Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Keluarga konglomerat

Wajah Alena terlihat pucat seketika, tangan nya mengepal erat mencoba menenangkan dirinya. 

" Alena kamu kenapa?" Tanya Putri yang melihat pertama wajah Alena yang pucat dengan pelipis yang berkeringat. 

" Sepertinya, aku tidak enak badan." lirih Alena

" Kalau gitu kamu pulang saja, biar nanti aku izinin sama guru."  ucap Putri dengan wajah khawatir. 

Alena terdiam sesat. 

"yah… kok pulang sih! kan aku belum kelar ceritanya."  Keluh Jelita

"Jelita, kamu kok gitu sih! Alena kan sakit, malah mau ngajak mulu." omel Putri

" Tapi kan- " 

Jelita belum selesai berbicara Alena sudah memotong pembicaraan nya. 

" Kayaknya yang dikatakan putri bener. Aku harus pulang dulu." Gumam Alena yang masih terdengar di telinga kedua temannya. 

"ya.., udah kalo gitu kamu pulang aja Alena. cepet sembuh, jangan lama-lama sakit nya. Biar gue bisa lanjutin gosip nya." 

" Aduh!" putri menoyor kepala Jelita yang berbicara tentang gosip 

"Aku pulang dulu ya." Ucap Alena tergesa-gesa tanpa memperdulikan kedua teman nya yang sedang bertengkar. 

Alena sudah tidak ingin mendengar pembicaraan teman nya yang akan membahas tentang kehamilan. 

Di sepanjang koridor Alena terus saja berjalan dengan pikirannya yang kacau sampai tidak melihat seseorang yang ada di depan nya. 

" Akhh!" Alena berteriak saat tubuh nya hendak terjatuh kebelakang tetapi seseorang yang di tabrak nya dengan cepat meraih pinggang Alena. 

Membuat Alena tidak jadi terjatuh. 

" Gak apa-apa kan?" tanya nya 

Alena menundukan kepala nya dan menggeleng. 

" Kalau jalan hati-hati, jangan sambil melamun. nanti kalau jatuh akan sakit." Ucap nya dengan begitu perhatian.

" Hmmm… Iya, makasih Zidan." 

Alena segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Zidan mantan kekasih nya, yang sampai saat ini masih berharap kata putus yang keluar dari mulut Alena hanyalah mimpi. 

Karena hubungan mereka tidak pernah ada masalah apapun, bahkan sampai malam dimana Alena ulang tahun Zidan sudah menyiapkan pesta kecil-kecilan di dalam hotel. 

Dimana semua teman-teman nya berada, tetapi Alena malah tidak menghadiri acara ulang tahun itu.

Zidan berpikir mungkin Alena memutuskan hubungan nya karena dia tidak datang dan mungkin Alena merasa tidak enak padanya sehingga memutuskan hubungan mereka. 

Itulah yang selalu dijadikan alasan oleh Zidan, walaupun belum tau apa alasan sebenarnya. 

Zidan menatap punggung Alena yang semakin menjauh dengan raut wajah sedih. 

Alena segera masuk kedalam mobilnya, dengan cepat segera membawa mobil mewah keluaran terbaru itu pergi dari parkiran sekolah. 

Alena satu-satu nya Gadis yang membawa mobil bugatti keluaran terbaru di sekolah nya. 

Tidak heran banyak para murid yang iri dan juga ingin berteman dengan Alena yang terlahir di keluarga konglomerat.

Apalagi Ayah nya seorang pengusaha  sukses dan terkenal sering muncul di televisi. 

Alena dengan cepat membawa mobilnya menuju rumah yang begitu mewah. 

Walaupun hidup dengan penuh kekayaan, tetapi Alena tidak pernah memperlihatkan dirinya. Ia tidak pernah muncul di publik seperti ayah ibu nya yang sering tersorot kamera, Namun terkadang para paparazzi sering mencoba untuk mendapatkan gambar Alena yang tidak pernah berhasil memotret gadis itu. 

Sehingga mereka hanya memotret nya dengan wajah Alena yang tidak terlalu jelas. 

" Alena, kenapa sudah pulang sekarang nak." Tanya Riani ibunya Alena.  

