Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Alat Test pack

" Tidak perlu…" ucap Alena dengan begitu keras.

Alena begitu terlihat ketakutan, namun berusaha menahan dirinya untuk tidak terlihat takut.

" Memangnya kenapa sayang, lebih baik kita ke dokter atau ibu suruh dokter itu datang kemari." ucap Riani.

" Tidak perlu…. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, sudah ku bilang aku kurang tidur dan setelah ini aku akan tidur. "

Alena segera pergi tanpa menunggu jawaban ibu nya dia mengepalkan tangan nya erat.

Rasa kesal terhadap kakak nya kini mulai menyelimuti nya.

Walaupun ia belum terlambat datang bulan dan belum tentu juga ia hamil, tapi tetap saja Alena begitu ketakutan.

Dengan cepat Alena mengunci pintu kamar nya.

Bayangan akan kejadian waktu itu kini kembali hadir dalam benak Alena yang telah berusaha untuk melupakan kejadian itu, tetapi entah kenapa hari ini ketakutan itu muncul kembali.

Bulir-bulir di matanya mulai berjatuhan.

Dada nyesek, mengingat betapa hancur nya hidup nya pada malam itu.

Selain hidupnya, pria itu juga berhasil membuat tubuhnya kesakitan berhari-hari, apalagi di bagian selangkangan nya sampai berminggu-minggu baru bisa sembuh, karena begitu lecet dan sakit.

Di tambah Alena harus berjalan normal seperti biasanya, karena tidak ingin orang lain tau betapa hancur nya tubuhnya pada saat itu.

" Dasar pria brengsek, aku akan membencimu… seumur hidupku. Aku berharap jika kita tidak akan bertemu lagi. Aku tidak sudi bertemu dengan pria mesum dan juga kejam sepertimu. Beruntung aku tidak melihat wajah sialan mu itu."

Alena berbicara sendirian, dia begitu membenci pria yang menidurinya pada saat itu. Beruntung Alena tidak mengingat jelas wajah pria itu, sehingga dia tidak tau wajah pria itu.

Mungkin jika Alena mengingat wajah pria itu, hidup nya akan benar-benar hancur karena harus mengingat jelas wajah penjahat yang merenggut kehormatan nya dengan begitu mudahnya.

Alena segera merebahkan dirinya, untuk segera tidur.

Baru saja menutup matanya tiba-tiba Alena membuka mata nya dan melihat ke arah klender dimana tanggal datang bulan itu belum terlewati.

Dan Alena berniat minggu depan saat ia terlambat satu minggu datang bulan akan mencoba mengetes nya dengan tespek.

Barulah setelah itu matanya kembali tertutup dengan sisa air mata yang masih berada di kedua pipinya.

Walaupun sedang menangis seperti itu wajah Alena begitu cantik, berbeda jauh dengan kakaknya.

****

Satu minggu berlalu hari yang di tunggu-tunggu Alena telah tiba,

Dengan perasaan gelisah Alena menggigit bibir bawahnya dengan tangan yang sedang memegang tespek yang telah dicelupkan kedalam air urine.

Alena menutup matanya dan berharap hasilnya tidak membuatnya hancur untuk kedua kali nya.

Alena membuka matanya secara perlahan dengan rasa penuh penasaran, ia baru terlambat datang bulan beberapa hari itu sudah membuat jantungnya berdebar tak karuan dan hari ini ia bisa melihat jelas hasil tespek nya ternyata negatif.

Alena begitu bahagia setelah melihat hasil tespek nya yang ternyata negatif.

" Horeeee…. Akhirnya, aku tidak jadi hamil anak pria brengsek itu."

Alena begitu bahagia dengan hasil yang di nanti-nanti, walaupun baru terlambat beberapa hari, Alena sudah mengetes nya begitu saja.

Alena seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah lotre, begitu senang sampai berjingkrak-jingkrak.

Setelah puas dengan kebahagiaan nya itu.

Alena mematahkan alat tespek nya dan mengguntingnya menjadi kecil-kecil, lalu memasukkannya ke dalam kloset duduk, agar tidak ada yang mengetahui alat tespek itu.

Karena tidak mungkin Alena membuangnya pada tong sampah, takut jika orang-orang yang ada di rumahnya mengetahui alat tersebut.

Dengan wajah bahagia Alena keluarga dari kamar mandi.

Hidup nya merasa senang tidak ada yang ditakuti nya lagi.

Alena mengambil cemilan dan memakan nya sambil menonton drakor.

