Bab 6 Perjalanan Kabur
Bab 6 Perjalanan Kabur
Hutan semakin rapat dan gelap. Padahal matahari sudah beranjak naik, saat Aro dan Kandee melewati anak sungai dengan aliran sangat kecil. Mereka sudah hampir sampai ke hulu sungai, dan Aro berharap Kandee bisa menemukan tempat persembunyian yang aman dan terpencil.
Untuk beberapa saat, sepertinya mereka harus mengamankan diri.
“Kandee, bagaimana dengan yang lain?” tanya Aro yang berjalan di belakang Kandee sembari menyibak dahan-dahan yang menjuntai menghalangi langkahnya. Sedangkan Kandee berjalan tanpa menggerakkan tangan untuk menyibak jalan. Dia menerobos dahan atau semak begitu saja, dengan membusungkan dadanya.
“Mereka sudah tahu prosedurnya bila diserang. Apalagi mendadak seperti itu.”
Aro mengangguk. Di Lunar, Kandee mempersiapkan banyak portal dengan sihirnya. Beberapa kelompok pasukan biasanya diberi semacam jimat untuk membuka portal. Portal itu ada di beberapa tempat, yang hanya ketua kelompok pasukan yang tahu. Dengan portal itu mereka bisa pergi ke mana saja di seluruh kawanan kekuasaan Lunar.
Namun, untuk perjalanan jauh seperti ke Mayfair, hanya sihir Kandee dan Luna yang bisa melakukannya. Itulah kenapa, Luna adalah pelindung yang tepat untuk Aro, Raja Lunar
Tertinggi. Kandee akan menempati posisinya semula, sebagai Ketua seluruh pasukan Lunar, untuk menjaga keamanan Lunar.
Tadi Aro sempat menangkap banyak pergerakan, menjauhi arena pelantikan Raja Tertinggi Lunar. Sebagian adalah para Raja dari klan lain yang berusaha diselamatkan oleh
“Aku tadi melihat empat sekawan, anak buahmu yang menjemputku di Mayfair.”
Kandee mendengus. “Aku juga melihat mereka. Seperti biasa, selalu tidak menurut perintah, berbuat seenaknya saja. Harus selalu berada di portal terdekat. Setidaknya aku tidak lagi harus menyuruh mereka lagi.”
Aro terdiam. Si empat sekawan itu memang sudah tewas, bahkan Klan Waikakee menginjak-injak jasad mereka sampai remuk.
“Jadi, yang lain seperti kita?”
Kandee mendengus keras. Sepertinya dia mengetahui sesuatu menghadang di depan. Dia menghentikan langkah, membuat Aro berdiri siaga di belakangnya. Dan sejurus kemudian Kandee mengeram keras, membuat seekor beruang membalikkan badan, mengambil jalan lain dengan tergesa. Kandee sedang tidak enak hati untuk bertarung melawan hewan lain. Dia sedang marah besar. Anak buahnya sudah pasti banyak menjadi korban karena serangan mendadak itu.
“Harusnya Waikake sudah kucabik waktu aku ke goanya. Dia memang tidak menunjukkan itikad untuk tunduk pada Raja Tertinggi Lunar.”
“Bagaimana kamu bisa yakin?”
“Karena dia tahu, kamu separuh manusia. Raja Biluros mengawini manusia, dan kamu terlahir dalam wujud manusia.”
“Ayahku mengawini manusia?”
Kandee mendengus lagi. Tangannya kali ini sambil menyibak dahan-dahan pohon. Sepertinya, setelah mengusir beruang dengan teriakannya tadi, dia lebih lega. Tidak ada lagi yang menghimpit dan membuat sesak dadanya. Meski Aro tahu, amarah itu pastilah luar biasa.
Seperti bom waktu yang tinggal menghitung detik.
Selama 17 tahun, Kandee telah menggantikan Biluros, ayah Aro, Raja Tertinggi Lunar yang tewas karena perebutan kekuasaan di Lunar. Banyak pasukan terpecah belah setelah ayah Aro tewas. Dan berdirilah klan-klan yang diketuai oleh prajurit-prajurit Werewolf yang mampu menunjukkan kekuasaan dan kekuatan. Dan Kandee berhasil menyatukan kembali beberapa klan di Lunar dengan janji akan mengembalikan keturunan Biluros ke Lunar.
Hanya Aro yang berhak atas posisi Raja Tertinggi Lunar.
“Aku akan ceritakan semuanya setelah kita sampai di tempat yang aman. Tak ada satupun sihir yang bisa menembusnya.”
“Di mana itu?” “Rumpleworth.”
Mereka berjalan berjam-jam lamanya, dalam kepekatan hutan. Aro yakin matahari sudah meninggi, bahkan mungkin sudah mulai bergulir ke barat. Tak ada bedanya karena hutan sangat pekat dan gelap, dengan pepohonan sebagai pilar-pilar rapat yang tinggi menjulang. Bau lembab dan busuk bercampur menjadi satu.
Tak ada tanda-tanda kehidupan normal yang dirasakan Aro. “Hutan apa ini, Kandee?”
“Ini hutan larangan. Manusia mengira, pedalaman Kalimantan sudah hutan terdalam.
Sebenarnya, hutan larangan lebih dalam lagi. Tidak ada manusia yang pernah menapak di sini kecuali kamu. Bahkan semut pun tak akan mau berdiam di sini.”
Aro mendongak. Payung dari pepohonan memang sangat rapat. Jelas tidak ada kehidupan di bawahnya. Mungkin hanya roh-roh halus yang mendiami hutan ini.
“Kenapa tidak kau buat portal menuju tempat yang kau sebut tadi? Rumpel apa?”
“Rumpleworth tidak bisa dicapai dengan sihir. Kita harus berjalan menuju ke sana, melewati hutan larangan ini. Dan tidak semua orang sanggup melewatinya. Hanya yang ditakdirkan.”
Aro mendengus. Kandee masih penuh rahasia, atau dia tidak ingin ada yang mendengar di hutan yang senyap ini. Rasanya ada yang mengintip dari atas, belakang dan kanan kiri mereka. Mata yang entah punya jasad atau tidak.
“Kenapa kita harus ke Rumpleworth? Itu bukan wilayah Lunar, kan?”
“Kau aman di sana. Lunar sedang dalam kekuasaan Waikaker. Dan dia tidak akan berani menembus hutan larangan.”
“Memangnya ada apa dengan hutan larang …”
Belum sempat Aro menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba sebuah pohon membuka batangnya dan menelannya dalam sekejap.
***
Beberapa semak belukar sudah dikembalikan Luna pada posisinya semula. Jack yang berjalan di depannya, berkali-kali menoleh ke belakang, memastikan Luna tidak akan berhenti berjalan dengan tatapan mata kosong.
“Sebaiknya kau biarkan saja rumput-rumput itu, Luna. Semakin sering kamu menggunakan sihirmu, Queen’s Guard akan mudah melacakmu. Terutama putra ke lima.”
“Pangeran Luis?”
Jack tidak menjawab. Kini mereka sampai di tepi jalan besar. Tak ada satupun kendaraan yang lewat, sedangkan matahari mulai condong ke barat.
“Dia hanya bisa mendeteksi kekuatan sihir besar. Seperti lingkaran dan portal yang kubuat. Kalau sekedar telekinesis, aku yakin dia tidak akan mampu.”
Jack menyusuri aspal, diikuti Luna.
“Menurutmu dia penyihirnya?” tanya Jack perlahan. Dia sungguh khawatir, kerajaan memasang banyak mata-mata, yang bisa jadi siapa saja yang mereka temui. Mengintai, mengendap, membuntuti mereka.
“Bukan. Dia hanya orang gila yang ingin hidup abadi.” Jack menoleh ke arah Luna. “Maksudmu? Immortal?”
Luna mengangguk. “Dia membutuhkan darah Aro untuk membuatnya abadi, tidak pernah mati.” “Jadi, isu penyihir itu bisa jadi sebenarnya tidak pernah ada?”
Luna mendengus. “Aku tidak tahu kebenarannya, Dad. Yang jelas, mereka lebih membutuhkan sihir daripada seorang penyihir.”
Sebuah truk melintas. Jack melambaikan tangan dan sopir itu bersedia memberikan tumpangan. Luna duduk di antara sopir dan ayahnya. Sopir truk itu, lelaki bertubuh tambun, dengan tumpukan lemah di perut dan lehernya.
“Kalian seperti buronan yang kabur dari penjara,” ucap sopir itu sembari terbahak.
Jack tertawa sengau. “Lebih tepatnya, aku harus mengejar anakku sampai ke sini, karena dia baru saja putus dengan pacarnya.”
Jack merasakan tekanan benda tumpul di pinggangnya, membuatnya nyaris mengaduk kesakitan. Luna menyodok pinggangnya kesal.
“Aku tidak putus dengan pacarku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri,” ucap Luna gusar, sembari menatap lurus ke depan.
Sopir tambun itu tertawa.
“Kalian mau ke mana?” tanyanya kemudian. “Jauh dari Mayfair,” sahut Jack.