AKIBAT BURU-BURU
Lea artis yang terbilang sangat pesat. Begitu debut langsung populer. Banyak yang menyukainya, tetapi tidak sedikit pula yang membencinya. Salah satu alasan mereka tidak menyukai Lea adalah sikap tempramen gadis 20 tahun itu.
“Apa yang kelen tahu soal aku dari orang lain, ha!? Kelen ingin tahu berapa banyak produser yang aku rayu dan betapa busuknya aku waktu SMA? Ayo, tanyakan langsung padaku! Kenapa diam? Kelen ingin dengar langsung dari orangnya, bukan? Ngomong!” omelnya pada dua pekerja yang sedari tadi membicarakan hal-hal buruk tentang dirinya.
Sisi gelap yang didengar oleh mereka jelas itu adalah ulah sengaja oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Semua tidak sesuai fakta. Kenyataannya, Lea adalah putri tunggal seorang taipan yang bercerai dengan sang istri, kemudian Lea berada di bawah pengasuhan ibunya. Hidupnya selayaknya tuan putri yang diatur juga diawasi. Itu menjamin kalau masa lalu Lea bersih tanpa cacat, berbanding terbalik dengan gosip gelap yang senter dibicarakan.
Lea baru saja memperoleh kebebasannya saat kelas 12 SMA, yaitu saat dirinya memulai debut karier sebagai model dan artis. Itu pun sebenarnya ditentang habis-habisan oleh ibunya. Namun, ia berhasil memenangkan perdebatan dengan konsekuensi menerima keputusan ibunya untuk menikah lagi.
“Ma—maaf,” sesal salah satu pekerja itu.
“Bacot! Dengar, ya! Dengan siapa aku tidur nggak ada urusan dengan isi kepalamu itu! Dasar Penggosip!!!!”
Meskipun sudah meminta maaf, Lea bukan tipe orang yang mudah melunak begitu saja. Suara ribut-ribut itu secara kebetulan didengar oleh Nick yang juga sedang mencari Lea.
“Lea, ada masalah apa ini?”
“Nggak ada,” jawab Lea masih dengan riak wajah kesal.
“Kamu berteriak tadi,” tukas Nick.
“Oh, itu karena aku melihat dua kecoak bau di tempat ini,” sindir Lea melirik sinis pada dua pekerja tadi.
“Lea, kamu nggak perlu syuting ulang hari ini. Bang Etan udah kasih tau aku kalau kamu harus hadir di acara peragaan busana sekarang. Kamu bisa pergi jika kamu ingin pergi,” ujar Nick yang lagi-lagi mengistimewakan artisnya itu.
“Terus?” tanya Lea soal set yang harus diulang.
“Set dibatalkan,” jawab Nick.
Momen pembatalan set oleh Nick demi Lea terpampang jelas di hadapan dua penggosip. Ini justru memperkuat rumor kedekatan Nick dengan Lea. Seperti yang semua orang tahu, Nick adalah pria yang sudah beristri. Itu yang menjadikan rumor tersebut bagaikan bola panas.
“Wow, ganas!” ceplos salah seorang pekerja yang langsung ditatap dengan tatapan mata nyalang oleh Lea. Keduanya langsung tertunduk ciut nyali.
Gegas, Lea berganti pakaian dan menghapus riasan. Secepat kilat kembali merias wajahnya sendiri dengan dibantu oleh MUA tentunya agar lebih cepat dan sempurna. Begitu semua sudah selesai, superstar itu buru-buru meninggalkan lokasi syuting yang merupakan sebuah kondominium.
Nahas. Saat sedang berada di lobi kondominium, dia bertabrakan dengan salah satu kru sinetron yang ia bintangi. Jangan tanya apakah Lea marah? Ya, gadis itu sangat sangat pemarah.
BRUUKKK!
“Awww!” pekik Lea.
Tangan, lengan dan sebagian bajunya terkena cipratan minuman yang mengandung alkohol.
“Sialan!” umpatnya.
“Ma—maaf!” pria itu gugup dan segera meminta maaf. Semua barang bawaannya terjatuh dan berantakan, termasuk minuman keras yang dibawanya tumpah tak tersisa.
“Artis atau klub apa yang mempekerjakan kamu di sini? Beraninya menumpahkan minuman keras padaku. Kamu minum saat kerja!?” hardik Lea, mengomeli pria dengan rompi dan tanda pengenal sebagai kru sinetron.