"Aku, merasa tidak enak badan… tapi ibu tidak perlu khawatir aku hanya butuh tidur. Karena semalam aku habis begadang dan sekarang aku ngantuk berat." Bohong Alena

"Astaga… sudah ibu bilang kau tidak boleh begadang."  Ucapnya 

" Ya… ya… ya… aku tau bu… aku ingin tidur sekarang." Setelah menjawab perkataan ibu nya Alena segera beranjak pergi dari hadapan ibunya. 

Alena berlari kecil menuju kamar dan melihat tulisan di balik pintu kamarnya. 

"Uppss…syukur lah… aku belum terlambat datang bulan." Gumam Alena setelah tau tanggal menstruasi pada bulan lalu belum terlewati. 

Detak jantung Alena lumayan mereda tidak seperti sebelum nya. 

Ia pikir, telah terlambat datang bulan. 

" Kenapa, aku jadi ketakutan seperti ini. Semoga saja anak dari pria bajingan itu tidak tumbuh di dalam perut ku." Gumam Alena lalu beranjak pergi kedalam toilet untuk membersihkan diri nya. 

Alena terlalu takut akan dirinya hamil. Tentu saja dia takut. 

Apalagi saat pria tak dikenal nya itu memaksa dan merenggut kesucian nya di saat baru selesai datang bulan. 

Bisa dibilang itu adalah tanggal kesuburan untuk hamil. 

Alena tidak ingin hamil, jika ia sampai hamil entah apa yang terjadi padanya karena itu akan menjadi bumerang bagi nya nanti. 

Setelah selesai mandi Alena sudah terlihat segar kembali. 

Apalagi pikiran nya sudah tenang kembali. 

Suara ketukan pintu membuat Alena harus membuka pintu. 

Padahal ia telah berniat untuk tidur siang. 

Ceklek! 

" Non, nyonya besar menyuruh anda untuk makan siang bersama." 

" Hemmm… " Alena menganggukkan kepalanya dan segera menuruni anak tangga. 

Deg! 

' Kenapa ada Zidan' batin Alena saat melihat Zidan yang sudah duduk di meja makan bersama keluarga nya. 

'Bukan kah pria itu sedang berada di sekolah' 

Lagi-lagi Alena membatin.

Alena melihat Zidan duduk di sebelah kakaknya Theana yang masih lengkap memakai seragam sekolah, begitupun Theana yang masih memakai seragam sekolah. 

Alena dan Theana satu sekolahan yang sama, hanya saja berbeda kelas. 

Dan bahkan berbeda pula kepopuleran nya. 

Jika Alena populer karena kecantikan dan sering terlihat elegan dan barang-barang mahal yang terkadang cukup menarik perhatian orang-orang. 

Tapi tidak untuk Theana yang terlihat sederhana, namun cukup populer juga karena dia adalah wakil osis. 

" Sayang, cepat lah duduk," titah Riani  

Alena menganggukkan kepalanya dan duduk di sebelah ibunya dan di hadapan nya Theana dan juga Zidan. 

Alena malas bertanya tentang Zidan yang kenapa bisa berada di sini. Ia memilih diam tanpa banyak bicara dan hanya fokus makan. Bahkan ibunya terus saja mengajak Zidan dan Theana berbicara. 

Alena yang sedari tadi diam tiba-tiba mendapatkan sebuah pertanyaan. 

" Alena, apa kau sakit?" Tanya Zidan yang sedari tadi sibuk membalas perkataan orang tua Alena 

Kini berani bertanya pada Alena.

" Alena, memang sedang tidak enak badan Zidan, makanya dia pulang sekolah lebih cepat dari biasanya."  Bukan Alena yang menjawab perkataan Zidan melainkan ibunya. 

" Sebaiknya, Alena harus menjaga kesehatan nya. Apalagi sebentar lagi ujian kelulusan." Ucap Zidan terlihat perhatian. 

" Ehmm…. Ibu seperti nya aku sudah selesai makan." Bohong Alena 

Sejujurnya dia masih lapar, apalagi di antara keluarga nya dia yang paling banyak makan. 

" Tumben, sedikit." 

Riani merasa aneh dengan anaknya. 

"Mungkin, karena pengaruh sakit." Lagi-lagi Alena berbohong dan segera berjalan untuk meninggalkan meja makan. 

"Ibu apa Alena sudah dibawa ke dokter?" Tanya Theana. 

Tubuh Alena menegang seketika mendengar perkataan Theana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel