Sandiwara
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU (8)
''Kalian sedang membicarakan apa?'' tanya seseorang laki-laki yang seketika langsung mengagetkan kami.
Kami pun lantas menatap siapa gerangan yang bersuara barusan. Ternyata Bang Irsyad, dia adalah kakak sepupuku.
''Lho, Amira, kamu sudah bisa berjalan?'' tanya Bang Irsyad kaget. Dia seakan tak percaya dengan apa yang barusaja ia lihat.
''Iya, Bang, alhamdulillah. Aku tak menyangka ternyata Allah begitu baik sudah menyembuhkan kembali kedua kakiku sehingga bisa berjalan normal seperti dulu. Aku merasa bahagia sekarang. Ini seperti mimpi.'' Aku melempar senyum bahagia menatap Bang Irsyad. Ini seakan mimpi yang menjadi kenyataan. Padahal sebelumnya dokter sudah memprediksi bahwa aku tak akan lagi bisa berjalan dengan normal. Tapi sekarang kenyataannya berbanding terbalik.
''Masya Allah, Amira. Abang sangat bahagia melihat kamu sekarang sudah bisa berjalan normal kembali menggunakan kedua kaki. Pastinya, Bagas pasti senang melihat kamu bisa berjalan normal seperti sekarang,'' ujar Bang Irsyad membalas senyumanku.
Seketika, aku terdiam sejenak, lalu menggeleng. Pada kenyataanya, Mas Bagas mungkin tidak akan senang melihatku bisa berjalan normal kembali. Apalagi mengingat bukti yang dikirimi oleh Bunga membuatku tak ingin Mas Bagas mengetahui ini.
''Kenapa kamu diam?'' tanya Bang Irsyad heran.
''Aku belum mau memberitahu tentang kondisiku kepada Mas Bagas, Bang. Aku belum siap mengatakannya setelah apa yang sudah ia lakukan terhadapku,'' ujarku pelan sembari menunduk tak berani menatap wajah kakak sepupuku.
''Memangnya apa yang sudah Bagas lakukan terhadap kamu Amira? Kok sepertinya kamu tengah menyimpan sesuatu masalah, bukankah selama ini kehidupan rumah tanggamu bahagia, ya?'' tanya Bang Irsyad. Dia heran dengan apa yang terjadi menimpaku.
''Mas Bagas ternyata selama ini sudah berkhianat, Bang. Dia tega mengkhianatiku dengan wanita lain. Dia sangat keterlaluan telah bermain api di belakangku,'' lirihku memendam penuh kesedihan. Kedua mataku berkaca-kaca memandang Bang Irsyad.
''Apa? Bagas berkhianat?''
Bang Irsyad terkejut mendengar ucapanku, dia seakan tak menyangka suamiku berkhianat.
Aku mengangguk, ''Iya, Bang.''
''Apa buktinya jika memang benar Bagas berkhianat Amira, Abang sama sekali tidak percaya bahwa suamimu telah mengkhianati kamu dengan wanita lain,'' ujar Bang Irsyad meminta bukti.
Dengan cepat, aku langsung memperlihatkan bukti chat yang dikirim dari aplikasi WhatsApp. Bang Irsyad membaca pesan yang dikirim oleh Bunga dan melihat bukti beberapa foto. Seketika, raut wajah Bang Irsyad berubah.
''Keterlaluan! Ternyata selama ini, Bagas sudah menipu kita. Dia laki-laki brengsek yang tidak tahu berterima kasih, padahal kita sudah mengangkat derajatnya dari kemiskinan. Abang tak menyangka Bagas nekad berkhianat dari kamu, Amira.'' Amarah Bang Irsyad membara ketika mengetahui kebenarannya tentang Mas Bagas. Aku pun demikian, sakit rasanya dikhianati oleh suami sendiri.
''Mas Bagas memang sangat keterlaluan, Bang. Aku juga tak menyangka dia bisa melakukan hal itu, padahal selama ini aku sudah cukup baik padanya dan selalu memberikan apapun yang ia mau, tapi nyatanya itu semua masih kurang, Mas Bagas malah menjalin hubungan dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Jika saja Bunga tidak memberitahu mungkin aku akan menjadi wanita yang paling bodoh karena sama sekali tidak mengetahui keburukan Mas Bagas,'' ujarku lagi menahan rasa kecewa di dalam dada.
''Betul, Irsyad. Tante juga tidak menyangka Bagas sudah mengkhianati Amira. Tante merasa kecewa padanya karena sudah menyakiti perasaan Amira,'' timpal Mama kepada Bang Irsyad. Sepertinya Mama mulai menyangka bahwa yang dikirim oleh Bunga adalah benar-benar bukti nyata, padahal tadi Mama sudah menyarankan untuk tidak mempercayai bukti yang belum benar-benar kuketahui oleh kedua mataku sendiri.
''Sepertinya kita harus menjalankan sesuatu rencana agar Bagas bisa merasakan penderitaan yang Amira rasakan,'' sahut Bang Irsyad.
''Betul, Irsyad. Lebih baik begitu. Sepertinya kita harus bersandiwara berpura-pura tidak mengetahui tentang kebohongan yang dilakukan oleh Bagas dan menyembunyikan kesembuhan Amira darinya. Tante tidak mau Bagas mengetahui bahwa sekarang kedua kaki Amira sudah sembuh,'' ucap Mama lagi.
''Irsyad akan menutup mulut dan tidak akan membiarkan Bagas tenang, Tante. Irsyad akan melakukan sesuatu cara agar Bagas menyesali tentang apa yang sudah ia perbuat kepada Amira,'' ujar Bang Irsyad.
Aku yang mendengar percakapan antara Bang Irsyad dan Mama hanya bisa terdiam. Aku pun sangat bingung dengan keadaan seperti ini. Di satu sisi, aku tengah merasakan kebahagiaan karena kedua kakiku sudah berjalan dengan normal kembali seperti wanita lain, tapi sayangnya kenyataan pahit yang harus kuterima. Aku merasa sedih sekarang, Mas Bagas sangat keterlaluan.
Selama kami menikah, Mas Bagas begitu sangat perhatian dan menyayangiku setulus hati, aku selalu bahagia bila di sisinya, dia baik dan menerima aku apa adanya tanpa memandang kondisiku yang tengah cacat akibat kecelakaan dua tahun lalu. Namun ternyata, semua yang ia lakukan terhadapku adalah sebuah kepalsuan. Mas Bagas tega mengkhianatiku dengan wanita lain. Betapa bodohnya aku telah dipermainkan olehnya.
Tanpa kusadari bulir bening menetes di kedua pipi, aku merasa tak kuat menahan penderitaan yang tengah kurasakan.
''Yang sabar, Amira. Aku yakin suatu saat nanti Bagas akan mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang sudah ia lakukan terhadap kamu'' ujar Bang Irsyad.
Aku mengangguk. Kemudian, secara perlahan menghapus air mata yang menetes di kedua pipi.
''Kamu yang tenang ya, sayang. Mama yakin, Bagas akan menyesali atas apa yang sudah ia perbuat terhadap kamu. Mama harap, jangan pernah menangisi laki-laki brengsek seperti dia. Karena setetes air matamu sangat berharga dibanding harga diri Bagas yang sudah dengan tega berkhianat di belakang kamu,'' timpal Mama kembali.
Kedua kalinya aku mengangguk. Mama dengan perlahan memelukku erat agar membuatku merasa lebih tenang.
Setelah dirasa tenang, aku, Mama, Papa dan Bang Irsyad bersiap pulang ke rumah.
Selama di perjalanan, pikiranku terbayang wajah Mas Bagas, di saat ini hatiku memang tak bisa dibohongi, aku masih mencintainya. Tetapi, mengingat kebohongannya yang telah berkhianat membuatku merasa jijik tak sudi jika harus bertahan karena sebuah cinta palsu darinya. Aku ingin bahagia tanpa kehadiran seorang laki-laki di dekatku.
Tak terasa, kami sudah sampai rumah. Aku mengistirahatkan tubuh karena badan ini sudah sangat lelah. Pun dengan Mama, Papa dan Bang Irsyad.
''Assalamualaikum ....''
Tiba-tiba terdengar suara mengucap salam diiringi dengan ketukan pintu. Aku melirik ke arah pintu.
''Itu suara Mas Bagas!''
Aku terkejut ketika mengetahui suara Mas Bagas, dia ternyata sudah pulang tanpa memberi kabar apapun terhadapku.
''Iya, kamu betul. Itu suara Bagas. Sekarang kamu pakai kembali kursi roda, jangan perlihatkan bahwa saat ini kedua kakimu sudah bisa berjalan normal.'' Aku mengangguk mendengar ucapan Mama.
Kami pun membuka pintu, terlihat seorang laki-laki tengah berdiri dengan wajah lesu. Tatapannya dingin, tetapi tak lama berselang ekspresi wajah itu berubah tersenyum. Dia menundukkan tubuhnya seraya memposisikan agar sepadan denganku.
''Sayang, kamu apa kabar?'' tanyanya sambil mencium kening. Terlihat sangat romantis, aku melempar senyum padanya. Walaupun hatiku merasa terluka.
Bersambung
Kalau misalkan kalian ada di posisi Amira yang suaminya selingkuh. Apa yang akan kalian lakukan?
Yuk tulis di kolom komentar dan jangan lupa follow akun author, ya.❤️