Hati dan pikiran nya telah senang. Tidak ada lagi yang ditakuti olehnya, apalagi beberapa hari lagi ujian kelulusan dan juga acara lomba sekolah. Lebih tepatnya lomba perpisahan selain lomba perpisahan malam nya akan di adakan band-band terkenal yang akan memeriahkan malam perpisahan untuk kelas 12.

Drttt…

Nada dering ponsel milik Alena berbunyi.

" Alena, nanti malem lo mau ikut nonton balapan gak," ajak Janeeta di seberang telepon.

Alena terdiam sesaat, ia masih takut untuk keluar pada malam hari.

Dulu sering sekali ia keluar pada malam hari tetapi sekarang, Alena lebih memilih tinggal di rumah dan tidak berani keluar rumah seminjak malam itu. Ya walaupun sekarang Alena telah mendapatkan kebahagiaan bahwa ternyata dia tidak hamil. Tetapi tetap saja takut bertemu dengan pria seperti itu lagi.

Alena menggigit bibir bawahnya setelah benar-benar berpikir jernih.

" Sepertinya aku tidak bisa keluar malam sekarang." Ucap Alena

"Yahh… kok gitu… " keluh Janeeta

" Sorry, orang tua ku ketat sekarang. Eh! Udah dulu ya kayaknya ibuku manggil." Bohong Alena tergesa-gesa.

Dia tidak ingin terlalu dekat dengan siapapun untuk saat ini. Walaupun mereka adalah temannya.

Tetapi teman tidak selamanya baik.

Alena berpikir teman-teman nya tidak ada satu pun yang benar-benar menganggap nya teman dan menerima kekurangan nya. Karena mereka hanya melihat kepopulerannya dan orang tuanya yang kaya raya.

Setelah mematikan ponselnya, Alena melemparnya kesembarangan arah dan kembali melanjutkan acara nonton film drakor nya itu di tv yang begitu besar yang ada di dalam kamar nya.

Malam hari pun tiba dimana semua orang telah berkumpul untuk makan malam bersama.

Alena menuruni anak tangga dengan wajah nya yang kembali terlihat ceria seperti semula setelah mengetahui dirinya tidak hamil.

Walaupun sudah tak lagi memiliki kesucian, Alena berpikir itu tidak masalah. Jika nanti ia lulus sekolah dan punya uang sendiri, dia akan mengoperasinya selaput dara nya.

Seketika senyum di bibir nya menghilang saat melihat Zidan.

Lagi-lagi pria itu ada di rumah nya.

Rasa sayang Alena pada Zidan semakin hari telah pudar, seiring berjalannya waktu Alena lebih suka dengan dirinya yang sekarang tidak memiliki kekasih dan tidak bermain malam.

Lebih memilih menjadi anak rumahan dan hanya fokus belajar.

Alena menautkan keningnya di saat Zidan duduk di samping kakak nya.

Beberapa kali Alena melihat Zidan datang ke rumahnya selalu saja makan bersama keluarga nya.

'Apa pria itu datang kemari hanya untuk numpang makan?'

Pikir Alena.

Tetapi Alena mengabaikan hal itu, lagi pula bukan urusannya lagi. Apalagi Zidan juga tidak mengganggu nya dan ia tidak ingin mengetahui urusan datang nya Zidan kerumahnya.

'apa mungkin mereka memiliki hubungan' batin Alena yang sempat berpikir tidak ingin mengetahui tentang Zidan, tetapi dia malah penasaran dengan hubungan kakak nya dan Zidan.

" Duduklah sayang, apa yang sedang kamu pikirkan." Ucap Riani membuyarkan lamunan Alena.

Gadis itu pun segera duduk di samping Ayah nya.

" Ayah, kau baru pulang?" Tanya Alena.

" Tidak! Ayah sejak tadi sudah pulang. Kau saja yang tidak terlihat, seperti induk ayam yang sedang mengerami telurnya di kamar sepanjang hari." Ucap Ayah nya sambil terkekeh melihat wajah anaknya yang cemberut dengan perkataan nya itu.

" Ayah… seperti nya aku selalu salah di matamu." Ucap Alena dengan kesal.

Tentu saja Gadis itu kesal karena ayahnya selalu saja melarang nya bermain keluar malam. Entah apa gunanya punya orang tua banyak uang jika tidak bisa di pergunakan untuk kebebasan bagi anak-anak nya.

Dan sekarang ayah nya berkata seperti itu, seolah-olah dia juga tidak suka dengan anak nya yang terus berada di kamar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel