Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 : Pilihannya hanya dua

“Dengan… dengan mencicilnya. Ya‼ Saya akan mencicil biaya ganti ruginya,” ujar Lyyana spontan.

Petra berdecak ia berjalan menuju jendela kamar Garret. “Aku tidak yakin kau bisa membayarnya. Harganya lebih mahal daripada yang bisa kau pikir.” Petra menjeda ucapannya, ia menoleh sejenak menatap raut wajah Lyyana. “Harganya 12 miliar.” Lyyana menelan salivanya susah payah, lututnya mendadak lemas ia nyaris terjatuh jika saja tak berpegangan pada almari pakaian Garret di sampingnya.

“Kau yakin mau mencicilnya?” sambung Petra mendekat ke arah Lyyana.

Lyyana tak bisa berpikir jernih, ia tak bisa membayangkan sebanyak apa uang yang Petra sebutkan tadi. Jangankan memiliki, melihat saja Lyyana tak pernah. “Jadi bagaimana?”

Lyyana menghela napas berat ia mengembalikan kesadarannya. “Maaf tuan, saya memang mungkin tidak memiliki uang sebanyak yang tuan sebutkan. Tetapi, saya akan tetap berusaha melunasinya. Walau mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar.”

“Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk menggantinya?” tanya Petra, ia melihat raut bingung dan gelisah di wajah Lyyana.

“Mungkin… .”

“Selamanya.” Petra tersenyum sinis, ia menarik sebelah alisnya, bibir tipis yang dihiasi rambut tipis di sekelilingnya itu berdecak singkat lantas mengendikkan bahunya acuh. “Saya bisa meringankannya, tetapi ada syarat yang harus kau penuhi.”

Lyyana mematung, ia sudah menduga jika memang pria kaya di depannya ini memiliki maksud lain. “Syarat?” tanya Lyyana mencoba memancing pria itu.

“Saya akan jelaskan setelah sarapan.” Setelah mengucapkanya, Petra melintas di samping Lyyana. Membiarkan wanita itu sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Lyyana menahan napasnya saat Petra melintas tepat di samping tubuhnya, Lyyana melirik dengan ekor matanya, tatapan mata tajam dan aura mendominasi terasa menghunus Lyyana. Pria itu terus berjalan lurus menuju pintu kamar, tak lama Lyyana mendengar suara pintu tertutup, Lyyana menghela napas yang sedari tadi ia tahan.

“Bodoh! Bodoh! Bodoh‼ Bisa-bisanya aku masuk ke lubang yang sama dua kali‼” gerutu Lyyana seraya memukul kepalanya. “Kenapa tadi tidak langsung kabur saja‼” rancau Lyyana menyesali keputusannya yang tidak langsung kabur dari rumah mewah itu.

Lyyana mengurung diri di dalam kamarnya, ia bahkan melewatkan waktu sarapan. Walaupun beberapa art Petra mengajaknya untuk keluar kamar. Lyyana meringkuk di atas karpet, punggungnya bersandar pada ranjang.

Wanita itu terus melirik ke arah jam dinding, berharap waktu berhenti sejenak agar ia tak segera bertemu dengan Petra. Sayangnya, dewi fortuna tidak berpihak padanya saat sedang asyik melamun pintu kamarnya terbuka menampilkan tubuh tegap Petra berdiri di ambang pintu kamar.

Lyyana bisa saja melayangkan protes pada sikap Petra namun, ia cukup sadar diri di mana ia berada. Pria itu menatap lurus ke arah Lyyana membuat wanita itu tak bisa lagi mengelak atau menghindarinya.

Ia bersiap bangkit dan mengumpulkan segala keberaniannya. “Tuan, maaf saya sungguh minta maaf sudah memecahkan vas bunga tuan. Saya berjanji akan segera menggantinya tetapi tolong jangan –“

Ucapan Lyyana menggantung di udara saat Petra semakin mengikis jarak antaranya. Napas Lyyana tertahan, ia seakan kehilangan pasokan oksigen di sekelilingnya namun, detik selanjutnya Lyyana mengerutkan kening bingung. Pasalnya, Petra mengulurkan tangan menyerahkan secarik kertas padanya. Lyyana meraih surat itu ragu-ragu, otaknya terus memikirkan hal negative yang akan Petra lakukan padanya. “Baca dan pahami.” Petra lantas berjalan menuju salah satu kursi yang ada di dalam kamar tersebut.

Lyyana meraih kertas yang diulurkan Petra, netranya membaca jajaran huruf di atas kertas yang diberikan Petra. Keadaan hening melingkupi ruangan berukuran 4x5 itu, Lyyana sibuk membaca setiap kata yang terketik rapi di atas secarik kertas bermaterai.

Setelah selesai membaca, Lyyana mendongak menatap Petra untuk beberapa detik, setelahnya ia kembali tertunduk dan bergerak mundur. “Maaf tuan apa ini tidak salah?” tanya Lyyana berhati-hati.

“Maksudnya saya harus tinggal di sini bersama dengan Tuan dan Garret? Saya juga tidak diperkenankan keluar rumah? Dan… saya harus memperbaiki hubungan Tuan dengan Garret?” papar Lyyana menatap Petra dan kertas bergantian.

“Maaf tuan, anda memang orang berada tapi anda tidak bisa melarang saya sedemikian rupa. Dan lagi pula… hubungan Tuan dan Garret bukanlah campur tangan saya. Saya tidak berkewajiban untuk –“

“Kalau begitu, saya akan menghubungi pengacara untuk membuat laporan percobaan pencurian dan perusakan aset,” potong Petra membuat Lyyana semakin membulatkan matanya.

“Mana bisa begitu?”

Petra mengendikkan bahu acuh, ia lantas bangkit dari duduknya. Meletakkan sebuah bolpoin di atas nakas meja dan berkata, “Saya beri waktu hingga malam ini.”

Belum sempat Lyyana menjawab ucapan Petra, pria itu sudah menghilang dari balik pintu kamar Lyyana. Lyyana menghempaskan kembali tubuhnya, ia menghela napas berat. Lyyana berada di ambang kebingungan, jika ia menerima persyaratan Petra tentu saja ia akan terkurung di rumah itu namun, jika ia memilih menolaknya maka ia akan terkurung di penjara.

Sepanjang hari, Lyyana habiskan dengan memikirkan pilihan terbaik untuknya. Adzan maghrib berkumandang, Lyyana segera melaksanakan kewajibannya, ia menjalankan dengan khusyuk dan memanjatkan doa untuk memantapkan hatinya. “Semoga ini pilihan terbaik,” ujarnya seraya melipat mukenah yang ia kenakan.

Lyyana menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, ia mengulangi kegiatannya hingga di ujung pintu kamar. Jemari lentik Lyyana menekan knop pintu dan menarik pintu tinggi di depannya. Sesuai ucapan Petra, pria itu akan menunggu di kamar Garret untuk mendengarkan jawaban dari Lyyana.

Langkah kaki Lyyana menapaki setiap anak tangga menuju kamar Garret. Sebelum mengetuk pintu, Lyyana menarik napasnya kembali dan membuangnya perlahan. Belum sempat Lyyana mengetuk, ia sudah mendengar suara barithon yang berteriak dari dalam kamar. “Masuk!”

Tubuh wanita itu menegang sejenak, ia lantas menekan knop dan mendorong daun pintu hingga terbuka sepenuhnya. Lyyana melangkah perlahan ia mendekati Petra yang sedang duduk di tepi ranjang Garret, pria itu mengamati wajah Garret yang sedang tertidur.

“Jadi apa keputusanmu?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel