Bab 7 Kabar Duka Dari Mayfair
Bab 7 Kabar Duka Dari Mayfair
Hutan larangan mulai merenggang batang-batang pohonnya. Dan cahaya matahari yang mulai mengorange, menembus dari sela-sela dedaunan. Aro menarik napas lega. Perlahan saat langkah mereka mulai menyentuh rumput-rumput pendek pertanda sudah sampai di tepi hutan, Aro mengubah wujudnya perlahan menjadi manusia.
Kandee menghentikan langkah dan menoleh ke arah Aro yang sedang berdiri, menatap ufuk. Pemuda itu tampak menikmati menjemur diri di sore hari, sebagai manusia.
Sepertinya kemarahannya sudah mereda setelah ditelan batang pohon di dalam hutan larangan. Pohon itu sampai dicabik-cabiknya dari dalam, saking kesalnya. Padahal sebenarnya dia cukup diam beberapa saat, pohon itu akan mengeluarkan dirinya.
Kandee mengarahkan telunjuknya jauh ke ufuk.
“Rumpleworth ada di sana. Kita akan sampai di sana sebelum tengah malam. Di sini adalah batas akhir sihir bisa sampai ke sini. Selepas kita dari hutan ini, maka kita berada di wilayah Rumpleworth, tak akan bisa lagi berhubungan dengan dunia luar.”
Aro hanya diam. Memasang telinga mendengar ucapan Kandee, berusaha memahami bahwa ini adalah titik terakhir dan dia tidak bisa kembali.
“Apa yang akan aku dapatkan di Rumpleworth?”
Kandee berjongkok dan mencabut sebuah rumput. “Tujuh belas tahun lalu, Rumpleworth telah melindungiku. Aku membawa Raja Buliros yang terluka ke sini. Ada seorang tabib yang bisa menyambar nyawa.”
“Menyambar nyawa?”
“Andai nyawa sudah di kerongkongan, tabib itu bisa membuat nyawa itu tetap berada dalam raga seseorang.”
Aro nyaris terkekeh. Kalau sudah waktunya mati, tidak akan ada satupun yang bisa mencegah. Mungkin di Lunar, kepercayaan itu berbeda. Bahwa meski badan sudah tidak utuh lagi, nyawa bisa jadi masih melekat.
“Ayahmu, terluka sangat parah. Ibumu sudah tewas di Lunar. Waktu itu, Rumpleworth belum memberlakukan batas sihir. Jadi aku masih bisa membawa ayahmu ke sini, ke batas hutan larangan dengan portal. Aku menggendongmu dan ayahmu. Seorang tabib yang sedang mencari dedaunan untuk meracik obat, menolong kami, seingatku tidak jauh dari sini. Saat itulah aku mengetahui ada wilayah bernama Rumpleworth. Dengan kehidupan yang damai, saling menghormati dan menghargai, padahal mereka dari berbagai macam makhluk yang berbeda. Sebuah kehidupan yang damai dan menyenangkan.”
Aro menjajari Kandee, bersila di atas rerumputan.
“Raja Biluros tidak bisa diselamatkan, bahkan oleh tabib ternama di Rumpleworth. Mereka tidak bisa menyambar nyawa Raja Biluros karena ada kamu.”
“Aku?”
“Takdirnya sudah berakhir, karena sudah ada keturunan yang akan menggantikan. Namun, waktu itu di Rumpleworth ada seorang dukun yang mengatakan bahwa kamu boleh memasuki Rumpleworth setelah berusia 17 tahun.”
Aro menoleh ke arah Kandee. Badan Kandee yang tinggi kekar meski dalam posisi berjongkok membuat Aro terpaksa mendongak. Dia tak bisa membayangkan bagaimana dulu Kandee sebesar ini menggendongnya, dan juga ayahnya. Dia memang werewolf perkasa.
“Kenapa harus tujuh belas tahun?”
