Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 8

“Di mana ini? Arrggh,” lirih Zhang Xu Feng sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Samar-samar pandangannya mengedar ke sekitar dan mendapati saudara seperguruannya yang lain terkurung di sebuah sel penjara.

Suara bising suara banyak orang yang meminta pertolongan menggema ke seisi ruangan. Akan tetapi, anehnya Zhang Xu Feng tak melihat orang lain selain kedua seniornya.

“Senior! Senior!” panggil Zhang Xu Feng dengan lantang. Berusaha keras membangunkan Mu Lan dan juga Mu Gang. “Senior!”

Tap …

Tap …

Tap …

Reflek Zhang Xu Feng menutup mulutnya tatkala mendengar suara langkah kaki yang saling bersahutan. Selang beberapa menit kemudian, muncullah seorang pria yang asing namun sepertinya Zhang Xu Feng pernah melihatnya di satu tempat.

‘Ternyata itu mereka,’ batin Zhang Xu Feng. Teringat terakhir kali sebelum mereka tak sadarkan diri, dua orang pria asing tiba-tiba muncul dan sepertinya itu mereka.

Set! Dengan sigap Zhang Xu Feng membaringkan tubuhnya seraua memejamkan netranya. Berpura-pura tak sadarkan diri.

“Aneh. Kurasa tadi aku mendengar suara teriakan mereka,” gumam salah seorang dari pria asing itu.

“Mungkin hanya perasaanmu saja. Tempat ini sangat ramai. Mungkin bukan mereka. Cepat, kita harus memindahkan mereka ke tempat lain,” himbaunya.

Tatkala kedua pria asing itu membuka gembok sel penjara, kala itu tiba-tiba Mu Lan dengan sigap bangkit dan memukul kedua pria itu. Ternyata, Mu Lan dan Mu Gang telah sadarkan diri sejak Zhang Xu Feng membangunkannya. Setelah mereka berhasil membuat babak belur kedua pria asing itu, kemudian Mu Lan bergegas keluar dari sel dan mematahkan gembok sel penjara Zhang Xu Feng.

“Xu Feng, ayo. Kita harus segera meninggalkan tempat ini,” cetus Mu Lan seraya menyeret pergelangan tangan Zhang Xu Feng dengan kuat.

“Oucchh! Kurang ajar. Dasar gadis tengik.”

“Argh. Ke mana orangnya? Sial! Mereka berhasil melarikan diri. Hei, kita harus mengejarnya. Jangan sampai para bocah sialan itu melarikan diri.”

Kedua pria asing itu gegas bangkit demi menangkap mereka bertiga. Rute jalan bawah tanah ternyata tidak sederhana, layaknya labirin. Mereka bertiga telah melalui banyak jalur, namun ternyata berujung jalan buntu.

“Senior, hati-hati.” Zhang Xu Feng dengan sigap menarik lengan Mu Gang tatkala ia melihat para penjaga yang ramai mencari mereka.

“Apa yang kau lakukan? lepaskan!” Mu Gang menghempas lengan Zhang Xu Feng yang mencekalnya.

“Shuttt … jangan kekanakan. Xu Feng baru saja menyelamatkanmu. Lihatlah di sana!” timpal Mu Lan dengan suara berbisik.

Reflek Mu Gang menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Mu Lan dan mendapati para penjaga yang berjalan ke arah mereka. Untung saja, Zhang Xu Feng tangkas menyadari kehadiran para penjaga dan gegas menarik lengan Mu Gang ke tempat persembunyian.

“Ouh.” Jawaban Mu Gang tampak santai setelah menyadari kecerobohannya. “Terimakasih,” ucapnya terdengar tidak ikhlas.

“Sudah seharusnya,” balas Xu Feng.

“Lupakan. Kita harus lebih rasional. Dengar, kita bukan sedang berlatih, tapi ini situasi hidup dan mati. Kita harus bekerjasama,” cetus Mu Lan. “Dengar. Mau tidak mau, saat ini kita satu tim. Mu Gang, apa kau mendengarnya?” sindir Mu Lan.

“Baik, Senior,” jawabnya.

Bersembunyi bukanlah jalan keluar. Ada banyak penjaga yang berpatroli di setiap rute. Maka, cepat atau lambat keberadaan mereka akan tereskspos. Namun, bergerak tanpa berpikir pun tidak akan berhasil. Sepertinya, seseorang yang membuat rute labirin ini sengaja menjadikannya sangat rumit sehingga siapa pun yang berhasil melarikan diri akan kesulitan keluar dan tertangkap kembali.

“Senior, sepertinya aku menyadari satu hal,” ungkap Zhang Xu Feng.

“Katakan.” Mu Lan mempersilakan Zhang Xu Feng berpendapat.

“Apa kalian menyadari bahwa setiap rute, akan ada obor yang bersinar di ujung jalan?” tanya Zhang Xu Feng.

“Oh, benar. Jadi, maksudmu … Ah, sekarang aku tahu. Obor itu sepertinya simbol. Setiap jalan terang yang kita lalui, pasti akan berakhir ke jalan buntu. Sepertinya, itu tipuan. Zhang Xu Feng, Mu Gang. Aku sudah mengerti. Jika ingin melalui jalan yang tidak buntu, kita harus melalui jalur gelap,” cetus Mu Lan.

“Benar, Senior. Itu juga yang kupikirkan,” sergah Zhang Xu Feng.

“Kalau begitu, itu artinya … kita harus melalui jalan sana?” tunjuk Mu Gang ke salah satu rute gelap yang berseberangan dari tempat persembunyian mereka.

“Tidak ada salahnya mencoba. Ayo, hati-hati,” himbau Mu Lan.

Setelah berusaha berjalan menuju lorong gelap, mereka bertiga akhirnya sampai di sana. Akan tetapi, Zhang Xu Feng tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.

"Xu Feng, apa yang kau lakukan? ayo pergi," himbau Mu Lan kala menoleh ke belakang dan mendapati Zhang Xu Feng yang tak beranjak dari tempatnya.

"Lagi-lagi anak ini sangat menyusahkan," gerutu Mu Gang sembari memasang ekspresi yang ditekuk. "Hei, apa kau ingin kita semua tertangkap lagi? jangan diam saja. Kita harua bergegas pergi dari sini," sergahnya.

Zhang Xu Feng menghembuskan napas berat seraya berkata, "Apa kalian yakin kita harus menyelamatkan diri kita sendiri, lalu bagaimana dengan orang-orang yang tertangkap?" tanya Zhang Xu Feng.

"Itu ... Aku ... ." Mu Lan tampak ragu berkata-kata.

"Senior, kita tidak tahu bagaimana menderitanya mereka semua. Sebagai seorang sekte kebenaran, seharusnya kita ... ."

"Apa? kenapa? kau ingin agar kita tertangkap lagi?" sahut Mu Gang dengan sikap ketusnya. "Hei, apa kau buta? Meskipun kau sangat bodoh, seharusnya kau tahu jika lawan tidak bisa diremehkan. Kau tidak lihat saat Senior Mu Lan bertarung dengannya? apa kau buta? dengarkan dan perhatikan baik-baik. Mencari jalan keluar saja sudah sangat menyulitkan. Lalu apa katamu? Kita harus menolong semua orang? jangan bermimpi." Mu Gang mengomeli Zhang Xu Feng habis-habis.

Semua yang dikatakan Mu Gang memanglah benar adanya. Zhang Xu Geng tersadar dan sadar betul jika dirinya tak memiliki kemampuan untuk menolong orang lain, bahkan menolong dirinya sendiri pun dia masih sering merepotkan para senirnya. Akan tetapi, dia tetap kekeuh dengan pendiriannya. Ia tak dapat berpangku tangan saat orang lain menderita hanya demi menyelamatkan diri sendiri.

"Bukannya aku tidak ingin menolong mereka. Namun, Xu Feng. Di situasi ini, kita harus lebih bijak. Jangan bertindak gegabah. Setelah kita berhasil keluar dari sini, aku akan berusaha meminta bantuan. Pada saat itu, Senior Liguang Naihe pasti akan datang membantu," tutur Mu Lan.

Zhang Xu Feng lagi-lagi hanya bisa terhening, barulah angkat bicara, "Baiklah. Kalian memang benar. Sebelum menyelamatkan orang lain, kita harus bisa menyelamatkan diri sendiri."

"Ingin kabur? jangan harap!!!"

DUAAAKK!!!

Pukulan keras menghantam ke arah mereka bertiga, hingga tubuh mereka terdorong jauh hingga menubruk dinding gua. Seketika tubuh mereka terpental dan jatuh tersungkur membentur tanah. Sedangkan hanya Mu Lan seorang diri yang dapat menjaga keseimbangan agar tetap berdiri kokoh. Setelah itu ...

HIAATT!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel