Pustaka
Bahasa Indonesia

MASTER PEDANG DARAH

16.0K · Ongoing
Queen Nis Ca
30
Bab
181
View
9.0
Rating

Ringkasan

Direndahkan karena tak memiliki kualifikasi beladiri. Siapa yang menyangka jika Zhang Xu Feng adalah titisan dewa iblis? Namun, karena hal itulah Zhang Xu Feng dituding sebagai pembawa petaka. Meskipun tak bersalah, ia harus menerima hukuman berat dan bahkan diburu ke mana pun dia pergi. Akankah Zhang Xu Feng menerima takdirnya? Ataukah dia berhasil merubah takdir hidupnya?

PengkhianatanSupernaturalZaman Kunopembunuhankultivasiwuxiapendekar

BAB 1

“Dasar pecundang tidak berguna! Menyingkir dari jalanku!” Dia mendorong saudara seperguruannya hingga jatuh tersungkur dan terluka. “Haha. Yang benar saja. Baru didorong begitu saja sudah jatuh, belum lagi kalau pakai tenaga dalam,” ejeknya merendahkan.

“Ssshh …,” desisnya menahan perih lengannya yang tergores batu kerikil di tanah, lalu ia berusaha bangkit. Namun, belum sempat ia berdiri, datang lagi saudara seperguran yang lain. Tanpa hormat menginjak kakinya hingga ia meringis kesakitan. “Argghh,” pekiknya.

“Ah, ada orang ternyata. Kukira aku baru saja menginjak kotoran. Hahaha,” ejeknya.

“HAHAHA. Kau bisa saja. Manusia dan kotoran memang tidak bisa disamakan,” sahut rekannya yang puas menertawakan.

“HAHAHA.” Suara gelak tawa terdengar nyaring di telinga pemuda yang selalu menjadi korban penindasan para saudara seperguruannya sendiri.

Pemuda itu hanya bisa terdiam geram mengepalkan telapak tangannya, menahan rasa malu tanpa berkesempatan untuk melawan penghinaan yang mengoyak harga dirinya. Sebab dia tahu, jika perlawanan yang akan dia lakukan justru akan berakhir sia-sia dan malah akan membuat tubuhnya babak belur dikeroyok para saudara seperguruannya yang telah berkultivasi hingga tahap tertentu. Berbeda dengan dirinya yang dicap tidak berguna karena tahap pertama saja, dia belum menguasainya. Konon katanya, tubuhnya tak dapat menampung essensi. Jika dipaksa, maka takdirnya hanya akan berakhir pada kematian.

Zhang Xu Feng adalah nama pemuda itu. Dia hanyalah seorang anak tanpa asal usul yang jelas. Ditemukan di kaki gunung Sekte Taiyun, lalu diadopsi oleh Ketua Sekte Murong sebagai murid satu-satunya. Namun, setelah usia Zhang Xu Feng telah menginjak umur 18 tahun, Ketua Sekte Murong harus melakukan kultivasi tertutup dan meninggalkan Zhang Xu Feng tanpa perlindungan siapa pun. Itulah sebabnya, setiap hari Zhang Xu Feng harus menerima penindasan dan perlakuan tidak senonoh dari para rekan seperguruannya.

“Lihatlah wajahnya yang sangat menyedihkan itu. Sampah saja masih meminta belas kasihan. Dia bisa masuk ke sekte ternama hanya karena belas kasihan Ketua Sekte. Jika bukan karena Ketua Sekte, mana mungkin sampah tidak berguna ini bisa masuk ke sekte ini tanpa syarat,” kata Zhu Hao, saudara seperguruan Zhang Xu Feng yang baru saja menindasnya.

“Benar. Bahkan kami saja harus melalui ujian berat, sampai pada akhirnya resmi menjadi murid sekte ini. Hanya karena mendapat perlakuan istimewa, jangan kira kau merasa dirimu setara dengan kami. Puih!” Jin Lang tanpa ragu meludahi wajah Zhang Xu Feng. “Zhu Hao, ayo kita pergi. Tidak ada gunanya berlama-lama dengan sampah. Jangan sampai kita tertular baunya yang menjijikan,” hinanya seraya mengajak temannya beranjak meninggalkan Zhang Xu Feng.

Dihina terang-terangan oleh para rekan seperguruannya, bahkan di saat banyak murid lain yang menyaksikannya, tak ada seorang pun yang bersedia mengulurkan tangan untuk membela Zhang Xu Feng. Tak ada seorang pun murid Sekte Taiyun yang bersedia berteman dengan Zhang Xu Feng. Mereka semua memusuhinya dan menganggap Zhang Xu Feng pecundang yang memanfaatkan belas kasihan dari Ketua Sekte.

“Zhang Xu Feng?” Tiba-tiba terdengar suara lemah lembut yang menghampirinya.

Reflek Zhang Xu Feng mendongakkan wajahnya. Seketika netranya membola tatkala mendapati seorang wanita berparas cantik yang berdiri tepat di hadapannya. Suaranya yang lembut sangat serasi dengan wajah teduhnya yang menenangkan hati siapa saja yang menatapnya.

“Apa benar, kau yang bernama Zhang Xu Feng?” tanyanya untuk memastikan bahwa seorang pemuda yang dihadapannya bernama Zhang Xu Feng.

“Ah, eh, b-benar. Saya sendiri,” gagapnya.

Sepontan wanita itu melipat lengannya seraya memeperhatikan Zhang Xu Feng dengan seksama. Sedangkan Zhang Xu Feng yang diperhatikan dengan cara itu, tentu saja merasa canggung.

“Ternyata hanya seperti ini,” kata wanita itu.

“Ah?” Dari perkataan wanita di hadapannya, sekilas saja Zhang Xu Feng dapat menebak bahwa dia hanyalah salah satu dari sekian banyaknya saudara seperguruan yang meremehkannya.

“Aku penasaran. Kenapa Ketua Sekte sampai menjadikanmu satu-satunya muridnya. Bahkan, aku yang bernasib sama sepertimu ... tapi diserahkan kepada guruku,” tuturnya.

Sedikit pun Zhang Xu Feng tak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu. Ucapannya terdengar abstrak untuk dimengerti.

Alasan wanita itu penasaran terhadap Zhang Xu Feng, yakni karena dia juga bernasib sama seperti Zhang Xu Feng. Mu Lan adalah nama wanita itu. Sebelum Ketua Sekte Murong menerima Zhang Xu Feng sebagai muridnya, ia juga pernah menjadi anak pungut yang dibawa Ketua Sekte Murong.

Sebelum menjadi murid Sekte Taiyun, Mu Lan hanyalah seorang pengemis anak-anak yang sering dipukuli oleh para pengemis lainnya dan juga para penjual bakpao setiap kali ia memungut bakpao yang terjatuh di tanah. Hingga tiba suatu ketika, Mu Lan hampir mati dipukuli oleh seorang penjual bakpao. Pada saat itulah, Ketua Sekte menolongnya dan membawanya ke sekte. Namun, Ketua Sekta tak mengambilnya sebagai murid, justru menyerahkannya kepada Guru lain.

“Entahlah. Aku tidak ingin banyak berpikir. Pasti ada alasan Ketua Sekte menerimamu sebagai muridnya,” ucapnya sebelum berlalu pergi meninggalkan Zhang Xu Feng.

Sekali pun hanya iseng mengajaknya berbicara, entah mengapa Zhang Xu Feng merasa sangat senang. Karena untuk pertama kalinya, ada seorang murid seperguruannya yang bersedia mengajaknya berbicara.

***

“Apa yang terjadi dengan mayat murid ini?”

“Tidak. Ini bukan mayat. Jiwanya masih hidup di dalam tubuhnya, tapi sepertinya … seseorang menguncinya, lalu mengendalikan tubuhnya.”

“Maksudnya … ini boneka?”

“Bisa dibilang seperti itu. Saat tadi kuperiksa, ternyata tubuhnya kosong. Sepertinya, ada yang sudah menyerap kultivasinya.”

“Padahal, kami baru saja mengirimnya untuk menyelidiki masalah yang terjadi di desa yang terletak di bawah kaki gunung. Tapi dia malah menghilang. Ketika ditemukan, dia sudah menjadi seperti ini.”

Dua bulan lalu, Sekte Taiyun menerima kabar tentang warga desa di bawah gunung yang dibantai secara massal oleh kelompok misterius. Namun, ketika para tetua memeriksanya, mereka tak mendapati satu pun jasad warga. Hanya menyisakan genangan darah yang tersisa di tanah.

Masalah ini sepertinya cukup serius. Mereka menduga bahwa hal demikian adalah perbuatan sekte iblis. Sudah lama sekali mereka tak mendengar sekte iblis melakukan pergerakan, hingga dua bulan lalu terjadi tragedi yang mencurigakan. Kemudian, sekte mengirimkan beberapa murid untuk menyelidiki masalah ini. Sayangnya, sejak turun gunung, sekte tak pernah lagi mendengar kabar tentang para murid yang ditugaskan menyelidiki masalah tersebut. Sampai akhirnya, hari ini mereka tak sengaja bertemu dengan seseorang yang berseragam Sekte Taiyun.

Tatkala murid itu didekati, respon yang ditunjukkan sangat aneh. Tantrum dan tak terkendali. Pupil netranya memutih, bahkan berusaha menyerang gurunya sendiri. Untungnya, Guru Tian berhasil menundukkannya, lalu membawanya kembali ke sekte untuk diselidiki.

“Jika benar ini perbuatan Sekte Iblis, maka kita tidak boleh meremehkannya. Entah apa saja yang telah mereka lakukan beberapa tahun terakhir ini sampai bisa menjadikan manusia seperti ini,” cetusnya.