“Karena kamu menyandang kutukan. Bila kamu berada di Rumpleworth dengan menyandang kutukan itu, maka akan membahayakan seluruh penghuninya. Dan kutukan itu akan diangkat darimu setelah kamu berusia tujuh belas tahun. Maka untuk menyelamatkanmu, dan juga Rumpleworth, aku meletakkanmu di tepi hutan. Hutan paling dalam yang pernah dijangkau manusia. Hanya dengan manusia, kamu akan mendapat perlindungan.”
Aro menatap ufuk yang mulai meremang. Teringat pada ibu dan ayahnya yang kondisinya mengenaskan. Tiba-tiba dia merasa begitu rindu pada mereka.
“Kandee, bisakah kamu melihat apakah Mom dan Dad baik-baik saja?” Kandee menatap Aro iba. “Aku tidak bisa sihir itu. Luna yang bisa.”
“Kau bilang, ini adalah batas sihir. Jadi kamu pasti bisa membuat portal untuk menemui Luna.
Aku harus mengetahui kondisi orang tuaku, Kandee.”
Kandee berdiri dan mencoba membuat lingkaran. Namun berkali-kali gagal. Aro menunggu dengan tidak sabar.
“Bagaimana Kandee? Bisakah?”
Kandee menggeleng. Sepertinya, radius penguncian wilayah Rumpleworth lebih diperluas. Sihirnya tidak bisa bekerja di luar pintu masuk.
“Aku tidak paham, bahkan aku hanya bisa membuat portal untuk kembali ke Lunar. Selebihnya tidak bisa,” keluh Kandee. Dia sudah menguras tenaga demi menyelamatkan Aro, sudah melewati hutan larangan. Sepertinya, semua itu sudah cukup menguras energinya. Hingga membuat portal yang sangat mudah baginya, menjadi begitu sulit.
“Aro.”
Sontak Kandee dan Aro menoleh ke sumber suara. Tidak jauh di sebelah kiri, di dekat batang pohon, ada sebuah lingkaran dengan asap putih di sekelilingya. Aro dengan cepat menghampiri lingkaran itu. Suara itu sangat dikenalnya dan dirindukannya.
Luna.
Benar saja, ketika sudah berhadapan dengan lingkaran itu, Aro seolah melihat cermin dengan Luna di dalamnya. Gadis itu tampak baik-baik saja, tapi matanya memerah dan berair.
“Luna, kamu baik-baik saja?” tanya Aro panik. Dia bergerak maju untuk menjangkaukan tangannya ke dalam lingkaran, tapi Kandee telah menariknya dengan cepat, membuatnya nyaris terjengkang.
“Jangan lakukan. Itu bukan lingkaran portal,” seru Kandee, “Itu lingkaran komunikasi, Lunaro. Bila kamu menyentuhnya, aliran energi dari sini akan membuat lingkaran itu tertutup mendadak dan menimbulkan suara keras. Semakin jauh jarak kita dengan Luna, semakin keras ledakan yang akan terjadi.”
Luna menganggguk dan memaksa diri untuk tersenyum. “Dan seluruh Mayfair akan mengetahuinya, Aro. Bahwa ada seorang penyihir yang baru saja melakukan sihir di tanah Britania.”
“Dan Pangeran Luis akan mendapatkanmu,” sahut Aro.
Mereka berdua saling menatap, melalui lingkaran yang tampak tidak stabil. Namun Aro masih bisa melihat jelas wajah Luna, dengan linangan air mata. Juga gestur Jack Laveau yang berada di belakang Luna. Lelaki itu, sedang menjaga Luna, karena berkali-kali dia memindai ke segala arah dengan waspada.
“Kamu di mana sekarang, Luna?” tanya Aro setelah beberapa saat mereka saling menatap melepas rindu, dan Aro tidak ingin membuat air mata Luna menderas lebih banyak lagi.
“Kami, jauh dari Mayfair,” sahut Luna.
“Segeralah kembali ke sini, Luna. Kamu dan aku harus bersama.”
Luna menunduk dan menangis hingga bahunya terguncang hebat. Jack Laveau merengkuh bahunya, membujuknya untuk segera menyelesaikan komunikasinya dengan Aro, dan setelah itu mereka harus segera pergi.
Kandee menggamit bahu Aro dengan jemari runcingnya. “Sepertinya kondisi di sana sangat genting, Aro. Luna dalam bahaya. Bila dia ke sini, dia akan bisa dilacak dan itu akan membuatmu dalam bahaya.”
Aro melirik Kandee. Bagaimana Kandee bisa mengetahui bahaya itu, dan apa bahayanya?
“Aro, kami hanya akan menyampaikan kabar padamu,” ucap Jack Laveau. Sepertinya Luna sudah tak sanggup bicara.
“Katakan.” Aro sudah tak sabar, apalagi melihat Luna tak kunjung berhenti menangis, membuat dadanya serasa teriris.
“Tuan Ansel Brown dan Mary Brown, maafkan kami. Mereka berdua tidak bisa diselamatkan.”
“Apa?” teriak Aro tak percaya.
“Orang tua anda sudah meninggal,” ucap Jack parau, dan dia memalingkan muka untuk menyembunyikan genangan di matanya.
“Tidak! Mereka tidak mungkin mati begitu saja, benar kan Kandee? Kau harus membawa mereka ke sini. Di Rumpleworth. Kita harus menemukan tabib itu. Untuk menyambar nyawa Mom dan Dad. Ayo Kandee. Kita harus segera menyusul tabib itu.” Aro menarik-narik lengan Kandee, dan wujudnya mulai berubah menjadi werewolf dengan cepat. Kandee bergeming, membiarkan Aro menarik tangannya.
“Aro!” seru Luna, membuat Aro serasa tertampar dan menghentikan tingkah penuh emosinya. Dia benar-benar terkejut. Baru saja membicarakan tentang kematian ayah kandungnya, dan Luna membawa kabar kalau ayah dan ibu yang sangat dicintainya telah tiada.
“Luka-luka Tuan dan Nyonya Brown sangat parah, Aro,” ucap Luna sembari menarik napas, berusaha meredakan tangisnya sendiri, “Dan …”
“Apa?”
“Pangeran Luis sudah mencegat kami di sana. Dia sudah menguasai rumahmu, Aro. Juga menangkap ayahku.”
Aro terdiam. Lagi-lagi lelaki ambisius itu. Andai dia di sana, pasti sudah dicabiknya leher putra mahkota kelima itu dan melemparkan kepalanya di kaki ibu surinya. Ibu yang seolah buta dengan tingkah laku anak-anaknya.
“Mereka yang membawa Tuan dan Nyonya Brown ke rumah sakit, sudah dalam kondisi tak bernyawa. Kurasa perjalanan portal membuat luka mereka semakin parah.”
Luna menyusut hidung dan sudut matanya. “Mereka juga menahan Amber. Amber masih di rumah sakit, dan dia belum sadar dari koma. Dia kehilangan darah terlalu banyak.”
“Apakah dia akan selamat?” tanya Aro mulai bisa mengendalikan emosinya. Saat ini Amber yang harus diperhatikannya.
“Aku yakin, Pangeran Luis akan melakukan segala macam cara agar Amber bisa sadar dan pulih. Dia membutuhkan Amber, untuk mendapatkan kita berdua.”
“Jadi,” sahut Jack, “Untuk sementara, sebaiknya kalian berdua jangan bertemu dulu. Luna harus pergi dari Mayfair sampai Amber benar-benar sembuh. Bila Luna muncul untuk menolong Amber, maka bisa jadi Pangeran Luis akan membunuhnya karena sudah tidak memerlukannya lagi.”
Kandee mengangguk. “Dia benar, Lunaro. Aku akan menggantikan tugasnya, melindungimu. Lagi pula, kita di Rumpleworth, tempat paling aman di muka bumi.”