“Nggak, bukan gitu. Ini properti untuk syuting. Maaf, Lea. Aku beneran nggak sengaja, aku ceroboh,” sesal pria itu takut kehilangan pekerjaannya jika sampai Lea mengadu kepada Nick.
“Sudahlah! Anggap saja aku sedang sial hari ini,” pungkas Lea.
Ia sebetulnya masih kesal, tetapi ingat saat ini harus buru-buru untuk segera sampai di lokasi peragaan busana Jeng Anne.
“Lea!” panggil Nick.
Pria itu berlari menghampiri Lea. Ia mengira jika gadis itu sudah berangkat sejak tadi.
“Kamu kenapa masih di sini? Kenapa kamu bau minuman keras? Mau ganti baju dulu?” tawar Nick. Ia tidak keberatan untuk meminjamkan pakaian yang dipakai syuting pemeran sinetron jika Lea bersedia.
“Nggak, nggak! Udah nggak ada waktu. Aku harus buru-buru,” jawab Lea.
Tidak berlama-lama, Lea bergegas meninggalkan Nick. Mengemudikan Mazda imut, gadis yang kerap dijuluki sebagai Dilraba Dilmurat-nya Indonesia itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sementara itu, tepat di pelataran kantor kuasa hukum Lionel Richie Lim, S.H., M.Hum., LL.M, terjadi tindak kekerasan yang dilakukan karena perseteruan hukum klien yang dibela tim Leo dengan lawannya.
“Pak, saya bertanya baik-baik. Apa Bapak bisa menarik gugatan Anda kepada bos kami?” Seorang pria berbadan tinggi besar sedang menanyai pria paruh baya yang merupakan klie dari tim kuasa hukum yang diketuai oleh Leo.
“Jika bos Anda tidak berhenti mengganggu putriku, maka gugatan ini tidak akan dihentikan. Saya akan meminta pengacara saya untuk mengeksposnya juga,” jawab pria paruh baya itu bersungut-sungut memancing emosi pria tinggi besar di hadapannya.
“Anda berani mengancam, ya?”
BUGH!
Satu tinju melayang langsung membuat pria paruh baya itu tersungkur.
“Hentikan! Jangan pukul suamiku!” teriak istri pria paruh baya itu.
Akan tetapi, si pria bertubuh tinggi besar masih tidak berhenti melayangkan tinju tinju berikutnya. Sang istri yang panik berlari mencegat sebuah Rubicon hitam dop yang dikendarai oleh Leo.
“Tolong! Tolong! Tolong!” Wanita itu mengetuk kaca jendela Rubicon milik Leo yang bersedia berhenti.
“Ada apa, Bu?” tanya Leo setelah menurunkan kaca jendela Rubicon miliknya.
“Hia, tolong suami saya! Dia diancam dan dipukul. Tolong, Hia!” tunjuk wanita itu pada suaminya yang meringkuk di lantai, tetapi masih ditendangi oleh pria bayaran lawan mereka.
Pria itu melihat aduan istri lawannya ditanggapi segera berlari masuk ke dalam mobilnya. Mereka memacu kendaraan roda empat tersebut untuk kabur. Tidak tinggal diam, Leo segera melakukan pengejaran. Aksi kejar-kejaran pun tampak seperti kebut-kebutan di sirkuit balap.
“Lea, kamu di mana?” tanya Bang Etan melalui sambungan telepon.
“Aku di jalan. Aku akan lewat jalan pintas,” jawab Lea sembari mengemudi.
“Cepatlah!”
“Oke! Oke! Aku pasti datang cepat waktu!”
Lea memotong jalan dengan mengambil jalur yang tidak semestinya untuk melewati jalan pintas. Namun, secara mengejutkan setelah lolos sebuah Terios putih, tiba-tiba muncul Rubicon hitam dop dari arah yang sama.
Ciiiiittttt!
“Aaaaaa!”
Dencitan suara mobil yang dipaksa mengerem saat sedang melaju kencang pun terdengar ngeres di telinga. Nyaris saja Rubicon dan Mazda itu bertabrakan. Untungnya, kedua pengemudi menghentikan kendaraan mereka tepat waktu.
“Lea! Lea! Ada apa, Lea!” tanya Bang Etan karena panggilan keduanya masih terhubung.
“Aku hampir ditabrak, Bang,” jawab Lea.
“Apa!?” kejut Bang Etan.
“Nggak apa-apa, tolong suruh Temon ke sini ambil mobil! Aku akan naik taksi,” perintah Lea agar sopir sekaligus asistennya datang mengurus mobilnya.
“Oke! Hurry up up up!”