpindah disamping ranjangnya dengan duss berat yang berisi perlengkapan mereka menindih tangannya.

"Arghhh, sakit banget. Kenapa dus ini ada disini.? " rintih Aryo kesakitan.

Sekarang Zidan yang merasa keanehan terjadi padanya, bagaimana tidak ia terbangun di bawah kolong meja makan yang berada didapur, sangat tidak masuk akal karena ia tidur dikamarnya tiba- tiba terbangun didapur , dikolong meja makan lagi, Aneh.

" lah dimana gue, haaaa kok gue disini, perasaan semalem gue tidur dikamar dehh. Ngapa jadi didapur.?" tanya Zidan pada dirinya sendiri.

tak luput juga Dimas yang mendapat keanehan . Dimas terbangun diranjangnya dengan kaki menggantung, terikat sebuah kain tipis berwarna putih. Ia terkejut dan segera melepaskan ikatan itu yang mengakibatkan kakinya keram .

Lain para cowok lain lagi para cewek, Thania dan Uci yang notabennya tidur satu kamar merasa aneh karena mereka terbangun dengan posisi menjuntai di ranjang dengan kepala dibawah, sontak saja kepala mereka terasa pusing seakan ada yang menarik rambut mereka dengan kuat.

" astagah, kenapa palak gue. Sakit bener. Ini pasti Thania ni tidurnya nakal ini.. !" omel Uci geram sendiri

Setelah kejadian aneh tersebut menimpah mereka, kini mereka telah bersiap untuk berangkat menuju sekolah yang nantinya akan mereka jadikan tempat membagi ilmu, sebelum itu mereka menyempatkan sarapan pagi dengan lauk seadanya sambil menunggu Pak Amir untuk menunjukkan sekolah nya dan sekaligus mengantar mereka.

" kalian ngalamin hal aneh ga bangun tidur tadi.?" tanya Aryo.

" iye, gue heran nngapa gue tidur dikolong dapur ya, perasaan gue kagak ada riwayat tidur sambil jalan.!" jawab Zidan sembari mengurut pelipisnya pusing.

" lah gue bangun kaki gue digantung, mau nyalahin si Angga kagak mungkin, wong orangnya kalem gitu." kali ini Dimas bersuara.

"kita - kita apalagi ga mungkin ngerjain lo, niat banget nungguin lo tidur. keluar buat ke kamar mandi aja ngeri - ngeri sedap." celetuk Aryo dan diangguki oleh Zidan

" iye , gue ga nuduh kalian, cuma aneh aja."

"iya juga, masa gue bangun dikolong kasur.? gue kalem gini, tidur kok bobrok.!" keluh Angga yang membuat semua temannya terkekeh, iya juga ya masa kalem aslinya pas tidur bobrok.

" nahhh itu yang mau kami omongin, kok kita bisa ngalamin hal aneh pas bangun tidur.? kita semua loh ini, ga cuma lo ataupun lo ."

"hemmm apa jangan - jangan karena kita udah melanggar aturan dirumah ini.?" kali ini Aryo terlihat sedikit pintar dengan pemikiran nya pagi ini.

" iye juga, apalagi kita pada tidur di jam ampir tengah malam." sahut Uchi.

" bisa jadi, hmmmm salah kita juga sih. ga inget waktu."

" dan ga dengerin omongan orang tua.!" timpal Thania kemudian.

" yaudah, buat malam ini kita harus bener - bener konsisten sama aturannya didesa ini, jangan ada yang ngelanggar. cerita ini sampe di kita aja besok - besok jangan banyak omong yang aneh - aneh lah.!" tukas Angga final dan diangguki semua temannya.

kemudian mereka melanjutkan sarapan yang sempat tertunda karena mengobrol mengenai hal aneh yang terjadi semalam, rumah ini benar - benar mengandung misteri.

" eh btw kayak ada yang kurang ga sih ?" tanya Zidan yang merasa ada yang kurang dari mereka.

" maksud lo.?" tanya Aryo bingung

" hmm. Iya ni. Kita kan bertujuh kok cuma ada enam.?" tanya Angga , kemudian ia menoleh kearah Dimas.

Dimas mengernyitkan dahinya bingung karena kini padangan para sahabat beralih kaarah nya.

" cewek gue bego.!" teriak Dimas setelah sadar dari kebingungannya yang langsung terlihat cemas, tanpa menunggu respon sahabatnya Ia segera kekamar sang pujaan hati. Mereka yang melihat tingkah Dimas yang aneh itu hanya dapat geleng- gelengkan kepala.

"cewek sendiri dilupain." celetuk Uchi melihat Dimas berlari ke lantai atas.

"lah tuh juga sahabat lo kecebong, masa kagak lo samperin kekamar nya pas lo mau kebawah.!" sarkas Zidan sembari mencubit pipi Uchi gemas.

" dduhh duhh ehh kirain kita udah dibawah dianya, tau kan dia tuh cewek paling rajin diantara kami." Thania menganggukkan kepalanya membenarkan dugaan Uchi .

" halah alesan.!"

setelah sarapan mereka serempak ke atas melihat keadaan Dimas yang seperti terjadi sesuatu diatas karena cukup lama Dimas tak kunjung turun kebawah.

tobe continue*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel