Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 WHO'S STANDING BEHIND YOU.?

Akhirnya setelah berjalan cukup jauh, mereka kini telah sampai dirumah yang akan mereka tinggali selama tiga bulan kedepan. rumah sederhana yang tepat disamping kanan-kirinya sebuah pohon besar , rimbunan pepohonan yang tak terurus, banyak tanaman merambat sampai kedinding rumah. sedikit seram, dan begitu juga sisi kanan dan kiri terdapat pohon besar , tak ketinggalan saat kita memasukki rumah tersebut, udara dingin menusuk tulang sangat terasa, banyak debu dan juga sedikit bau anyir seperti bau darah yang menyeruap di arah dapur dan ruang makan. namun, rumah ini sangat luas , bertingkat pula dilengkapi empat kamar tidur, satu kamar mandi dibawah, satu kamar mandi diatas dan ada pula didalam kamar tidur , dapur dengan meja makan yang terdiri beberapa meja , satu ruang tv dan ruang tamu serta gudang samping rumah .

lagi - lagi hawa menyeramkan terdapat dibelakang rumah bertingkat ini terasa saat kita membuka pintu coklat itu hembusan angin yang kencang dan suasana mencekam terasa dari kursi- kursi yang dibiarkan disana, apalagi ada sebuah pohon besar , mungkin lebih besar dari pohon yang ada disekitar dengan akar mencuat keluar.

setelah melihat isi rumah, Pak Amir kembali menjelaskan sedikit aturan yang harus mereka taati , kurang lebih sama seperti yang diucapkan Pak Kades kepada mereka tadi

pak Amir kemudian pamit pulang namun, karena Uchi adalah orang yang paling penakut menghentikan pak Amir yang hendak pulang.

" pak, apa ga ada rumah lain untuk kami tempati.?" tanya Uchi yang memasang wajah pucat pasih

" maaf neng, tidak ada! ini bahkan rumah yang paling bagus buat ditempati ." ucap pak Amir meyakinkan

"eh cebong , lo seharusnya bersyukur , penakut amat lo.!" tukas Zidan seraya menjitak kepala Uchi.

"aww, kali aja ada jerapah.!!"balas Uchi sembari mengusap-ngusap kepalanya sakit.

"iya neng, dan hanya rumah inilah yang berjarak dekat dengan sekolahnya nanti.!" tambah pak Amir.

"ehm baiklah pak, ga papa kok, ini udah lumayan.!" ucap Angga sambiltersenyum simpul

"iya, ga apa kok pak, kami akan berusaha betah dan menjaga rumah ini dengan baik.." tambah Thania.

namun disaat mereka sedang berbincang - bincang terjadi hal aneh pada Luna, ia hanya diam dan tampak sedang melamun.

"woi, jangan melamun." ucap Aryo sembari menjentikkan jarinya kepada Luna seketika itupun luna terkejut dan menoleh kearah Aryo yang disampingnya ada Dimas , kemudian seperti sedikit heran dan mengusap- usap matanya , luna melihat bayangan sosok yang besar berambut panjang berdiri tepat dibelakang dimas dan membuat luna berteriak ketakutan.

"Aaaahhhhhhhhhhhh..... Dimas dibelakang kamu..!!" ucap Luna sedikit berteriak dan sambil menunjuk arah belakang Dimas dengan jarinya.

“hahhh” Dimas yang tidak tau apa – apa hanya melongok tak mengerti ketika hendak menoleh kebelakang, pak Amir tiba – tiba mengintruksi mereka agar jangan berlaku sembarangan .

"Hei.....saya sudah bilang jangan asal tunjuk dan berteriak tak sopan, “" seketika itu pula pak Amir berteriak membentak luna, sontak mereka bertujuh terkejut dan mengedikkan bahu mereka serempak dan menoleh kesumber suara bentakan pak Amir yang membuat mereka tertunduk takut melihat mata pak Amir yang seakan memancarkan laser. pak Amir kemudian menghelah napas.

“ maaf pak atas ketidak sopanan kami.” Sahut Angga kemudian diikutin para sahabatnya dan juga Luna yang minta maaf telah bertindak gegabah apalagi Ia masih belum tau tentang aturan yang harus dipatuhi sebelum menempati tempat ini.

“ baiklah kalau begitu, saya tinggal dulu. Besok saya akan kembali lagi untuk mengantar kalian ke sekolah yang akan kalian ajarkan . “ ucap pak Pamir kemudian pamit keluar rumah tersebut.

“ tapi sebelum itu, kalian istirahatlah dan jangan sampai lupa peraturan keempat bahwa jangan terlalu larut main, segera lah tidur ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam ya anak – anak, semua demi kebaikkan bersama. Saya pamit semoga kalian betah disini .” setelah benar – benar pergi mereka semua menghelah napas lega, entahlah mereka merasa kan hawa yang sangat menakutkan ketika beliau bersitatap langsung dengan mereka dan berbicara tegas apalagi marah seperti tadi.

" oh iya satu lagi, jika ada apa-apa segera hubungi bapak atau pak Kades.! tukas pak Amir sembari pergi.

"baiklah pak, terima kasih." ucap mereka serempak, belum sempat mereka untuk membenah semuah barang- barang mereka , pak Amir kembali berbalik dan sekedar mengingatkan.

" ingat, jangan panjang tangan, jahil dan menunjuk arah sembarangan serta jika kalian mengalami hal aneh , simpan sendiri jangan ceritakan.. mengerti.!!" tambah pak Amir tegas

" baik , kami mengerti.!" jawab mereka.

"bagus.!.

kemudian Pak Amir benar - benar pulang setelah memperingati mereka untuk kesekian kalinya.

“ hahhhhhh ampir copot jantung gue. “ celetuk Uchi kemudian setelah memastikan Pak Amir benar – benar telah pergi dan menghilang dibalik pepohonan.

“ kek yang punya jantung aja lo “ timpal Zidan mengikis kepala Uchi .

“ apaan sih lo, main ngikis pala anak orang aja. Lo kata gue apa kagak ada jantung.”

“gue kira lo titisan sendol bol- akwww “ teriak Zidan yang mendapat jitakkan dari Angga

“ heh lo ga denger apa . kata Pak Amir jangan sembarang bicara yang ga baik.!” Peringat Angga

“iya, tapi ga main jitak juga onta lu lama – lama gue geger otak ni.” Zidan merengut kesal kepada teman – temannya yang selalu saja menjitakk kepala nya ini, bisa – bisa otak nya yang pintar ini menjadi bodoh pikirnya.

“ lagian lo, baru juga diingetin bawaannya ember mulu.!” Celetuk Aryo gemas melihat tingkah teman nya ini.

“ iye udah maaf gue kan ga sengaja mulut gue ni ga ada rem nya maen nyeletuk aja.”

.“ iya lain kali tuh mulut pasang saringan aja, biar ke filter.” Kali ini Dimas nyeletuk sembari membawa barang - barang mereka dan mengandeng tangan Luna yang sedari tadi memperhatikan mereka berdebat yang tak jelas. Kemudian setelah perdebatan tersebut mereka bergegas masuk dan tak lupa mengucapkan salam .

Tangan yang digenggamnya sedari tadi hanya terasa dingin , Dimas menyadari hal itu lalu Ia menolehkan kepalanya kepada Luna mengelus lembut pipi sang pujaan hati, seperti diremas hatinya mencelos melihat tatapan Luna yang tampak kosong itu.

“ hei bby, kamu baik – baik aja kan.” Yang ditanya hanya diam dan tersenyum kemudian untuk membuat Dimas tenang Luna meraih tangan Dimas yang berada dipipi nya kemudian mengenggamnya tak lupa iya menyenderkan kepala nya di bahu Dimas seraya bergumam bahwa semua nya baik – baik saja, tak ada yang salah dan kurang satu pun. Tapi pemikiran dimas sendiri berpusat pada apa yang dilihat nya bahwa Luna sedang tak baik – baik saja. Dimas hanya bisa mengangguk dan meyakinkan bahwa sang kekasih akan baik – baik saja. Kali ini hati nya kembali khawatir dan gelisah, seharusnya perasaan semacam ini tak ia alami apalagi mereka dalam masa tugas lapangan begini fokusnya tak hanya untuk Luna kan.

Setelah meletakkan beberapa keperluan mereka didalam rumah dan sedikit beres – beres bagian ruang tamu dan sekitarnya mereka kini berbagi kamar tidur dan bekerja sama untuk tugas perharinya , anak perempuan memasak dan beres – beres rumah, sedangkan anak laki – laki mencuci piring dan juga diakhir pekan harus kekota untuk membeli persediaan makanan tak lupa juga mengumpulkan kayu kering untuk didalam rumah yang memang ada tungku perapian diruang tv , bisa dibilang saat malam hari tempat ini memang dingin dan sering turun hujan maklum masih daerah pegunungan.

