Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 : Membacakan Dongeng Bersama

“Sebelum saya menyampaikan keputusan saya, apa boleh saya menanyakan beberapa hal Tuan?” tanya Lyyana takut-takut.

Petra terdiam sejenak dan detik selanjutnya ia mengangguk singkat. “Berapa lama saya harus melakukan perjanjian ini, Tuan?” tanya Lyyana menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Petra memutar tubuhnya menghadap ke arah Lyyana. “Tiga bulan!”

“Ti –ti –tiga bulan, Tuan?”

“Kenapa? Terlalu lama, baiklah kalau begitu –“

“Tidak tuan, bukan begitu. Maksud saya, bagaimana jika… .” Lyyana menjeda ucapannya ia memberanikan diri menatap Garret yang tertutup sebagian tubuh Petra. “Jika dalam tiga bulan, saya gagal menyelesaikan perjanjian ini, apa yang harus saya lakukan lagi?”

“Saya tidak menerima kata gagal!” sahut Petra lugas.

Lyyana menghela napas berat, ia pun terpaksa menerima perjanjian yang Petra tawarkan. Ketimbang mendekam di dalam penjara, ada baiknya Lyyana menyelesaikan perjanjian itu dan berusaha sebaik mungkin agar ia tak perlu tinggal lebih lama bersama Petra.

Setelah menyetujui perjanjian yang Petra buat, pria itu mengajak Lyyana bertemu dengan baby sitter yang sebelumnya mengurus Garret. “Mulai malam ini dan seterusnya, Dia yang akan bertanggung jawab atas Garret.”

Wanita paruh baya di depan Petra mendongak dan menampilkan raut terkejut namun ia merubahnya dalam hitungan detik. “Baik Tuan.”

“Beri tahu apa saja yang harus dia perhatikan.” Wanita itu hanya mengangguk dan mempersilakan Lyyana mengikutinya ke sisi lain rumah mewah di bilangan real estate.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai anak asuhnya, Lyyana pun mengurung diri di dalam kamar. Ia berbaring di atas ranjang dan menatap ke langit-langit kamar. Tak ada yang ia kerjakan selain berguling ke kanan dan kiri, ucapan Petra terus terngiang-ngiang di benaknya. Berulang kali ia berusaha memejamkan mata sayangnya, netra bermanik hitam pekat itu terlalu berat untuk menutup. Lyyana menghabiskan waktu dengan membayangkan apa yang akan terjadi esok pagi.

Saat sedang asyik melamun, Lyyana mendengar suara tangisan Garret. Ia bergegas keluar kamar seraya menguncir rambutnya asal. Entah mengapa ia tak tega setiap kali mendengar suara tangis yang keluar dari bocah balita yang sedikit sentimental. Lyyana tiba di depan kamar Garret, dengan perlahan ia mendorong pintu kayu dengan tinggi melebih tubuhnya itu. Ia masuk dan melihat sosok balita yang sedang menangis di tepi jendela yang terbuka.

“Hai tampan, kenapa di sana?” tanya Lyyana selembut mungkin, ia berjalan pelan mendekati tubuh bocah laki-laki berpajamas biru dengan motif mobil-mobilan itu.

Balita yang merasa terpanggil pun menoleh dengan linangan air mata yang membasahi pipinya. “Mama?” sapanya dengan suara parau.

Entah mengapa, Lyyana selalu bergetar hatinya setiap kali Garret memanggilnya dengan sebutan itu. Lyyana berusaha setenang mungkin, ia mengulas senyum dan berjalan menghampiri Garret.

“Kenapa di sana?” ulang Lyyana menyambut Garret dengan dekapannya.

Balita itu hanya menangis lirih seraya terus berkata, “Mama jangan pergi lagi, mamah jangan pergi ya?”

Lyyana tak tahu harus merespon apa, ia akhirnya mengangguk dan menggendong tubuh balita itu. Dengan sebelah tangan yang terbebas, Lyyana menutup jendela kamar dan menaikkan suhu pendingin ruangan agar Garret tak terlalu kedinginan. “Mama… .” Garret memanggil Lyyana ia sedikit meronta di dalam dekapan Lyyana.

Lyyana kesulitan menggendong Garret hingga tubuh mungil itu terlepas dari pegangannya, beruntung Petra datang dan menangkap tubuh Garret. Lyyana yang terkejut akan kejadian itu hanya terpaku dengan tubuh bergetar. “Maaf, maafkan saya… ,” lirih Lyyana dengan nada bergetar.

Petra membawa tubuh Garret ke atas ranjang, belum sampai lima detik Garret berada di sana, balita itu sudah turun dari ranjang dan berlari menghampiri Lyyana yang masih terpaku di tempat. “Mama, tidak papa. Garret tidak papa,” ujarnya dengan suara celat dan lirih.

Lyyana tersenyum kikuk, ia merendahkan posisi tubuhnya agar sejajar dengan tubuh Garret. “Maaf, Garret.”

Garret menggeleng, jemari mungil anak laki-laki itu bergerak mengusap bulir bening di mata Lyyana. “Bacakan dongeng untuk Garret?” pinta balita itu.

Belum sempat Lyyana menjawab, Garret sudah menariknya ke arah ranjang. “Ayah, ikut?” tanya Garret takut-takut.

Lyyana mengerutkan keningnya, ia melihat ada gelagat lain di antara hubungan ayah dan anak di depannya ini. Lyyana mengamati raut wajah Petra yang terkejut mendengar pertanyaan Garret namun dalam detik selanjutnya pria itu mengubah kembali netral.

“Ayah ti… .” Petra menjeda ucapannya, ia menatap wajah Garret yang tampak berharap. “Ayah tidak bisa.” Lyyana membulatkan manik matanya terkejut dengan respon yang Petra berikan pada Garret.

Bahu Garret melemah, ia lantas membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Yang membuat Lyyana semakin kebingungan adalah sikap Petra yang seakan cuek dengan kondisi Garret, pria itu justru melangkah keluar kamar dan mengabaikan Garret.

Lyyana berada di tepi kebingungan, apakah ia harus membujuk Garret atau mengejar Petra untuk menanyakan alasan pria itu menolak permintaan putranya sendiri. Setelah menimang cukup lama, akhirnya Lyyana memutuskan untuk menyusul Petra dan menuntaskan rasa penasarannya.

“Tuan tung –“

“Ada apa?” tanya Petra berdiri di samping kamar Garret.

Lyyana menundukkan kepalanya sopan. “Maaf tuan, saya bukan bermaksud ikut campur tetapi, saya hanya ingin tahu kenapa tuan –“

“Tugasmu adalah menjaga dan merawat Garret hingga rasa traumanya sirna bukan ikut campur urusan saya.” Final, Lyyana pun mengurungkan ucapannya, sebenarnya tak ada yang salah dengan ucapan Garret. Ia seharusnya tahu diri dan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang singkat agar ia bisa terbebas dari jerat pria kaya itu.

Lyyana menunduk, Petra pun berlalu meninggalkannya begitu saja. Lyyana kembali menghela napas, ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara ayah dan anak itu. Namun, ia benar-benar merasa janggal dengan hubungan keduanya. Tak mau ambil pusing, Lyyana mencoba mengabaikan kejadian tadi dan bergegas masuk ke dalam kamar Garret. Beragam cara Lyyana lakukan agar Garret menurunkan selimutnya, karena Lyyana tak mau Garret merasa sesak karena menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal itu.

Waktu terus berlalu, Lyyana mulai menikmati tugasnya sebagai baby sister untuk Garret. Ia juga tak lagi canggung ketika Garret memanggilnya dengan sebutan ibu. Lyyana juga mengabaikan sikap cuek Petra pada Garret akan tetapi pria itu tetap memantau untuk kesehatan Garret.

“Hari ini antarkan Garret ke rumah sakit untuk kontrol dan medical check up.” Lyyana menoleh menatap pria tegap yang berdiri dengan setelan jas lengkap.

Setelah mengatakan hal tersebut, Petra berlalu begitu saja. Ia bahkan tak menyapa Garret yang menatapnya sendu. ‘Apa selama ini, Tuan Petra tak pernah berpamitan atau menyapa putranya?’ tanya Lyyana dalam hati.

Tepat pukul 10 pagi, Lyyana bersiap berangkat ke rumah sakit bersama Garret yang enggan turun dari gendongannya. Bocah balita itu sangat lengket dan patuh pada ucapan Lyyana. Membuat siapa saja yang tak tahu kebenarannya akan mengira Lyyana adalah ibu dari Garret.

Setibanya di rumah sakit, Lyyana bergegas menuju ke ruangan dokter pribadi yang biasa menangangi keluarga Petra. Selama proses terapi, perhatian Lyyana tak pernah lepas dari sosok balita yang terlihat menggemaskan itu.

Setelah melewati tiga puluh menit terapi, Lyyana diperbolehkan untuk pulang bersama Garret. Saat menunggu mobil jemputannya, Lyyana dikejutkan oleh sebuah suara tak asing yang memanggil namanya.

“Lyyana‼!” Lyyana menoleh ke arah sumber suara, ia terkejut setengah mati melihat sosok yang berdiri beberapa meter dari tempatnya dengan raut wajah merah padam.

Karena panik, Lyyana berlali menghindari sosok itu. Hingga ia lupa pada Garret yang masih berada di dalam pelukannya. Pikirannya hanya berlari sekuat mungkin agar tak tertangkap orang itu. Karena terlalu sibuk berlari, Lyyana tak memperhatikan langkah kakinya, ia pun tersandung sebuah batu dan membuatnya juga Garret terjatuh ke kerasnya aspal.

Tiinnn‼! Tinnn‼!

Jantung Lyyana berpacu begitu cepat, ia berusaha bangkit dari posisinya namun, belum sempat ia kembali berlari sebuah mobil berhenti di sampingnya. Lyyana semakin panik ia berusaha berjalan dengan sebelah kaki terpincang-pincang dan Garret di dalam gendongannya. Berulang kali Lyyana berusaha menghindari kejaran mobil dan sosok di belakang sana yang terus menerus memanggil namanya.

“Masuk‼!”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel