Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 BONEKA (berdarah)

" ehh btw lo bawa apaan.?" tanya Zidan menghampiri Aryo yang sedang memegang sebuah benda

"ni... "

" apaan..?" tanya Uchi dan Thania serempak ikut melihat yang dibawa Aryo

" hah, apaan emang " tanya Dimas diseberang mereka Ia saat ini sedang memainkan sebuah gitar entah milik siapa dan mengernyitkan dahinya bingung melihat Aryo yang senyam - senyum ga jelas.

" boneka?" tanyanya bingung.

" Aneh lo gini aja di bawak pulang, mau lo bawak buat nemeni tidur? Dasar jones lo" celetuk Zidan .

" enak aja, ya enggaklah. Cuma penasaran aja, boneka ini kayak ada something deh menurut gue." jawab Aryo menahan kesal karena tuduhan sahabatnya itu.

" eh eh sini coba gue liat. !" Uchi merebut boneka aneh itu, dan seolah terhipnotis ia fokus memandangi wajah boneka itu. Entahlah apa yang ia rasakan seolah raut wajahnya berubah sedih ketika netra hitamnya bertabrakan dengan mata bulat sang boneka yang berwarna merah darah.

" kenapa lo.? Jangan bilang mau lo bawak pulang.! Tuduh Aryo berlebihan.

"enggak, ni bonekanya." Uchi mengembalikan boneka itu kemudian berlalu pergi ke dalam rumah dengan menundukkan kepalanya.

" kenapa tu anak.?" tanya Angga bingung melihat perubahan wajah Uchi mereka hanya mengendikkan bahu serempak dan kembali ke aktivitas masing - masing.

Boneka itu masih ditangan Aryo, karena penemuannya itu mendapatkan reaksi yang biasa saja dari sahabatnya seakan tak peduli dan tak ada yang tertarik, ia melempar boneka itu ke sofa yang sudah disetting mereka didepan halaman rumah tersebut , namun lemparannya mengenai kepala Dimas yang sedang duduk sambil memainkan gitar, sontak saja membuat lelaki itu berteriak kesal dan melempar kembali boneka itu kesembarang arah dan tanpa diduga boneka itu terlempar mengenai Luna yang baru saja muncul dari dalam rumah.

"akhhh apaan ni.?" langkahnya terhenti karena terkena lemparan tepat diwajah cantiknya, seketika pandangannya mengarah kebawah kakinya melihat boneka tergolek tak berdaya kemudian Ia mengambil boneka itu dan memandang sang boneka, meneliti , mengusap baju kotor boneka itu, dan sedetik kemudian ia berteriak lantang karena mata boneka itu seolah berkedip menatapnya melotot seperti ingin menuangkan perasaan benci, kesal dan menyesal dari matanya.

Aakkkhhhh..... Luna kembali melempar boneka tersebut tak tentu arah.

" heyy bby are you okay .?" tanya Dimas sembari merangkul Luna yang hampir limbung.

kemudian Luna bertambah histeris kala matanya bersetatap dengan netra hitam Dimas yang memandang nya khawatir , pikirannya berkelana pada saat didalam rumah tadi " bukannya Dimas ada didalam rumah ya, kenapa sudah ada disini saja .? emang ada jalan pintas menuju halaman depan dengan cepat.? setahu dirinya jika melewati samping rumah kan lebih lama .. bahkan sepertinya Dimas sudah berkumpul dengan teman - teman nya sedari tadi.. jika benar lalu siapa yang tadi dan bau ini.... parfum biasa Dimas bukan parfum yang tadi , yang sempat Ia cium didapur tadi.! Ya Tuhan rasanya Ia ingin menangis saja" batinnya berteriak dan sekarang malah membuatnya menangis sembari menutup wajah nya dengan kedua tangannya .

Ia sangat bingung, sebenarnya kenapa dengan dirinya pikirannya terus terngiang - ngiang dengan senyum lelaki yang sempat memeluknya didapur tadi, lelaki yang menyerupai Dimas. siapa lelaki itu.? apakah penunggu rumah ini yang ingin mengusiknya .? jangan sampai, Ia berani sumpah kalau Ia adalah seorang penakut dan sekarang pikiran nya malah takut untuk tidur sendirian dan bagaimana ini, bukankkah kita tak boleh menceritakan hal aneh yang terjadi .? matilah riwayat mu Luna.

" heyy kok bengong.?" tanya Dimas lagi.

" Hahh ahh yaa, ehmmm bukannya kamu tadi didalam kan bby.?" tanya Luna berusaha menghilangkan pikiran buruknya.

"ehh..? enggak kok, aku sama temen - temn dari sore bby. ga kemana - mana apalagi kedalam buat ngapain wong semua diluar." balas Dimas yang sudah melepaskan rangkulannya kepada Luna dan mengandeng tangan itu untuk duduk disofa bergabung dengan yang lain sedangkan Uchi dan Thania serta Aryo masih memanggang makan malam mereka.

" kenapa Lun.? " tanya Angga bingung.

" ehh, enggak kok cuma kaget aja tadi." jelas Luna sembari menyunggingkan senyum manisnya Ia takut teman - temannya curiga dan memaksa nya untuk menceritakan kejadian yang membuat Ia pucat pasih seperti ini dan Luna belum siap untuk mengingat kembali kejadian didapur tadi.

Zidan berdiri menghampiri boneka yang tadi dilempar Luna, ia bingung apa yang sebenernya boneka ini lakukan terhadap mereka . Pertama tatapan menarik untuk mengambilnya lalu rasa kasihan kemudian rasa takut muncul saat lama menatap mata bulat boneka itu.

" ada apa sebenernya ?" Zidan yang bingung hanya menaruh boneka itu didekat duduk nya diseberang sofa yang diduduki Dimas dan Luna.

Thania menghampiri teman - temannya dengan menaruh beberapa makanan yang telah siap dimakan dan atensinya beralih kearah Luna kemudian berseru memperhatikan wajah pucat Luna.

" lo gapapa kan Lun, muka lo pucet."

" gue gapapa kok, yuk lanjut. " ucap Luna menenangkan kekawathiran sahabatnya, padahal hati nya saja masih ketakutan, dan Thania tau itu. Ia hanya bisa mengelus punggung sahabatnya itu menenangkan.

"jangan takut, ada kita - kita. kalo lo udah siap cerita lo boleh kok kekamar kita . kita tidur bertiga." ajak nya kemudian

" eheheh makasih ya, tapi beneran gue gapapa kok. suerr" cengir Luna

***

Setelah semua nya kembali tenang, mereka melanjutkan kegiatannya , membakar ikan gurami, daging , dan sosis tentu saja. Dengan diiringi alunan gitar yang dimainkan Dimas mereka bernyanyi , bersama sunyi nya malam yang hanya ditemani dinginnya angin malam dan pepohonan yang seakan ikut bernyanyi itu sampai - sampai mereka lupa diri. Telah lewat tengah malam.

Setelah selesai makan malam, tiba - tiba tanpa disengaja Aryo menginjak tangan boneka itu yang berada dibelakang duduknya tadi,Aryo mengeryit bingung " lah kenapa ni boneka bisa disini.?" Aryo kemudian melirik ke arah para anak perempuan dan kejahilannya muncul dengan tanpa rasa bersalah ia melempar boneka itu kepada para sahabat perempuannya yang sedang besenda gurau tertawa. Boneka itu terlempar tepat di dalam pelukan luna, sontak saja Luna yang masih takut akan boneka itu terkejut dan melemparkan kembali boneka itu.

" Aaahhh " teriak Luna

" woyyy kenapa jadi gue yang kena."

" pala ni woii, maen timpuk aja "

"anjrrr kena mata gue woi"

"akhhhh boneka jelek !"

"astajim gue diem gue ganteng , makan nohhh"

Terjadilah aksi saling lempar, tanpa disangka mereka boneka tersebut sudah terurai , rusak terogok di bawah tanah. Tangannya putus keluar semua kapas dari boneka tersebut dan kepala boneka itu sedikit patah hampir putus pula. dan bisa - bisa nya mereka hanya melengos pergi tak adad yang menghiraukan bagaimana bentuk boneka itu lagi.

" ehhh guys, astafirullah. udah jam setengah duabelas." sahut Angga memecah keheningan yang terjadi

"ehh masa sih.?" celetuk Uchi

" kok cepet banget udah jam segitu.?"

" rusak tuh jam lo.!" sarkas Zidan sembari kembali mengunyah makanan ringan yang sempat Uchi ambil didalam rumah saat Ia terganggu dengan boneka Aryo tadi sore.

" enak aja, emangnya elo yang pake jam kw bawaannya rusak melulu."

" kulit gue alergi pake yang kw.!" cetus nya kemudian bangkit melihat jam Angga dan benar saja , jam telah menunjukkan pukul setengah duabelas yang artinya mereka harus bergegas merapikan kekacauan ini dan segera tidur.

" iye bener anjr" teriak Zidan

mereka yang mendengar teriakkan Zidan segera menoleh dan membereskan beberapa sisa makanan dengan kilat seakan dikejar anjing, cepat cepat cepat!!!!.

Setelah selesai membersihkan peralatan dan mengembalikan nya digudang tak terkecuali boneka itu. mereka kembali masuk kedalam rumah dan tidur dikamar masing - masing.

**********

" kamu gapapa kan tidur sendiri.?"

"ya ampun bby, udah berapa kali aku denger kamu nanya gitu.?" jawab Luna seraya mendorong bahu Dimas yang hendak melihat isi kamar Luna yang ada dilantai dua rumah tersebut, kini mereka sudah berada didalam kamar masing - masing untuk beristirahat sebelum besok menjalankan tugas yang lumayan membutuhkan energi karena jarak sekolah dan rumah yang harus ditempuh dengan berjalan kaki.

"iyaa kan aku khawatir bby, apa mau aku temenin.?" tawar Dimas yang sukses membuat Luna melotokan matanya dan mendaratkan sebuah cubitan diperut sang kekasih.

" aduhhh bby sakit, astaga masih aja galak.!" aduh Dimas sembari meringis mengusap- usap perutnya yang terkena cubitan maut sang kekasih.

" kamu lagian, mesum bet dah. yaudah sana tidur udah malem. aku juga mau istirahat ini." perintah Luna sembari menepuk bahu Dimas menyuruh lelaki itu untuk segera beristirahat.

" yee kamunya yang mikirnya kejauhan , maksud aku aku temenin kamu sambil duduk dikursi liatin kamu sampe tidur trus aku pindah kekamar sama anak - anak yang lain, aku takut karena takut kamu ga bisa tidur." jelas Dimas panjang lebar.

"apaan sih, aku ga takut ya! "

" yaudah, kalau gitu good night bby, aku balik kekamar. kalau ada apa -apa ketuk aja pintu kamar kami, atau gak dobrakk aja ." kekeh Dimas membuat Luna tersenyum manis dan menganggukkan kepala nya, kemudian Dimas pamit kembali kekamar nya dan tak lupa mencium kening Luna Luna kemudian masuk kekamar nya dan

terjadilah keheningan didalam rumah dua lantai tersebut .malam itu angin berhembus kencang , pepohonan yang berada tepat disebelah rumah itu menggeret- geretkan tangkai batangnya diatas atap rumah itu menimbulkan bunyi yang menyeramkan .

Srekkk srettt..

Brakkkkh

Selang beberapa menit kemudian hembusan angin semakin kencang dan menyebabkan pintu gudang terbuka , akibat angin tersebut pintu itu seolah didobrak dan menampakkan boneka tadi yang sudah terlihat terkulai rusak dengan mata menyala tajam dengan kepala yang hampir putus

tobe continue*.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel