Bab 6 Dokter memeriksa Alena
" Alena, Ayah hanya bercanda denganmu." ucap Theana yang duduk di seberang meja makan dekat dengan ibunya dan juga Zidan, lebih tepatnya dia duduk di tengah-tengahnya.
"Kau pikir itu sangat lucu," ucap Alena dengan nada kesal
" Sudah-sudah… kenapa jadi pada ribut seperti ini, malu ada tamu disini." ucap Riani meleraikan percekcokan yang mulai memanas.
" Kenapa harus malu di rumah kita sendiri, justru dia lah yang harus malu karena numpang makan dirumah orang." ketus Alena
" Alena jaga ucapan mu…" ucap Andri, ayah alena.
" Itu memang benarkan Ayah." Alena terlihat tidak suka dengan kehadiran Zidan di rumah nya.
Namun Zidan hanya tersenyum tipis pada Alena yang membuang wajah nya di saat tatapan mereka sempat bertemu.
" Tutup mulutmu Alena, tidak baik makan sambil berbicara." Andri mencoba mengingatkan Alena.
Theana memegang tangan Zidan.
" Zidan maafkan adikku, dia memang sering berbicara sembarangan." perkataan Theana masih bisa didengar oleh Alena.
" Itu tidak masalah." balas Zidan sambil tersenyum tipis pada Theana.
Tentu saja tidak masalah karena Zidan sudah tau sikap Alena.
" Ibu, aku akan makan nanti saja. seperti nya aku sudah kenyang." Bohong Alena yang ingin segera kembali ke dalam kamarnya.
" Duduk dan makan, setelah itu kamu belajar bersama dengan Zidan dan juga kakakmu. Agar hari senin nanti kalian bisa mengerjakan soal ujian." Andri berbicara dengan begitu tegas membuat Alena terpaksa menuruti apa kata ayah nya, apalagi perut nya memang sudah lapar berat.
Namun ada hal yang membuat Alena berpikir tentang perkataan ayah nya yang menyuruh nya untuk belajar bersama dengan kakaknya.
Apa Zidan yang mengajari Theana belajar
lagi pula pria itu cukup pintar di sekolahnya.
Sekarang Alena tau kenapa Zidan berada di rumah nya.
Mereka semua kini makan dengan tenang sampai selesai.
Alena yang telah selesai lebih dulu, memilih pergi ke kamar nya tanpa berkata apapun.
Ia malas untuk belajar bersama dengan Zidan dan juga kakaknya itu.
Sampai satu setengah jam berlalu suara ketukan pintu dikamarnya membuat Alena terganggu dengan kesal membuka pintu nya.
" Nona, kata tuan besar jika nona tidak pergi belajar tuan akan menyita ponsel dan juga laptop beserta barang-barang lain nya."
Tanpa menjawab perkataan pembantu nya itu Alena berlari ketar ketir, tidak ingin segala nya di sita, apalagi ponsel dan laptop nya yang akhir-akhir ini menjadi teman baik bagi Alena yang berada di rumah.
Alena berlari menuju ruangan dimana kakak nya belajar.
Dengan cepat Alena membuka pintu nya dengan sekali dorong.
Hingga menampilkan adegan yang seharusnya tak dilihat oleh nya.
Bahkan dua orang yang sedang asik berciuman itu pun terkejut dengan kedatangan Alena yang membuka pintu nya begitu saja.
" Alena," Gumam Theana
" Alena ini semua-" Zidan belum selesai berbicara
Alena telah menutup pintu itu kembali dan segera berlari ke kamarnya.
Tidak memperdulikan lagi ancaman dari ayahnya.
Gadis itu berlari menuju kamarnya dengan wajah kesal.
Kesal karena ternyata mereka bukan nya belajar malah melakukan hal tak senonoh!
Bagaimana jika ayah mengetahui semua ini, mungkin akan marah besar.
Brakkk …
Alena menutup pintu nya dengan begitu kencang dan memilih untuk tidur agar tidak banyak pikiran.
Baru saja terlelap untuk tidur sebuah elusan di pipi nya membuat Alena membuka matanya dan terperanjat kaget saat melihat Zidan berada di atas ranjang nya.
Bahkan pria itu berada di samping nya. Layak nya seorang suami yang sedang membangunkan istri nya di atas ranjang.
" Apa yang kau lakukan disini." Bentak Alena dan segera turun dari atas ranjang nya dengan penuh ketakutan dan mengecek pakaian nya yang ternyata masih lengkap berada di tubuhnya.
" Alena, Aku hanya ingin menjelaskan kejadian tadi. Kau sudah salah paham padaku." ucap Zidan dan segera turun dari atas ranjang di saat Alena mulai memundurkan tubuhnya menuju arah pintu.
Alena terlihat begitu ketakutan dengan Zidan yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.
" Cepat pergi dari kamarku atau aku akan berteriak."
Ancam Alena.
"Dengarkan penjelasan ku terlebih dulu." Ucap Zidan
" Untuk apa aku harus menjelaskan perkataan mu itu. Kita tidak memiliki hubungan apapun lagi…" bentak Alena mulai kesal dengan apa yang terjadi saat ini.
bayangan kembali akan pria yang saat itu memaksa nya kini kembali menghantui pikiran Alena.
Zidan merasa sakit hati dengan kata-kata yang diucapkan Alena.
Dia berjalan mencoba mendekati Alena, tetapi Gadis itu sudah seperti orang gila yang sedang melihat hantu.
" Akhhh… pergi kau dari sini… pria Brengsek."
"Arghhhhhhhhhh… menjauhlah dari ku." Zidan mengernyit dengan apa yang di lihat nya, merasa aneh dengan Alena yang begitu ketakutan dan berteriak-teriak tidak jelas. Padahal Zidan sama sekali Belum mendekati ke arah nya tetapi Alena sudah lebih dulu melarangnya menjauh.
Zidan yang hendak menjelaskan pada Alena, seketika mengurungkan niat nya melihat Alena yang begitu ketakutan seperti orang gila.
Malah membuat Zidan merasa takut juga jika ada yang mengetahui keberadaan nya di kamar Alena.
Dia menyusup ke kamar Alena susah payah, karena ada kamera cctv yang memantau ke arah kamar pintu kamarnya Alena, sehingga dia masuk kedalam kamar Alena melalui balkon kamar Alena.
Setelah melihat Alena yang begitu ketakutan dan menangis meraung keras dan menjerit seperti itu.
Membuat Zidan buru-buru pergi dari kamar Alena melalui balkon dan menyebrang ke arah balkon lain yang ada di sebelah kamar Alena.
" Alena… Alena… " teriak ayahnya yang baru saja datang dan melihat anak nya sedang ketakutan di bawah lantai sambil memeluk tubuh nya.
" Alena… ini yah," ucap Andri begitu keras.
" Ayah…" gumam Alena dan langsung memeluk tubuh Ayah nya dengan tubuh nya yang gemetar.
Membuat Andri begitu khawatir dengan anaknya.
Andri memang jarang sekali berada dirumah, tetapi Alena sangat dekat dengan nya di bandingkan bersama dengan Theana.
Bahkan bisa dibilang kasih sayang Andri terlihat menonjol pada Alena dibandingkan pada Theana.
Alena lebih segalanya bagi Andri.
Apapun yang diinginkan Alena, pria paruh baya itu akan mengabulkannya.
" Apa yang terjadi denganmu Alena." Tanya nya
Alena menggelengkan kepala nya.
Tidak mungkin dia memberitahu Ayahnya yang mungkin tidak akan percaya padanya. Apalagi Ayah nya hanya tau Zidan sedang mengajar kakaknya belajar.
" Katakan, pada ayah yang sejujurnya. "
" Aku… aku cuman takut ayah.. tadi habis nonton film psikopat sampai ketiduran." Belum selesai berbicara Andri melanjutkan perkataan Alena.
" Dan akhirnya kamu mengira jika itu nyata." Alena menganggukkan kepalanya.
" Sudah tau kau penakut, kenapa nonton film seperti itu… apalagi sekarang sudah waktunya menjelang sore kenapa malah tidur di jam segini." Omel nya dengan begitu lembut tetapi terdengar tegas.
Alena hanya diam tak berani membalas perkataan Ayah.
Andri dengan pasrah mengangkat tubuh Alena yang masih gemetar, ke atas ranjang.
" Ayah bisakah, aku minta tolong padamu…" ucap Alena yang seperti anak kecil beranda di gendong ayah nya.
" Apa yang kau mau…katakan."
" Bisakah ayah, tutup jendelanya balkon itu…" pinta Alena dan langsung di turuti oleh Andri.
Setelah memastikan jendela itu tertutup dan Alena yang sudah mulai tenang.
Andri segera pergi dari kamar putrinya itu.
Alena menggigit bibir bawahnya dengan perasaan takut.
Takut zidan kembali masuk kedalam kamar nya. Hingga Alena kembali mengecek dan mengunci diri di dalam kamar nya.
****
Lomba perpisahan sekolah pun tiba.
Setelah ujian yang membuat para murid pusing memikirkan soal jawaban kini, waktunya bersenang-senang.
Alena begitu terlihat senang membaik, setelah kejadian saat Zidan masuk kedalam kamarnya. Kini Alena menjauhi pria itu layak nya orang yang tidak saling mengenal.
Alena sekarang sedang berada di tengah-tengah lapangan basket bersama dengan tim nya, sedang menunggu peluit yang menandakan jika permainan telah dimulai.
Tim kelas Alena akan melawan tim basket kelas Theana.
Sampai bunyi peluit itu akhirnya telah mulai.
Pertandingan mulai menghebohkan satu sekolahan yang sedang menonton lomba basket itu.
BRUGGGHHHH….
Alena belum sempat memasukkan bola basket kedalam ring dan pertandingan baru saja beberapa menit dimulai.
Alena telah pingsan di tengah-tengah lapangan.
Membuat semua orang melihat ke arah Alena yang sedang dibawa pergi oleh Zidan yang menolong nya.
Pria itu menjadi orang pertama yang membawa Alena pergi ke UKS.
Sang guru yang telah memanggil dokter ke sekolah segera menyuruh nya untuk memeriksakan Alena.
Apalagi Alena anak dari donasi terbesar di sekolah membuat guru-guru begitu perhatian pada Alena.
"Dok, apa yang terjadi pada Alena." Tanya Zidan
" Maaf, apa anda keluarga nya?"
" Saya keluarga nya dok." Ucap Theana yang baru saja datang untuk melihat keadaan adiknya yang masih pingsan di atas brankar.
" Cepat katakan, apa yang terjadi dengan dok." Zidan begitu penasaran. Karena wajah Alena terlihat pucat.
" Anda bukan keluarga. Silahkan pergi dari sini." Titah sang Dokter.
Zidan benar-benar kesal dengan dokter itu.
" Dok, tidak apa-apa katakan saja apa yang terjadi dengan adik saya. " Kata Theana yang juga penasaran dengan apa yang terjadi dengan Alena.
" Sepertinya saya tidak bisa membicarakan semua ini di sini. Ada harus memanggil orang tua anda." Titah sang dokter pada Theana
" Banyak bacot!" Zidan begitu penasaran sehingga membawa nya terlihat marah.
" Zidan, seperti nya keadaan Alena cukup serius. Lebih baik kamu keluar lah biarkan aku menelpon orang tua ku terlebih dulu." Ucap Theana.