Kamar atas terdapat dua ruangan , Thania dan Uchi satu kamar sedangkan Luna dikamar sendiri yang mempunyai single bed sedangkan anak laki – laki dilantai bawah Zidan dan Aryo satu kamar kemudian Angga dan Dimas satu kamar, mereka sedikit merasa khawatir karena membiarkan Luna dikamar sendirian tapi apa boleh buat kamarnya hanya tersedia empat ruangan, Luna meyakinkan mereka apalagi Luna sendiri mengatakan bahwa Ia memang sudah biasa tinggal sendiri karena dijakarta pun Ia memang tinggal di apartemen sendiri jadi Ia sudah terbiasa tak ada teman mengobrol dikamar.

Setelah pembagian tersebut kini mereka sudah menempati kamar masing – masing untuk berbenah.

Luna memasukki kamar yang sangat rapi ini terdapat single bed yang sangat hangat terlebih kamar ini seperti tidak pernah ditinggal saja, dengan cover bed berwarna abu – abu ini meninggalakan kesan rapi dan bersih. Luna menyalahkan lampu tidur disamping ranjang, cahaya temaram langsung menyambut penglihatan Luna kemudian terlihat satu foto dengan bingkai unik diatas nakas tersebut, Luna mengernyit melihat foto perempuan itu.

“ kayak ga asing..” setelah sadar akan penasarannya saat memandang foto itu Luna menyadari bahwa sang perempuan yang ada dalam frame tersebut adalah perempuan yang sama yang ada dalam foto dirumah Pak Kades , Luna menangkupkan mulutnya terkejut dan berpikir sejenak mungkin memang rumah ini bekas peninggalan rumah sang kepala desa tersebut dan masih sangat baik dirawat, ya, pemikirannya saat ini untuk menghilangkan rasa takutnya.

Setelah menaruh kembali foto itu Luna bergegas merapikan bajunya , Ia hendak menaruh bajunya didalam lemari yang terdapat dikamar tersebut namun diurungkan karena ia berpikir untuk apa disimpan dilemari , lebih baik tetap ditas kan agar mudah ketika hendak pergi dari sini , nanti malah takut ketinggalan pula. Kemudian segera merapikan buku – buku dan peralatan yang lain saja cukup ditaruh dimeja disudut ruangan saja jadi mudah diambil kan. Setelah semua nya beres Luna bergegas kearah kamar mandi yang ada dilantai dua berada disudut lantai dengan membawa baju ganti Ia kemudian masuk kedalam kamar mandi tersebut maklum dikamar nya tidak mempunyai kamar mandi sendiri.

Lain halnya dengan kamar kedua dilantai atas ini yang ditempati sang perempuan mungil dengan perempuan pendiam , kamar luas dengan kasur king size ini membuat mereka takjub,dengan cat dinding berwarna putih cerah membuat kamar mereka terang menderang hemm selimut tebal nan nyaman pun membuat mereka betah berlama – lama. Hingga mereka hanya berbaring dan sedikit bercakap – cakap tentang tugas nanti dan tidak lupa dengan makan malam yang akan mereka siapkan nanti, setelah berberes – beres mereka segera bergegas kekamar mandi, untungnya didalam kamar ini ada kamar mandinya langsung jadi tinggal bergantian saja.

Sedangkan anak laki – laki mereka sudah siap dan telah mandi juga bahkan mereka sudah berberes -beres peralatan mereka didalam kamar mereka masing - masing, memang kan wanita itu terlalu lama sedangkan laki – laki melakukan apapun dengan cepat . jadi yah, kini mereka sedang mengumpulkan beberapa kayu untuk mereka gunakan ketika malam nanti, sekarang langit sudah mulai gelap matahari sudah menenggelamkan sinarnya membuat langit meredup dan awan - awan bergerak ikut menutupi langit cerah dan berganti kelam serta gelapnya langit malam dengan beberapa bintang yang sudah akan tampak menghiasi langit malam kali ini. suasana yang pas sekali pikir mereka.

setelah melakukan kewajiban mereka, rencananya mereka akan mengadakan acara api unggun sebelum benar – benar menjalani kesibukkan untuk tugas mereka kedepannya , ya ide ini berasal dari sang moodbooster siapa lagi kalau bukan Aryo dan Zidan , Angga dan Dimas hanya bisa menuruti kehendak mereka lagipula hitung – hitung menghilangkan penat setelah perjalanan jauh kan.

tobe continue *

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel